Bubur Ayam

2.1K 194 2
                                    

Saat cahaya matahari mengintip melalui jendela, Harna bangkit dari tidurnya. Dia menghapus rasa kantuk dari matanya dan perlahan berjalan menuju tempat tidur Harkan. Harkan masih tertidur dengan damai, gerakan dadanya yang naik turun dengan teratur merupakan pemandangan yang menenangkan (saat Harna pulang pagi buta tadi nafas Harkan masih terdengar berat). Harna dengan perlahan merapikan selimut dan membenarkan letak nassal cannula Harkan yang sudah tidak berada dintempatnya sebelum menuju ke dapur untuk menyiapkan sarapan.

"Pagi - pagi ini enaknya ngopi sih", Harna bergumam sendiri saat berjalan keluar kamar mereka sambil merapikan rambutnya yang masih acak - acakan khas bangun tidur.

Meski hanya sempat tidur beberapa jam sejak sampai rumah jam 4 pagi, ntah mengapa Harna tidak merasa terlalu mengantuk. Di dapur dengan cekatan tangannya menyeduh dan meracik 3 gelas kopi dan satu gelas teh hangat.

Setelah teh dan kopi selesai Harna bergerak ke arah kulkas, melihat kedalamnya sambil memasukkan kedua lengannya ke dalam kantung celana pendek yang digunakannya. "Masak apa ya? Yang gak ribet tapi ngenyangi, laper banget gue."

"Bubur ayam enak nih Na" Marda menyauti gumaman Harna sambil menguap dan meregangkan tubuhbya, sisa hawa dingin hujan tadi malam memang masih memberikan rasa kantuk. Marda berjalan ke dapur yang telah dipenuhi aroma kopi yang baru diseduh bercampur dengan aroma teh buatan Harna yang menenangkan.

"Gimana Na? Boleh gak? Tapi kalau masih capek kita beli aja sarapannya" tanya Marda sekali lagi masih dengan mukanya yang mengantuk. Segelas kopi hangat sudah di tangannya.

"Iya iya, boleh Mas. Bentar aku siapi. Cuci muka dulu sana" Harna menjawab tanpa menoleh ke arah Marda, pandangannya masih fokus ke dalam kulkas memilah bahan yang dibutuhkan.

Tak lama kemudian, Janu memasuki dengan tampilan yang tidak jauh berbeda dengan Marda. "Wangi bener." komentarnya sambil merangkul Harna dari belakang. Harna hanya menatap tajam ke arah Janu.

"Ini lagi, sama aja sama Mas Mar. cuci muka sana, jangan ganggu dulu. Kalau masih ada belek gaboleh masuk dapur"

"Jutek amat pagi pagi."

"Udah sana cuci muka, terus banguni Harkan. Tanya dulu dia mau sarapan di kamar atau di meja."

"Meja di mana Na?"

"Meja makan dong mas... kalau mas Janu baru aku bawa ke meja hijau." Harna melepaskan rangkulan Janu dan semakin menajamkan tatapannya, tapi Janu hanya tertawa sambil melangkah meninggalkan dapur.

Janu memasuki kamar Harna dan Harkan. Janu mendekati sisi tempat tidur Harkan sambil mengelus rambut Harkan pelan. "Kan, bangun yuk. Sarapan sama minum obat dulu, siap itu baru tidur lagi" katanya dengan suara lembut.

Harkan membuka matanya perlahan, mengedipkan matanya beberapa kali untuk menyesuaikan diri dengan cahaya. "Pagi Mas" gumamnya, suaranya serak efek baru bangun. "Kapan Mas sampe rumah?"

"Tadi pagi jam 4, bareng Harna juga" jawab Janu sambil membantu Harkan duduk dan membetulkan nassal cannula yang masih menempel di hidungnya. Tapi Harkan menahan tangan Janu dan menggeleng, lalu menarik napas dalam - dalam. Setelah memastikan dia dapat bernapas dengan baik, Harkan melepasnya.

"Mau sarapan di kamar atau di luar?" tanya Janu sambil membereskan oksigen dan nassal cannula Harkan.

"Ke meja makan aja Mas."

Janu membantu Harkan turun dari tempat tidur dan memberikan Harkan tongkatnya. Harkan menarik napas dalam-dalam dan mulai melangkah perlahan keluar ruangan dengan Janu merangkul bahunya dan memapahnya.
Kakinya tidak cukup kuat untuk berjalan dan berdiri tanpa bantuan. Jika harus melakukan perjalanan yang lebih jauh atau sedang tidak fit, ia membutuhkan kursi roda.

Saat memasuki ruang makan, mereka disambut dengan aroma nikmat sarapan yang tercium di udara. Marda dan Harna mendongak dari HP mereka saat Harkan dan Janu masuk. "Udah enakan Kan? " tanya Marda sambil menarik kursi untuk Janu dan Harkan duduk.

Harkan menyandarkan tongkatnya di sisi kursi dan duduk dengan menghela napas berat, lututnya sudah gemetar. "Udah Mas. Masak apa Na?"

"Bubur ayam, mau? Atau mau yang lain?," tawar Harna sambil menyiapkan mangkuk dan mulai menata bubur.

"Mau Na, dikit aja ya."

Mangkung mangkuk mulai terisi dengan bubur hangat dan lembut buatan Harna. Taburan ayam, daun bawang, dan kacang (kecuali di mangkuk Harkan) memberi warna bubur yang awalnya putih polos. Harna juga menuangkan kaldu ke setiap mangkuk.

"Hmm, Mas mau ngomong sesuatu..."
Marda memecah keheningan di meja makan. Membuat semuanya mengalihkan pandangan dari mangkuk mereka.

"Tadi Ayah nelpon Mas... Bude lagi di Bandung, jadi bakal nginap disini satu malam. "

"Kalau singgah aku paham, tapi kenapa harus nginap sih Mas?" Harna langsung menghentikan makannya. Meletakkan sendok yang sedak dipegangnya. Rahang Harna menegang, dan kerutan terbentuk di dahinya saat dia berusaha mengendalikan emosinya. Janu meletakkan tangannya di bahu Harna, berusahan menenangkan. Sementara Harkan memandang seluruh saudaranya dalam diam, mengetahui ketegangan yang akan terjadi beberapa waktu ke depan.

Bude adalah kakak dari Ibu mereka. Saat Ibu mereka masih ada Bude sudah cukup menjengkelkan dengan berbagai komentarnya, tapi karena Ibu masih ada itu semua dapat ditelan . Setelah Ibu tiada, Bude rutin berkunjung ke rumah mereka jika sedang berada di Bandung. Niatnya baik, tapi ntah kenapa sepertinya caranya kurang menyenangkan.

'Kenapa ambil jurusan itu sih Na?', 'Ini rumah kalian harusnya lebih rapi, kok kayak kapal pecah gini' 'Kuliahmu itu kok gak siap siap Janu? cepat dong selesai biar bisa bantu - bantu' 'Kamu harus mandiri Kan, jangan bergantung sama Mas mu terus.' Suara Bude sudah terngiang ngiang di telinga mereka masing.

"Kayak biasa Na, mau jenguk kita. Mas tau perasaan kalian semua gimana, tapi kalian tetap harus jaga sikap ya. Demi Ibu"

Tidak ada lagi yang menanggapi marda. Harna sudah bangkit dan membereskan mangkuknya. Janu hanya bermain dengan ponselnya. Harkan mengaduk ngaduk bubur di mangkuknya. Perasaan mereka ikut bercampur dengan isi mangkuk.

***
BUBUR AYAM

Bahan-bahan

200 gr beras
1 buah dada ayam fillet
4 siung bawang putih, cincang
1 sdt saus tiram
1 batang daun bawang
1/2 sdt garam
1/2 sdt merica
air secukupnya

Cara Membuat

1. Blender beras dengan sedikit air hingga beras terpotong-potong, jangan terlalu halus.
2. Masak dengan air secukupnya, tambahkan sedikit garam dan aduk-aduk hingga matang.
2. Potong-potong kecil daging ayam. 3. Tumis bawang putih. Masukkan daging ayam dan tumis hingga daging berubah warna.
3. Tuang sedikit air, masukkan saus tiram, garam, merica. Masak hingga air habis.
4. Siapkan bubur di mangkuk, siram dengan topping ayam, irisan daun bawang.

Food of SoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang