Sup Telur

2.8K 227 6
                                    

Marda menatap ke luar jendela yang sedang ditutupnya. Langit malam ini terlihat mendung, udara juga mulai terasa dingin. Rintik-rintik air hujan yang semula hanya sebatas gerimis, kini sudah digantikan dengan derasnya air yang turun beriringan. Kilatan petir ikut menghiasi langit malam itu.

Hujan. Petir. Angin.

"Mas, diluar hujan deras?" pertanyaan Harkan memecah lamunan Marda. Harkan berhenti memainkan game di ponselnya begitu mendengar petir yang bersautan, menegakkan tubuhnya untuk melihat ke arah jendela.

Marda menganguk sembari berjalan memghampiri Harkan yang sedang duduk di sofa. "Iya Kan. Kita ke kamar aja ya? Udaranya mulai dingin." Jawabnya lembut sambil merangkul pundak Harkan untuk membantunya berdiri.

"Sebentar lagi aja Mas. Harna sama Mas Janu belum pulang. Takutnya gak kedengeran kalau mereka nanti pulang. Sinyal juga jelek kalau lagi hujan gini Mas. Dari tadi aku ngehubungi mereka tapi ceklis satu terus" Marda mengurungkan niatnya, ia ikut duduk di sebelah Harkan dan menimbang  kembali ucapannya.

Saat ini hanya ada mereka berdua di rumah, Janu dan Harna masih di luar dengan kesibukan masing - masing. Tadi pagi ntah kenapa kunci rumah mereka hilang satu, jadi mau tidak mau Juna dan Harna yang punya rencana pulang malam tidak membawa kunci yang tersisa. Kalau seperti ini Harkan pasti akan tetap ngotot untuk menunggu mereka pulang.

Harkan menepuk pelan tangan Marda yang lagi-lagi melamun. Marda berjengit merasakan dingin yang menjalar dari sentuhan tangan Harkan.

"Yaudah, mas ambil selimut di kamar dulu ya" ucap Marda sambil mengusap tangan Harkan, mencoba memberikan kehangatan. Harkan hanya mengangguk menanggapi Marda. Marda langsung bergerak memgambil selimut dan sweter di kamar Harkan. Tidak lupa iya juga mengambil tabung oksigen (nafas Harkan terdengar berat saat mereka berbicara tadi) dan obat obatan yang harus dikonsumsinya malam itu.

Marda datang dari belakang, menyampirkan sweter yang dibawanya dibawanya di bahu Harkan dan membantunya memakainya dengan benar. Kemudian ia mulai mengangkat kaki harkan ke atas sofa. Selimut tebal yang dibawanya dibentangkan dari dada hingga kaki Harkan yang telah naik seuruhnya ke sofa tertutup sempurna.

Hujan di luar sana semakin deras, suara petir menggelegar. Udara dingin menembus masuk, Harkan terbatuk-batuk. Tangannya mulai mengurut pelan dadanya sembari mengatur nafasnya perlahan. Ia memejamkan mata sampai batuknya mereda. Jantungnya pasti bekerja lebih keras karena udara yang dingin ini.

"Sesak?"

Harkan tidak menjawab, terlalu sibuk mengatur nafas dan meredakan nyeri di dadanya. Marda  dengan sigap memakaikan nasal cannula pada hidung Harkan dan menyapirkannya di kedua telinganya. Setelah mengatur tekanan oksigen dan merasa nafas Harkan sudah terdengar lebih teratur, Marda beranjak ke dapur mengambil segelas air untuk Harkan meminum obatnya.

"Minum obatnya, setelah itu istirahat ya? Nanti kalau mereka udah pulang Mas banguni, atau mau langsung ke kamar aja biar lebih enak istirahatnya?"

"Ng... tapi kita belum makan malam Mas..." bodohnya Marda. Bisa - bisanya dia lupa. Sudah tidak ada lauk apapun di lemari dan kulkas. Kalaupun ada bahan, Marda tidak bisa mengolahnya. Harkan tidak mungkin makan mie instan (bukan berarti mie instan buatannya layak untuk di makan).

"Kalau makan masakan mas mau gak? Mas buati telur dadar ya..."

