Serabi

1.4K 209 41
                                    

Setelah Aku baca ulang, chapter ini terlalu bertele - tele dan panjang. Tapi Aku gak tau harus gimana perbaikinya karena takut malah ngerusak feel dan alurnya.

Kalau ada feedback silahkan taruh di comment ya. Message langsung juga boleh.

I really appreciate your vote and comment. Thank you. \(^v^)/

***

Setelah beristirahat semalaman Janu dan Marda merasa lebih segar. Meski sekarang badan mereka rasanya sakit semua. Tentu saja setelah terlempar ke aspal seperti itu tidak mungkin tidak meninggalkan rasa sakit.

Saat pagi tiba mereka sarapan di meja makan bersama dengan Kakek dan Nenek, kecuali Harna yang menemani Harkan di kamar.

Sarapan kali ini berbeda dari sarapan mereka biasanya. Mereka hanya tinggal duduk dan menikmati makanan yang telah terhidang. Wangi serabi yang hangat memenuhi indra penciuman mereka.

Kakek dan Nenek yang duduk bersama mereka juga menambah nikmat sarapan kali ini. Sudah lama mereka tidak merasakan suasana kekeluargaan. Semoga Harkan cepat pulih agar dapat bergabung dengan mereka di meja makan.

Setelah sarapan selesai, Nenek bangkit dan menuju kamar melihat kondisi Harkan. Meninggalkan para lelaki untuk berbincang.

Kini Janu dan Marda sedang duduk berhadapan dengan orang yang sangat mereka segani. Sudah sekitar dua jam mereka diinterogasi habis - habisan. Meski daripada interogasi lebih tepat disebut sesi tanya jawab, karena mereka juga menanyakan perihal beberapa hal.

Kakek memang sudah cukup berumur. Tapi wajahnya masih tampak tegas dan penuh wibawa. Siapapun yang melihat dapat membayangkan ketampanan saat ia masih muda, bahkan masih belum luntur hingga sekarang. Bagian mengesalkannya adalah wajah itu sangat mirip dengan Pram. Membuat mereka terbayang - bayang setiap kali berbicara dengannya.

Sebuah fakta yang paling mengejutkan mereka sepanjang berbincang adalah ternyata selama ini Kakek memberi syarat saat Ayah mereka melakukan pernikahan keduanya. Dan Kakek awalnya juga tidak merestui pernikahan Ayah dengan Ibu mereka.

Syarat yang diajukan untuk pernikahan kedua Pram adalah ia akan merestui hubungan Pram dengan Tante Sari jika Pram berjanji untuk membawa mereka ke Australia atau mereka tetap harus berada di Indonesia. Jika syarat itu tidak dipenuhi, ia dan Nenek mengutuk keras pernikahan itu.

Yang Kakek tau mereka sekarang sedang berada di Australia. Pram bahkan juga menyebutkan bahwa Harkan akan melanjutkan pengobatannya di sana dengan peralatan medis yang lebih canggih. Oleh sebab itu, jika sampai detik ini mereka tidak dipertemukan oleh kecelakaan yang menimpa mereka, Kakek tidak akan tau bahwa mereka masih di Indonesia.

Dengan seluruh syarat itu Kakek mengizinkan pernikahan mereka terlaksana. Bukan tanpa alasan ia mengajukan syarat itu. Ia tahu betul jika Pram berjauhan dengan anaknya, hal seperti ini akan terjadi. Ditambah lagi Pram yang dari dulu seperti tidak mau tau terhadap kondisi Harkan.

Kakek bahkan sudah menyiapkan satu rekening khusus untuk segala keperluan Harkan sejak ia mengira mereka pindah ke Australia. Setiap bulannya ia mentransfer jumlah yang cukup besar. Bahkan saat Pram sudah tidak berhubungan sama sekali dengan orang tuanya, Kakek tetap mengisi rekening itu. Berharap suatu saat cukup untuk melakukan transplantasi jantung saat Harkan mendapat giliran di daftar tunggu.

Setelah penjelasan Kakek, perlahan Marda dan Janu menceritakan kronologi apa yang terjadi pada mereka. Dimulai dari wafatnya Ibu. Pram yang awalnya hanya mengajak Harna untuk ikut dengannya karena Marda dan Janu sudah terlanjur kuliah di sini. Tawaran itu langsung ditolak mentah - mentah oleh Harna. Di mana ada Harkan, maka di sana dia akan berada.

Food of SoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang