Brakk!!
Misha membuka pintu dengan kuat membuat beberapa orang yang berada disana menatap Misha terkejut, Misha melirik sekitar melihat keberadaan Gima. "Di mana pacar gue?!" tanya Misha tanpa basa-basi.
"Sha ken—"
"GAK PENTING ANJING! DIMANA GIMA?!" Bentak Misha tidak bisa basa-basi, Misha berjalan mencari Gima entah dimana mereka membawa Gima. "Pak bisa kasih Liat Gima dulu? Pacarnya mau liat pak," ujar Rega dan salah satu Polisi disana mengangguk.
"Duduk sini Sha dulu tunggu Gima di bawa kesini nanti," ujar Rega menarik Misha duduk, Misha menurut apa yang Rega katakan. Misha memegang kepalanya yang terdapat Darah mengalir disana, tidak apa-apa hanya terkejut tadi.
"Kak Aga," suara lirih itu mengalihkan Misha, Misha mendongak dan beranjak tanpa mengatakan apapun Misha memeluk Gima dengan sangat erat. "Maaf sayang, maafin Kak Aga." Misha meminta maaf, Misha hanya meninggalkan Gima sebentar tadi mengapa bisa seperti ini.
"Zya tidak salah kak, Zya tidak mungkin lakuin itu. Zya masih memiliki hati nurani kak Aga, Zya tidak sejahat itu dengan saudara Zya sendiri." Gima berucap dengan pelan, tangannya tidak membalas pelukan Misha karena tubuhnya benar-benar lemas sekarang.
Misha membawa tubuh Gima dan mendudukan Gima di kursi tunggu disana, Gima melihat kening Misha dengan terkejut. "kak Aga Ini Ken—"
"Gak penting sayang, Gapapa." Misha memotong dengan menangkup wajah Gima, Misha melihat pipi Gima memerah dan rahang Misha mengeras.
Misha beranjak dari jongkoknya. "ANJING!! SIAPA YANG BERANI SENTUH PACAR GUE?!" tanya Misha dengan kuat, Gima terkejut mendengar suara keras Misha. Misha menangkup wajah Gima lagi, mengusap pipi kesayangannya. "Bilang sama kakak siapa yang pukul Zya?" tanya Misha suaranya sangat lembut.
"Ayah," jawab Gima dengan lirih, Misha mengumpat pelan. Misha menarik tubuh Gima lagi dan memeluknya sangat erat, lebih erat dari sebelumnya.
"Orang yang sabotase mobil yang Mima pake ke tangkap cctv rumah Sha, setelah di interogasi orang itu ngaku Gima yang nyuruh gue gak bisa bela karena ada buktinya di ponsel Gima chat orang itu sama Gima dan ponsel Gima di tahan sama polisi karena jadi satu bukti di antara dua bukti lainnya."
Gima menggelengkan kepalanya kuat. "Gak kak, Zya gak lakuin itu. Kak aga percaya kan dengan Zya? Zya tidak mungkin lakuin itu sama Kak Mima Kak, Zya tidak tau mengapa ada Chat itu di ponsel Zya." Gima meyakinkan Misha jika bukan dia yang melakukan Hal itu pada Mima, Gima tidak sejahat yang orang tua nya bilang tadi.
Misha menangkup wajah Gima, Misha tau. Gima tidak akan pernah melakukan hal itu, Misha akan selalu percaya dengan Gima. "Kakak percaya dengan Zya, Zya itu malaikat baik tidak mungkin Zya melukai orang." Misha menjawab dan Gima mulai terisak mendengar ucapan Misha.
"Kenapa keadaan tidak pernah memihak pada Zya, kak? Apakah tuhan tidak mau melihat Zya bahagia? Jangankan bahagia melihat Hidup Zya tenang saja, Zya sudah berterimakasih. Kepala Zya dari tadi berisik sekali, Zya tidak Melakukan itu." Misha memejamkan matanya mendengar Ucapan Gima, Misha juga tidak mengerti dengan Alur kehidupan Gima.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Perfect Is Mine (END) ✓
FanfictionBagi, Mishael Nagarez Pandara dirinya sangat beruntung mendapatkan Shagima Zyaniel Handika, pria cantik dan Manis, sopan tidak pernah berbuat kasar. Misha tergila-gila dengan Gima itu benar, semua orang tau itu. Tapi menurut Shagima Zyaniel Handika...