Misha mengetukkan jari nya ke atas meja, mata tajam itu menatap Layar Komputer dengan seksama. Di layar tertera sebuah Grafik menurunnya Saham Suatu perusahaan, senyum Misha terlihat sangat menyeramkan sekarang.
"Perlahan tapi membuat pemilik nya kehilangan akal," gumam Misha pelan, Misha terkekeh sekali lagi.
Suara ketukan di pintu membuat Misha menoleh, Misha berdehem agar orang di luar dapat masuk ke dalam. Misha melihat temannya yang datang, Vian juga Rega.
"Sha, Gila banget anying sumpah gue gak nyangka!" Seru Vian datang dan menghampiri Misha dengan membawa iPad miliknya, Rega pun membawa berkas juga. "Apa?" tanya Misha bingung dengan ucapan Vian.
"Perusahaan yang Lo minta buat di akuisisi sebagian sahamnya itu jatuh ke tangan perusahaan kita Gila, yang dulu nya kita dapat 10% sekarang jadi 60% hebat banget!" Seru Vian dan Misha mengangguk kecil.
"Kabar buruknya Handika Company menuntut Hak itu karena mereka yang awalnya kebagian 60% jadi berbanding terbalik mareka cuma dapet 10% aja." Rega ikut berbicara dengan menyerahkan berkas pada Misha, Misha menerimanya dan membuka lalu membaca isi nya.
"Gimana bisa Lo balikin Ginian dalam waktu satu Malam Sha?" tanya Vian merasa bingung dengan tindakan Misha. "Sumber pendapatan terbesar milik keluarga Handika ya dari perusahaan ini, 60% itu bukan jumlah yang sedikit mereka kehilangan hampir 50% perhasilan bulanan bahkan tahunan mereka dengan kata lain 1 bulan kemudian kalau hak itu gak balik Nama lagi perusahaan Handika bakal Hancur." Misha tidak menjelaskan bagaimana dirinya bisa mengambil Hak itu, tapi Misha menjelaskan Akibat dari perbuatannya.
"Iya lah Gila aja 60% ini, Gue aja kaget pas dapet kabarnya." Vian masih tidak menyangka akan Hal itu, Misha dengan mudah menghancurkan apa yang ingin Misha hancurkan. "tapi gimana kalau Perusahaan Handika Nuntut perusahaan Kita Sha?" tanya Rega yang masih bingung dengan semua nya.
"Apa yang mau di Tuntut? Perusahaan itu yang kasih sukarela sama perusahaan kita, bukan salah kita kalau kita ambil Alih dia tergiur dengan Harga yang di tawarkan dan gue cuma kasih apa yang dia mau aja." Misha menjawab memang tidak salah tapi tidak benar juga.
"Bener-bener uang menghancurkan semua Hal," ujar Vian lagi, Misha terkekeh kecil. "hidup di dunia ini kalau kita yang gak berkuasa maka kita yang bakal jadi Korbannya, lebih baik jadi penguasa kan?" tanya Misha pada kedua temannya.
"Iya lah Gila, tapi gue masih gak nyangka sama apa yang Lo lakuin sumpah. Gila emang Lo, apa gak mau kasih tau kita apa yang mau Lo lakuin Sha?" tanya Vian penasaran. "Hancurin keluarga Handika, apa lagi?"
"Hancurin dari hal yang paling berharga," ujar Misha lagi dan Vian juga Rega mengangguk paham. "Lo udah ngomongin ini sama Syabil kan?" tanya Vian lagi, Misha mengangguk pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Perfect Is Mine (END) ✓
FanfictionBagi, Mishael Nagarez Pandara dirinya sangat beruntung mendapatkan Shagima Zyaniel Handika, pria cantik dan Manis, sopan tidak pernah berbuat kasar. Misha tergila-gila dengan Gima itu benar, semua orang tau itu. Tapi menurut Shagima Zyaniel Handika...