Gima beranjak dari duduknya dengan senyum manis di wajahnya. "Terimakasih banyak om dokter," ujar Gima dengan ceria, sang dokter ikut tersenyum. "Sama-sama, untuk kedepannya dokter akan menjadwalkan ulang pertemuan kita ya? Semoga Gima tidak lagi bertemu dengan dokter." Sang dokter menatap Gima, sangat teduh tatapan itu.
"Huum! Baik om dokter, nanti om dokter bicarakan saja dengan kakak." Gima menjawab ucapan sang dokter. "Baiklah, hati-hati ingat kata dokter ya Gima anak baik." Gima mengangguk dan tersenyum manis.
"Gima akan belajar untuk bahagia om dokter," ujar Gima lagi, sang dokter terkekeh pelan. "Baiklah, sana pergi jangan lama-lama disini takut." Gima mengangguk dan melambaikan tangannya, Gima berjalan keluar membawa sesuatu di tangannya.
Sang dokter bilang itu hadiah untuk Gima padahal Gima tidak meminta tapi Gima juga menyukai Hadiah jadi tidak Gima Tolak hadiahnya, Gima membuka pintu keluar senyumnya mengembang saat melihat siapa yang menunggu di luar.
"Kakak!" Seru Gima sangat senang, pria tampan itu tersenyum tipis apalagi ketika Gima menghampiri dan langsung memeluknya dengan erat. "hihi... Sudah selesai, Om dokter mengatakan akan menjadwalkan ulang pertemuan Zya dengan om dokter."
"Hebat sekali kesayangan kakak ini, nanti kakak bicarakan lagi dengan om dokter okey." Gima mengangguk senang, Misha mengecup kening Gima lembut.
Setelah dua bulan dengan rutin Gima bertemu dokter yang papa Misha rekomendasikan kondisi Gima mulai membaik, apalagi setelah kejadian hari itu Misha memperketat penjagaan juga.
Gima berkuliah seperti biasa tapi tidak mengikuti organisasi lagi, Misha meminta Gima untuk berhenti dan Gima menuruti perintah Misha untuk menganti waktu pertemuan organisasi nya menjadi jadwal pertemuan dengan dokter.
Misha pun sudah pulih dari sakitnya, luka tusuknya memang cukup parah tapi karena Misha memiliki dokter pribadi jadi luka itu cepat sembuh.
Gima benar-benar menjalani hidupnya dengan baik setelah hari dimana Gima mengatakan ingin bertemu bunda nya terakhir kali hingga sekarang Gima tidak pernah menanyakan orang tua nya lagi, Gima seperti membebaskan hidupnya untuk benar-benar sembuh dari luka di hari-hari yang lalu.
Gima yang semakin terbuka dengan Misha juga, hal sekecil apapun yang menganggu pikiran Gima akan Gima ceritakan pada Misha. Misha benar-benar menjadi rumah untuk Gima, begitu pula sebaliknya.
Misha sangat senang melihat Gima nya bahagia, Misha akan memastikan kedepannya hanya akan ada bahagia untuk Gima. Misha akan melindungi dan semakin mencintai Gima dengan caranya sendiri, Misha pastikan Hal itu.
"Kakak akan kembali ke kantor atau tidak?" tanya Gima karena memang belum waktunya Misha pulang bekerja. "Kakak tidak sibuk, memang Zya ingin pergi ke suatu tempat?" tanya Misha tangannya dengan pelan mengusap rambut Gima.
"Iya, Zya ingin ke suatu tempat bersama kak Aga hari ini." Misha mengangguk kecil. "Boleh sayang, ayo kita pergi ke tempat yang Zya mau tapi kemana itu?" tanya Misha dan Gima Terkekeh kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Perfect Is Mine (END) ✓
FanfictionBagi, Mishael Nagarez Pandara dirinya sangat beruntung mendapatkan Shagima Zyaniel Handika, pria cantik dan Manis, sopan tidak pernah berbuat kasar. Misha tergila-gila dengan Gima itu benar, semua orang tau itu. Tapi menurut Shagima Zyaniel Handika...