"Okey, Lo Handle semuanya kalau darurat gue bantu dari Sana nanti. thanks an. Gue usahain." Misha berucap di telepon dengan Temannya Vian, Gima daritadi memperhatikan saja.
Misha mematikan sambungan telepon kemudian melihat Gima. "Kak Aga maaf," ujar Gima meminta maaf. "Maaf untuk apa Zya?" tanya Misha merasa bingung dengan permintaan maaf Gima.
"Karena aku mau liburan kak Aga harus libur kerja." Gima berucap dengan pelan, Misha menggengam tangan Gima sangat erat. "Jika Zya mau kakak berhenti bekerja pun akan kakak lakuin sayang, pekerjaan sama liburan gak ada sangkut pautnya jangan merasa beesalah. Kapan lagi Kita liburan, ada Mama sama papa juga." Misha tersenyum ke arah Gima.
Gima menatap tangan Misha yang bermain di tangannya. "Bener tuh sayang apa kata Misha, Gak ada yang merasa di repotkan disini papa aja Gak keberatan ya gak pa?" Sang mama ikut berbicara agar Gima tidak merasa bersalah. "Iya, anak papa jangan seperti itu. Kita seneng kok bisa liburan bareng," jawab sang papa.
Gima tersenyum entah perbuatan baik apa yang Gima lakukan di masa lalu hingga bisa berada di tengah-tengah keluarga Hangat ini, Gima tau bagaimana karakter keluarga Misha tapi mereka bisa berubah demi Gima.
Papa Edwin yang super sibuk dan jarang mengobrol atau bahkan untuk sekedar memanjakan Misha, papa Edwin mau untuk sekedar menanyakan Kabar Gima sekarang. Yang paling bahagia itu mama Elma, Misha yang sudah tidak mau di atur tiba-tiba membawa Gima.
Tumpah semua rasa sayang mama Elma pada Gima, Misha tidak pernah merasa iri dengan perbedaan kedua orang tua nya. Misha malah bersyukur setidaknya mereka menerima pilihan Misha dan tidak pernah bertanya kenapa pilihan Misha berbeda dengan anak-anak lainnya.
Gima menyadarkan kepalanya di bahu Misha dengan memejamkan mata, tangannya masih di mainkan Oleh Misha sekarang. Mereka di mobil menuju bandara, sebentar lagi mereka akan pergi ke negara yang mereka ingin Kunjungi.
"Ngantuk sayang?" tanya Misha dan Gima menganggukkan kepalanya pelan. "Yaudah bobo sayang, sini kepalanya." Misha menepuk pahanya agar Gima bisa tidur disana, Gima menurut dan mulai menidurkan tubuhnya.
Misha mengusap rambut Gima pelan membiarkan kesayangan nya tidur sebelum sampai di bandara nanti. "Istirahat yang nyenyak Sampe sama Kakak bangunin Zya," ujar Misha dan Gima mengangguk pelan, Gima memejamkan matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Perfect Is Mine (END) ✓
FanfictionBagi, Mishael Nagarez Pandara dirinya sangat beruntung mendapatkan Shagima Zyaniel Handika, pria cantik dan Manis, sopan tidak pernah berbuat kasar. Misha tergila-gila dengan Gima itu benar, semua orang tau itu. Tapi menurut Shagima Zyaniel Handika...