Misha berdiri di depan rumah nya tanpa mau masuk, Misha menekan tombol bel terus menerus agar orang di dalam membukakan nya pintu.
Misha terkekeh saat mendengar suara manis dari dalam, Gima mengomel karena kesal suara bel terus saja berbunyi tadi emang ada Maid yang membukakan pintu tapi Misha tidak mau masuk dan tetap menunggu Gima.
Hari ini Gima tidak pergi ke kantor Misha dan juga tidak pergi kuliah, anak manis itu seharian di dalam rumah mereka yang baru satu Minggu di tempati.
Clekk!!
"Kebiasaan banget bukannya Mas—" Gima menghentikan ucapannya saat melihat Misha, Wajah itu seketika berubah marah. Gima tidak bicara dan melebarkan pintu, Misha masih engga masuk.
"Ish!! Ayo masuk buruann, atau mau aku tutup lagi pintunya?!" tanya Gima dengan sewot, Misha masuk dan Gima langsung berjalan meninggalkan Misha sendirian.
Misha menghela napasnya pelan, dari pagi Gima memang marah dengan Misha entah apa yang membuat Gima seperti itu. Gima hanya mengatakan dirinya kesal ketika melihat Misha, Misha saja tidak paham dengan Gima.
Misha berjalan ke arah dapur dan melihat Gima yang sedang menyiapkan makanan untuk mereka makan bersama, Misha menyimpan tas miliknya dan memeluk Gima dari belakang. "Sayang," panggilan lembut itu membuat Gima terdiam, Misha benar-benar erat memeluk Gima.
"I'm sorry baby, katakan salah kakak dimana agar Kakak bisa belajar untuk perbaiki itu jangan diamkan kakak seperti ini." Misha berucap dengan pelan, Gima cemberut tapi tidak mau menjelaskan salah nya dimana.
"Siapa yang diamkan kak Aga? Zya tidak diamkan kak Aga kok." Gima mengelak dengan kembali melanjutkan aktivitas nya, Misha menarik tangan Gima dan membalikan posisi Gima hingga mereka berhadapan sekarang.
Gima terkejut apalagi ketika Misha menarik tubuhnya dan mendudukan Gima di pinggir Meja, mengangkat tubuh Gima seperti tidak berat Misha itu. Gima menahan bahu Misha, Misha mendekatkan wajahnya dengan Gima.
Jantung Gima masih saja berdetak kencang ketika Misha menggoda nya seperti ini, padahal Mereka sudah lama bersama. "Katakan, tatap mata kak Aga sekarang." Misha menatap dalam mata itu, Gima mengalihkan tatapannya.
"Kenapa tidak berani menatap mata kak Aga, Hm?" tanya Misha memainkan hidungnya di pipi Gima, Gima masih menahan bahu Misha. "Ayo katakan dan tatap mata kak Aga, apa salah yang kak Aga lakukan hingga istri cantik kak Aga ini marah?" Misha sekali lagi berucap.
"Ak—aku gak marah!" Gima masih mengelak dan tidak mau berbicara dengan jujur, Misha mengangguk kecil. Misha menarik kedua tangan Gima dan mengalungkan tangan itu di lehernya, Gima harus waspada sekarang.
"Baiklah, bayi besar ini tidak mau mengatakan apa salah kak Aga jadi Mari Kita cari tau sendiri." Misha menatap Gima dari atas hingga ke bawah, setelah menikah tatapan Misha itu selalu saja lain jika menginginkan Hal yang mengarah kesana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Perfect Is Mine (END) ✓
FanfictionBagi, Mishael Nagarez Pandara dirinya sangat beruntung mendapatkan Shagima Zyaniel Handika, pria cantik dan Manis, sopan tidak pernah berbuat kasar. Misha tergila-gila dengan Gima itu benar, semua orang tau itu. Tapi menurut Shagima Zyaniel Handika...