"HAHAHA, mas aku lagi sesak.. jangan buat ketawa dulu." tawanya pecah melihat Marda kebingungan. "Aku aja yang masak mas, daripada dapur kita kebakaran. Obatnya langsung aku minum juga gapapa mas"

"Gak, mas gamau kamu kambuh. Sekarang aja masih sesak kan? Duduk aja. Pokoknya mas buatkan sebentar" Marda merapatkan selimut Harkan sebelum beranjak ke dapur. Harkan menyamakan posisinya di sofa, sungguh rasanya ingin ikut membantu Marda. Tapi saat ini untuk bernafas saja sulit. Harkan hanya bisa berdoa makan malam kali ini baik baik saja.

JANU

Jam berapa pulang?
Ini masih di kampus atau udah di jalan?

Belum tau mas.
Ini masih deras banget, mana petirnya kayak flash light.
Bisa bisa kayaknya gak pulang ini, aku mginap di kos teman yang dekat kampus.
Rumah aman kan?

Aman tapi gak aman...

Kenapa mas? Harkan gapapa?

Gapapa, tapi agak sesak soalnya udara dingin dan dia ngotot nunggu kalian pulang.
Dan gak ada makanan di rumah...

Jadi mas masak? Harna belum pulang?

Belum... Harna kayaknya ponselnya mati. Terakhir dia juga ngabari belum bisa pulang.

Yaudah mas. aku arahi dari vn aja.
Di kulkas ada telur kan? Masak sup telur aja, tinggal cemplung cemplung aja kok. Masaknya pelan pelan aja ya mas...
Kalau ini rasanya tetap gak beres, aku masih gak paham sih.
Sama bilangi ke Harkan suruh langsung masuk kamar aja habis makan.

Iya iya.
Bantunya yang ikhlas dong.
Buruan vn nya mas tunggu.

Begitu vn dari Janu masuk Marda segera mengikuti instruksi dari marda. Menunya sederhana, hanya beberapa bahan saja. Tapi Marda sudah pusing dibuatnya. Wangi bawang putih yang ditumis mulai memenuhi rumah mereka. Tidak sampai 15 menit sup buatannya telah selesai.

"Tidak buruk juga" Marda bergumam sembari menuangkan sup ke dalam mangkuk.

Marda menghampiri Harkan yang sudah terpejam di sofa menunggu marda selesai. Marda meletakkan mangkuk sup ke atas meja lalu mengusap lembut rambut Harkan. "Kan, udah siap nih. Makan dulu"

"Udah selesai mas? Gak kebakaran kan?"

"Jangan ngaco kamu, ini jadi kok. Tadi Janu bantu ngarahi lewat vn. Tapi rasanya ya..."

"Hahaha, iya mas kumakan. Boleh tolong suapi mas? Tanganku lemes..." ucap Harkan dengan lirih. Udara dingin ini memang tidak baik untuknya.

"Iya ini mas suapi ya. Siap itu langsung ke kamar aja. Tadi Janu sama Harna udah pesan sama Mas mereka pulang pagi, jadi gausah ditunggui" Marda membantu Harkan duduk dan membenarkan letak bantal sebagai sandaran Harkan. Harkan mengangguk, setidaknya hatinya tenang mendengar kabar kedua saudaranya.

Sup telur hangat, di hari hujan. Rasanya bukan yang terbaik. Bentuknya juga tidak memarik. Tapi Harkan menikmati makanan itu karena iya tau itu usaha terbaik Marda.

SUP TELUR

Bahan-bahan:

2 butir telur
1 butir tomat ukuran kecil
3 siung bawang putih
1 batang daun bawang
Tulang ayam/sapi (optional)
Merica bubuk secukupnya (Marda gak pake merica, Soalnya harkan gabisa makan merica)
Air secukupnya
Garam

Cara Membuat

1. Tumis bawang dan tomat hingga harum.
2. Masukkan air dan tulang, biarkan hingga harum dan mendidih.
3. Setelah mendidih, tuang telur secara bertahap sambil diaduk perlahan.
4. Masukkan garam, aduk rata.
5. Taburkan irisan bawang saat dihidangkan.

Food of SoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang