"Permisiii, ini pesanannya sudah sampai." Kepala Janu mengintip dari pintu, dengan tangannya yang membawa plastik berisi kopi dijulurkan ke dalam. Tadi Harkan meminta tolong untuk membelikan kopi untuk Harna di perjalanannya menuju rumah sakit.
Harkan yang sedang berbaring sambil menonton tv terkekeh kecil melihat tingkah saudaranya yang lebih tua dua tahun darinya itu. "Buruan Mas... udah mumet banget anaknya." Harkan menggerakkan matanya yang sayu melirik ke Harna yang tetap fokus dengan laptopnya.
Sudah 5 hari Harkan dirawat dan kondisinya sudah mulai membaik. Meski masih terlihat pucat namun sudah ada rona di wajahnya, tidak seperti saat dia pertama kali datang. Masker oksigen sudah digantikan dengan nassal cannula. Dia juga sudah sanggup berbicara lebih banyak meski dengan perlahan karena masih sulit untuk bernapas. Namun selang NGT belum dapat dilepas.
Marda, Janu, dan Harna bergantian menemani Harkan selama di rumah sakit. Untuk malam ini giliran Janu. Sedangkan dari siang sampai Janu datang ada Harna yang menemani.
Sejak sampai tadi, Harna langsung sibuk mengejar tugas yang harus dibuatnya. File tugasnya hilang karena laptopnya yang tiba tiba mati, padahal deadlinenya hanya beberapa jam lagi.
Janu langsung melangkah masuk dan memberikan kopi Harna. "Minum dulu ni racunnya. Baru lanjut lagi."
Harna masih diam dan tidak menggubris Janu. Dia masih fokus untuk benar - benar memastikan bahwa file nya telah tesimpan. Setelah itu ia mematikan laptopnya dan memasukkannya ke dalam tas. Tangannya langsung menyambar dan meneguk kopi dingin dari tangan Janu. Nikmat sekali rasanya setelah kafein mulai memasuki darahnya.
"Hampir gila aku Mas."
"Langsung bawa servis besok. Jangan ditunda lagi. Atau ada rencana beli baru aja? Bukan pertama kali kan kejadian kayak gini."
"Iyasih Mas. Nanti aku coba bilang ke Ayah juga."
Janu mengangguk menyetujui pilihan Harna dan melanjutkan membereskan barang bawaannya. Matanya melihat ada handuk kecil dan sebaskom air yang tampak belum dipakai. "Ini belum bersih bersih Kan?"
Harna tersentak dan hampir tersedak kopinya. Karena dia sangat panik tadi begitu sampai di ruang rawat Harkan dia langsung fokus dengan tugasnya. Dia melupakan kalau harus membantu Harkan untuk bebersih.
Harna langsung menghentikan minum kopinya dan hendak bangkit. Namun Harkan menghentikannya "Gapapa Na... istirahat aja dulu..."
Tapi Harna tidak menghiraukan dan tetap bangkit. Kali ini Janu yang menahan badan Harna dengan menekan bahunya agar tetap duduk di sofa. "Udah duduk dulu, biar Mas aja."
Harna menatap Harkan dengan rasa bersalah. Namun Harkan hanya tersenyum tipis seakan mengatakan bahwa ia tidak perlu sepanik itu.
"Mas izin bantu bersih bersih ya.."
Janu mulai menyibak selimut yang menutupi tubuh harkan. Lalu melepaskan kancing kemeja yang menutupi tubuh bagian atas Harkan. Dengan telaten Janu mulai memandikan (hanya dengan dilap tepatnya) Harkan dengan handuk yang telah dibasahai air hangat dengan perlahan. Tidak ingin menyakiti tubuh ringkih itu lebih jauh.Saat Janu hendak membuka celana Harkan, Harkan menahan tangan Janu. "Na.." panggilan Harkan membuat Harna yang sudah berdiri terdiam di samping ranjang menoleh.
"Ngopinya lanjut di luar aja boleh?" Harna paham maksud Harkan. Harkan takut Harna merasa jijik kalau harus melanjutkan acara minum kopinya saat dia harus berganti pampers. Mobilitasnya yang terbatas membuatnya hanya mampu berbaring dan tidak sanggup harus bolak balik ke kamar mandi.
Harna menggeleng dan meletakkan kopinya. "Gapapa, nanti aja aku lanjut. Aku izin ban-"
Telpon Harna berdering.
KAMU SEDANG MEMBACA
Food of Soul
FanfictionDunia hanyalah piring yang isinya bisa kita isi, ntah dengan pilihan sendiri atau dengan lauk yang tersedia. Tapi tetap harus kita santap. Cerita ini berisi resep yang akan mengenyangkan perut, hati, dan pikiran. Menceritakan isi "piring" 4 bersaud...