Has To Be You

6.1K 1.4K 344
                                    




Jadi di Lombok itu ada istilah Lebaran Topat ( seminggu setelah idul fitri) nah, eke lebaran kemarin, makanya gak posting ehehhe.


*****

Sambada tak mampu mengucapkan apapun. Semua kata-kata yang siap dilontarkan pada Athira lenyap tanpa sisa.  Dia berusaha keras agar tidak terisak. Namun, air matanya tak terbendung.

Sambada merasa begitu malu. Dia tak pernah menyangka akan berada di satu titik, di mana dirinya merasa begitu rendah. Dan Qahi baru saja membuat Sambada merasakannya. Membongkar jati diri pria itu di hadapan Athira, telah menghancurkan Sambada begitu dalam.

Dia adalah pria yang tumbuh dalam luka. Terlalu banyak hal yang telah dipendam Sambada dalam hidupnya. Selama ini Sambada merasa akan mampu menghadapinya. Namun, wajah pucat Athira saat mendengar ucapan Qahi tadi, telah membuat Sambada menyadari, bahwa dirinya tak mampu tetap menegakkan kepala di hadapan sang istri.

Athira terlalu berharga untuknya.

Dan sekarang kepercayaan diri Sambada berserakan bak puing-puing yang tak mampu terselamatkan.

Athira sendiri merasakan pelukan Sambada yang teramat erat, seolah akan meremukannya. Pelukan yang dia yakini bersumber dari rasa sakit. Tanpa Sambada berkatapun, Athira tahu suaminya sedang teramat terpukul.

"Aku nggak nyangka bakal punya dua bayi," ujar Athira. Ia merasakan tubuh Sambada sedikit tersentak. Setidaknya pria itu merespon ucapannya. "Satu masih di dalam perut, satu lagi udah bisa dipeluk. Gedek  banget lagi." Tenggorkan Athira terasa begitu panas. Namun, dirinya berusaha untuk melawan keinginannya menunpahkan air mata bersama Sambada.

Ia tidak boleh menangis. Tidak saat suaminya sedang terluka parah seperti ini.

Sambada selalu menjadi yang paling kuat saat Athira dalam kondisi terburuk. Kini saatnya Athira menjadi yang lebih kuat bagi Sambada.

"Tapi tau nggak, Kak Bada itu berat."

Sambada berusaha berusaha melepaskan pelukaannya, tapi kini giliran Athira yang menahan.

"Untung Kak Bada punya istri sekuat aku."

Jawaban Athira membuat Sambada kembali mengeratkan pelukannya. Ada kelegaan yang terselip di hatinya.

Tangan Athira membelai punggung Sambada. Membiarkan waktu bergulir untuj meredakan kesedihan pria itu. Saat merasa Sambada sudah tak lagi menangis, Athira mengecup telinga pria itu, kemudian berbisik. "Capek ya?"

Sambada hanya mengangguk.

"Kalau gitu ayo bobok sama aku."

Hati Athira terenyuh saat Sambada melepaskan pelukannya, tapi tetap menggenggam tangan Athira saat akhirnya naik ke atas ranjang. Seolah takut tak bisa menyentuh sang istri lagi. Seakan Athira satu-satunya peganvammfan Sambada kini

Sambada seperti seorang anak yang telah melakukan kesalahan besar dan takut akan mendapatka  hukuman.

Athira lebih dahulu membaringkan diri. Dia kemudian merentangkan tangan. "Bobok sini," pintanya agar Sambada merebahkan  kepala di lengannya.

"Tapi kepalaku berat."

"Lebih berat badan Kak Bada. Tenang aja, aku udah biasa Kakak tindih."

Athira tersenyum lembut saat akhirnya Sambada berbaring di sampingnga dengan  kepala berbantal lengan sang istri.

Sambada tidur menyamping dengan tangan melingkar di perut Athira.

Athira membelai lembut kepala suaminya. Ia tahu ini bukan saat yang tepat untuk berbicara. Kelelahan  fisik dan dipenuhi emosi negatif karena berita yang dibawa Qahi membuat mereka menbutuhkan jeda. Jeda dari segala fakta-fakta mengerikan yang perlahan  terungkap.

Has To Be YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang