Mr. perfect : Rumah sebenarnya 🍬

2.1K 309 67
                                    

Misha tersenyum dengan mengusap rambut dan telinga Gima, Misha duduk di kursi dan Gima duduk di atas ranjang rumah sakit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Misha tersenyum dengan mengusap rambut dan telinga Gima, Misha duduk di kursi dan Gima duduk di atas ranjang rumah sakit. Gima sudah kembali menggunakan Selang Infus nya, Misha tidak pergi kemana pun menemani Gima.

"Kakak bisa Atur Zya sekarang, Zya tidak akan menolak seperti yang Zya ucapkan jika Zya menyerah." Gima menatap Misha, Misha mengusap pipi Gima lembut. "Hidup Zya itu milik Zya, tugas kakak hanya menjaga, melindungi, mencintai dan menyayangi Zya."

"Tapi Ka-"

"Kenapa Hum? Zya membuat keputusan seperti ini saja kakak bahagia, anggap saja kakak Jahat tapi Kakak tidak mau melihat Zya terus di sakiti sedangkan Zya tidak bisa melawan mereka. Kakak tau bukan Zya tidak bisa melawan tapi Zya ini terlalu pemaaf dan lembut, Zya butuh kakak di samping Zya kan?" tanya Misha dan Gima mengangguk pelan.

"Sekarang Zya bisa memutuskan apapun yang Zya mau, Zya ingin seperti apa kedepannya kakak akan ikuti semua kemauan Zya." Gima melihat ke arah Misha, apa Gima tidak bisa menerima dengan apa yang di milikinya sekarang.

Gima benar-benar merasa bersalah, Gima selalu meminta Belas kasih orang tua nya padahal di luar itu ada Misha yang memberikan semua cinta pada Gima. Yang siap mengorbankan semua hal untuk Gima, bahkan rela terluka untuk melihat Gima baik-baik saja.

Misha mengerutkan keningnya saat Gima memeluk leher Misha tiba-tiba, Misha mengusap punggung Gima lembut. "Zya akan menjalani Hidup bahagia Zya bersama Kak Aga, Zya akan melakukan semua Hal yang Zya mau bersama Kak Aga. Mungkin Zya hanya perlu menerima hal yang memang sulit untuk di ubah, Zya cinta sekali dengan Kak Aga." Gima mengeratkan pelukannya, Misha tersenyum kecil.

Misha memaklumi semua keputusan yang Gima ambil dengan tidak sesuai, Gima masih berusaha untuk dewasa dan Misha mengerti itu. "kakak Seneng Zya seperti ini," jawab Misha dan Gima mengangguk kecil, Gima sangat beruntung di cintai dengan hebat oleh Misha.

"Zya," gumam Gima sulit melanjutkan ucapannya, Misha melepaskan pelukan dan menatap Gima. "Zya ingin pindah dari komplek itu?" tanya Misha seakan tau isi Hati Gima, Gima mendongak terkejut.

Misha tersenyum kecil. "Ingin membeli rumah? Atau kita tinggal di apartemen, Zya inginnya apa katakan dengan kakak." Misha berucap lagi, Gima melihat Misha lagi. "Zya ingin tinggal dengan Kak Aga, dimana pun itu asal tidak disana. Zya tidak mau melihat mereka lagi, Zya ingin sembuh." Misha menganggukkan kepalanya paham.

"Baiklah, kita pindah ke Apartemen dulu setelah dari sini ya sayang? Jika Zya nyaman disana kita tinggal disana tapi jika Zya ingin membeli rumah Zya katakan pada kakak." Gima mengangguk setuju, Misha menjawil Hidung Gima gemas. "Zya tetap kuliah seperti biasa, Zya tetap aktivitas seperti sebelumnya tapi Zya menambah jadwal tidak apa-apa?" tanya Misha, Gima melihat ke arah Misha.

"Zya sakit ya Kak?" tanya Gima dengan lirih, Misha menggelengkan kepalanya kuat. "Gak, Zya sehat kok. Siapa yang bilang itu? Zya baik tau, jika Zya tidak mau kakak tidak akan paksa Zya." Misha mengusap pipi Gima lembut.

Mr. Perfect Is Mine (END) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang