Misha membuka pintu Mobil dan melepaskan Seatbelt di tubuh Gima, kepala Gima Otomatis bersandar ketika Misha mengangkat nya.
Gima tidur dalam mobil, Misha harus menggendong nya untuk membawa Gima ke rumah. Misha menggendong Gima Bridal style, pria itu berjalan dengan tatapan tajam dan tanpa ekspresi sama sekali.
Tidak menunggu pintu di ketuk, pintu sudah di buka oleh pengawal dan Misha masuk tanpa meminta ijin. Misha melirik kiri dan Kanan, tidak menemukan orang tua Gima dimana pun.
"Mereka kemana?" tanya Misha tanpa basa-basi. "Tu—tuan dan Nyonya pergi makan malam bersama Nona Mima, tuan." Misha berdecak mendengar itu, seharusnya Misha membawa Gima ke rumah nya saja.
Tanpa berbicara lagi Misha berjalan ke arah tangga dan menaiki tangga, Misha tidak bisa seenaknya jika Gima tidak setuju bisa marah anak ini. Misha malas Sebenarnya mengantarkan Gima ke rumah Gima sendiri, lebih baik Misha kurung Gima di rumah nya saja.
Misha membuka pintu kamar berwarna Biru, di dalam nya sangat cerah dengan interior Dinding dan semua berwarna Biru. Misha berdecak karena terlalu silau, biasanya di kamar nya itu hitam-abu saja.
Misha menutup pintu kamar dan berjalan ke arah ranjang, Misha menidurkan tubuh kecil Gima disana. Misha menyelimuti tubuh Gima dengan selimut, mengusap dan mengecup kening kekasihnya juga tidak lupa.
Misha berbohong tentang Gima yang menangis hanya karena Misha, Karena pada kenyataannya tidak seperti itu. Untuk ucapan Misha yang mengatakan Gima tidak cengeng memang iya, tapi Gima pun sering menangis.
Menangis karena tidak di perlakukan adil, rumah yang terlihat harmonis di luar belum tentu tidak Cacat. Gima sering di perlukan seenaknya saja, Misha sering di buat mengeram oleh kelakuan mereka tapi Misha tidak bisa ikut campur terlalu dalam.
Bukan, bukan karena Misha kalah dalam kekuasaan. Gima yang tidak mau, dia tidak mengijinkan Misha melakukan itu pada orang tua nya padahal banyak hal menyakitkan yang Gima rasakan tapi anak manis tidak mau membalas.
"Kakak pulang dulu," gumam Misha setelah puas memandangi wajah kesayangannya, Misha beranjak dari duduknya tapi telapak tangannya langsung di Genggam.
Gima bangun rupa nya, Misha mengangkat alisnya melihat tatapan Gima. Misha duduk di sisi ranjang, tanpa berucap Gima memeluk Misha tiba-tiba. "Padahal aku mau masak, tapi kayaknya mereka udah makan di luar Kak Aga." Gima berucap dengan pelan, Misha menundukan kepala.
"Ayo masak," ajak Misha sontak hal itu membuat Gima menatap kekasihnya. "Mau masak kan? Ayo masak, biar kakak yang makan kalau perlu nanti kakak bungkus buat Mama sama Papa." Misha meyakinkan Gima.
"Tidak apa-apa Kak?" tanya Gima merasa tidak enak, Misha mengangguk. "Gapapa, siapa yang akan menolak Makanan yang Zya buat Hm?" Misha berucap lagi, tangan pria itu merapikan rambut Gima.
"Bunda sama Ayah," jawab Gima, Misha menghela napasnya pelan. "kak Aga, mama sama papa nanti Coba kalau perlu review jujur. Kak Aga minta mama buat kasih nilai juga," ujar Misha lagi, senyum Gima merekah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Perfect Is Mine (END) ✓
FanfictionBagi, Mishael Nagarez Pandara dirinya sangat beruntung mendapatkan Shagima Zyaniel Handika, pria cantik dan Manis, sopan tidak pernah berbuat kasar. Misha tergila-gila dengan Gima itu benar, semua orang tau itu. Tapi menurut Shagima Zyaniel Handika...