"Belanjaan udah lengkap semua kan?" tanya Marda pada Janu sambil merapikan belanjaan mereka di kasir.
"Udah semua kayaknya Mas. Sabun cuci piring juga udah diambil Harna sebelum ke kasir tadi."
Hari ini hari kedatangan Bude ke Bandung. Marda langsung menjemput adiknya satu - persatu dari kampus agar tidak kabur selepas pulang kuliah (bahkan kunci motor Janu sudah ditahan oleh Marda sejak malam hari). Jadi mereka harus melengkapi berbagai kebutuhan rumah agar tidak mendengar omelan panjang. Marda dan Janu bertugas mengambil sabun, tisu, dan sejenisnya. Sedangkan Harna dan Harkan mengambil bahan masakan.
"Capek? Dari tadi pagi juga belum ada istirahat... Mau ke mobil deluan?" tanya Harna sembari memijat pelipis Harkan. Harna dan Harkan menunggu di dekat pintu keluar. Raut lelah dan pucat sudah tampak di wajah Harkan. Dia sudah menyandarkan tubuhnya sepenuhnya di kursi roda yang didudukinya. Harna telah mengatur sandaran kursi roda Harkan menjadi tidak terlalu tegak.
"Gak usah Na, bentar lagi juga siap." Harkan menggeleng. Ia menutup mata menikmati pijatan dari Harna. Sungguh rasanya sangat lelah. Hari ini adalah jadwalnya untuk menghadiri kelas offline di kampus. Begitu kelas selesai dia langsung pergi berbelanja hingga sore hari.
Janu yang melihat adik kembarnya dari kejauhan lalu meninggalkan Marda sejenak dan menghampiri mereka. Janu berjongkok di depan kursi roda Harkan tanpa bicara. Menggenggam tangan dingin Harkan lalu meraba nadinya. Janu juga mengecek smartwatch di tangan kiri Harkan yang menampilkan denyut nadi Harkan. "Ini tangannya udah dingin banget. Langsung masuk mobil, gaada bantahan. Dari tadi pagi ngampus sampe sekarang belum ada istirahat, gak mungkin gak capek. "
Harkan hanya terdiam dan tidak berani membantah. Kalau Mas nya yang satu ini sudah bertitah, dia hanya bisa diam. Janu langsung mengambil alih kursi roda Harkan dan memberi kode pada Harna untuk membantu Marda mengangkat belanjaan mereka.
"Mas.." Harkan memecah keheningan perjalan mereka menuju mobil.
"Hmm?"
"Kira kira nanti apalagi yang bakal dibahas sama Bude?"
"Gaada yang bisa kita prediksi Kan. Kita udah usah semaksimal mungkin biar terlihat flawless tapi tetep aja ada celahnya", jawab Janu sambil membantu Harkan berdiri dari kursi roda dan masuk ke dalam mobil. Janu melipat kursi roda Harkan dan memasukkannya ke dalam bagasi. Janu masuk ke dalam mobil dan menghidupkan mesin, lalu mulai menghidupkan AC.
"Tapi kadang apa yang bude bilang ada benernya sih Mas..." Harkan bergumam pelan. Tapi masih terdengar oleh Janu.
Janu mengintip dari spion dan melihat Harkan yang menyenderkan kepalanya ke jendela. "Gausah mikiri yang aneh aneh. Mending tidur.."
Harkan tidak menjawab lagi dan memejamkan matanya. Dia sudah sangat lelah hingga langsung tertidur.
Tidak lama Marda dan Harna datang dengan kantung belanjaan di kedua tangan mereka. Janu membuka bagasi dan turun untuk membantu menyusun belanjaan.
"Udah tidur dia mas?"
"Udah Na. Kakakmu itu jangan ditanya capek atau nggak. Padahal mukanya aja udah pucet banget, tetep aja bilang nggak."
Setelah seluruh belanjaan tersusun, Marda mengambil alih kursi pengemudi dengan Janu di sampingnya. Sedangkan Harna duduk di belakang dengan Harkan.
"Udah semuakan? Kita pulang ya" Marda mulai menjalankan mobil. Perjalanan ke rumah hanya diisi keheningan. Semuanya sibuk dengan isi kepala masing masing.
***
Sampainya di rumah, mereka membereskan seluruh belanjaan (kecuali Harkan yang masih tertidur dan sudah di gendong Janu ke kamar). Marda mulai beberes rumah sedangkan Janu dan Harna menyibukkan diri di dapur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Food of Soul
FanfictionDunia hanyalah piring yang isinya bisa kita isi, ntah dengan pilihan sendiri atau dengan lauk yang tersedia. Tapi tetap harus kita santap. Cerita ini berisi resep yang akan mengenyangkan perut, hati, dan pikiran. Menceritakan isi "piring" 4 bersaud...