Suara ketukan pintu membuat pria yang sedang fokus dengan laptopnya teralihkan. "masuk," ujarnya mempersilahkan masuk orang yang bertamu.
Pintu itu di buka dan menampakan pria dengan postur tubuh sedikit pendek membawa setumpuk berkas di tangannya, pria itu mengangkat tangan seakan menyapa pria yang sedang duduk. "gue ada urusan sebentar Sha," ujarnya pelan.
Misha mengangguk pria itu mengalihkan tatapannya dan melihat apa yang pria itu ingin bicarakan, itu Syabil. Teman Misha yang jarang berbicara tapi banyak bekerja, mungkin ada informasi yang Syabil bawa sekarang.
"Sebenarnya dari dua hari kemarin udah selesai ini berkas cuma ada kesalahan dari nama jadi gue ubah lagi, Gima resmi di Cabut dari Hak waris dan Hak Asuh Keluarga Handika bahkan marga nya pun ikutan ke Copot. Nama Gima sekarang tanpa Handika, Lo bisa kasih dokumen ini ke kampus nya Gima supaya dia gak di persulit kalau buat apa-apa karena mendadak Ganti nama." Syabil menyerahkan dokumen di tangannya pada Misha, Misha menerima dokumennya.
Misha membuka dan mulai membaca isi dari perjanjian dan dokumen lainnya, di satukan dalam satu berkas yang sama. "Okey, terus ada informasi penting apalagi?" tanya Misha melihat syabil. "Shamima udah siuman, rasanya Gak adil kalau Lo diem aja Sha." Syabil meminta Misha bertindak.
Misha terkekeh kecil. "Belum waktunya, setelah waktunya tiba semua bakal hancur di tangan gue." Misha berucap dengan pelan namun terlihat nada serius di setiap ucapan yang keluar. "Gue nunggu itu, rasanya Gak etis aja liat para setan sialan itu hidup tenang."
"Sakit di balas maaf aja gak adil, apalagi sakit gak dapet balasan. Mati hukuman yang terlalu mudah buat mereka, Hukum secara perlahan dan hancurkan hingga ke Akar." Misha berucap dengan nada suara yang terdengar lebih tenang dari biasanya, tapi nada suara itu membuat syabil merinding.
Misha seperti orang Gila di lihat dari tatapan nya sekarang, syabil tidak salah. Misha akan bergerak tapi pria itu tidak akan gegabah, Gima terlalu lembut untuk membalas rasa sakit tapi seorang Mishael Nagarez Pandara tidak memiliki Hati dan belas kasih.
"Merinding gue babi, dah lah gue keluar dulu." Syabil mengusap tengkuknya pelan, benar-benar sangat menyeramkan ruangan ini bersama seorang pria gila yang duduk disana.
Syabil keluar dari ruangan Misha, Misha tidak banyak bicara pria itu menatap dokumen dengan seksama. "Shagima Zyaniel Pandara," gumam Misha sangat pelan, Misha terkekeh kecil. Sangat menyenangkan jika Marganya tersemat di belakang nama si Cantik, Misha akan memastikan itu segera terjadi.
"Baiklah, mari menemui kesayangan gue." Misha menyimpan Dokumen ke dalam laci dan beranjak dari duduknya, Misha akan pulang lebih awal sekarang. Gima ada di apartemen bersama Bilva katanya jadi tidak datang ke kantor, Misha rindu dengan bayi besarnya itu.
Tidak ada jadwal penting hari ini jadi Misha tidak perlu khawatir jika pulang lebih awal, Misha mengambil kunci Mobil, dompet dan juga Ponselnya. Misha mencari kontak Vian di ponselnya, Misha akan memberitahu pria itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Perfect Is Mine (END) ✓
FanfictionBagi, Mishael Nagarez Pandara dirinya sangat beruntung mendapatkan Shagima Zyaniel Handika, pria cantik dan Manis, sopan tidak pernah berbuat kasar. Misha tergila-gila dengan Gima itu benar, semua orang tau itu. Tapi menurut Shagima Zyaniel Handika...