Misha menatap malas ke arah pria yang duduk angkuh di kursi yang tidak jauh dari tempat Misha duduk, Misha benar-benar malas bertemu dengan orang tidak waras.
Ada sekitar delapan orang di dalam ruang Meeting Misha sekarang, dua di antaranya adalah teman Misha yang tentu saja berada di Kubu Misha.
Pihak ketiga ada Pemilik perusahaan dan juga pengacaranya dan pihak Yang menggugat membawa dua Juru bicara, Misha sudah menebak akan ada masalah ini karena Misha sangat berani melangkahi mereka yang terdahulu padahal bisa di lihat Misha bekerja di perusahaan baru satu tahun.
"Saya tidak mengerti terkadang dengan Anda Tuan Misha yang terhormat, untuk apa anda mengambil Hak yang bukan Milik Anda? Anda masih muda jangan serakah, Me-akuisisi sebanyak 60% itu keterlaluan karena saya yang mendapatkan Hak itu." Misha memutar bola matanya malas, wajah itu sangat mirip dengan Kekasihnya tapi sangat berbanding terbalik dengan Kelakuan Gima.
"Tapi tuan Liam, papa saya pernah mengatakan di dalam dunia bisnis itu tidak ada batas usia jika memang pada dasarnya saya bisa mengambil Hal itu mengapa tidak? Anda ingin menuntut lewat apa? Siapkan pengacara anda yang paling Mahal, saya siap untuk melawan anda di pengadilan." Misha menjawab dengan nada suara tegasnya.
"Sudah lah tuan Liam apa yang perlu anda Tuntut, saya yang memang menyerahkan Hak itu pada Tuan Misha. Bahkan saya sudah Mengganti penuh uang anda, saya tidak membawa pergi uang tuan Liam." Misha terkekeh kecil mendengarkan nya. "Dengar Tuan? Apa yang ingin anda Tuntut di pengadilan, hal ini di lakukan dengan sadar terima saja masih untung saya masih menyisakan 10% untuk perusahaan anda tidak saya Ambil semuanya." Misha berucap lagi, nada suara itu sangat angkuh.
"Apakah anda pria yang Gila Harta Misha?" tanya tuan Liam dengan nada suara yang terdengar sangat tidak sopan. "Jika saya Gila Harta, saya akan menuntut anda tentang Hak Shagima tuan Liam yang terhormat. Jika anda lupa, saya memiliki apa yang menjadi sumber kehancuran Hidup anda. Saya tidak melakukan itu karena harta saya lebih banyak daripada anda sekarang, atas dasar apa anda mengatakan saya Gila Harta?" Misha bertanya dan pria itu terdiam, Misha membawa Gima dalam pembahasannya.
"Vian," panggil Misha dan Vian beranjak dari duduknya menyerahkan berkas pada kedua orang yang duduk saling berhadapan. "Tidak perlu banyak bicara, tanda tangani surat itu dan selesai tuan." Misha tidak mau berlama-lama menghadapi Kelurga Handika, rasa ingin menghancurkan nya semakin kuat jika terus berurusan.
Misha menatap Tuan Liam dengan alis yang terangkat, Pihak ketiga sudah menandatangani surat nya dan Misha masih menunggu. "Ayo tuan, jika anda tidak mau menandatangani suratnya jangan salahkan saya jika perusahaan anda di ambang kebangkrutan." Misha mengetuk meja meeting dengan pelan.
"Brengsek anda Mishael!" Hina nya, Misha terkekeh kecil saat Tuan Liam mengumpat dan berkata kasar pada Misha. "Saya tidak terkejut, karena yang menang memang akan merayakan dan yang Kalah tidak terima."
Brakkk!!!
Misha melihat tuan Liam yang beranjak dan pergi begitu saja tanpa menandatangani surat yang Misha berikan, Misha mengangkat Bahu nya Acuh tidak masalah dengan kepergian pria itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Perfect Is Mine (END) ✓
FanfictionBagi, Mishael Nagarez Pandara dirinya sangat beruntung mendapatkan Shagima Zyaniel Handika, pria cantik dan Manis, sopan tidak pernah berbuat kasar. Misha tergila-gila dengan Gima itu benar, semua orang tau itu. Tapi menurut Shagima Zyaniel Handika...