Nasi Tim Ayam

1.5K 201 8
                                    

Makasih semuanya yang mau baca, vote , dan comment! Semoga gak bosan ya \^v^/

***

Langit sudah cukup gelap saat Marda dan Harna sampai di rumah. Terlihat Lampu luar rumah sudah dihidupkan. Marda langsung memasukkan mobil ke dalam garasi. Sedangkan Harna sudah lebih dulu berjalan ke dalam rumah.

Saat Marda memasuki rumah terlihat Harna yang sedang membantu Janu di dapur, menyiapkan makan malam. Harna tampak belum ada masuk ke kamar sama sekali, terlihat dari baju yang dipakai masih sama seperti saat mereka pergi tadi. Sepertinya Harna ingin memberi ruang untuk Marda dan Harkan.

Setelah ganti baju dan bebersih Marda melangkah ke kamar si kembar yang berada di sebrang kamarnya. Harkan yang sedang menonton tv sambil setengah berbaring di tempat tidur menoleh ke arah pintu saat Marda membuka pintu. Ia masih bergelung dalam selimut dan terlihat beberapa kali menggosok lengannya. Mencari kehangatan. Suara batuknya beradu dengan suara tv yang sedang hidup. Bandung sedang dingin - dinginnya belakangan ini.

Marda mengambil botol minyak kayu putih yang tergeletak di tempat tidur. Perlahan disingkapnya selimut ynag menutupi kedua kaki Harkan. Dengan lembut mengusapkan minyak itu dengan sedikit pijatan ringan ke kaki yang seperti membeku itu.

"Kok cepet pulangnya Mas? Harna mana?"

"Lagi bantu Janu nyiapi makan malam."
Setelah selesai, Marda mengambil kaus kaki di laci dan memakaikannya ke kaki Harkan. Tidak lupa menutupnya kembali dengan selimut. Harkan tersenyum singkat ke arah Marda sebagai ucapan terimakasih. Setelahnya Marda naik ke tempat tidur dan duduk di samping Harkan.

"Kok diganti terus?" Dari tadi Harkan tidak berhenti lebih dari 5 detik pada satu saluran. Jarinya terus - terusan menekan remot meski pada akhirnya kembali pada saluran awal. Tidak ada siaran yang menarik perhatiannya.

"Gatau mau nonton apa Mas. Aku bosan."

"Mau main game?" Harkan hanya menggeleng. Dia juga bosan main game. Jari - jarinya juga terasa kaku karena kedinginan seharian ini.

Marda mengeluarkan brosur yang diambilnya di toko saat membeli laptop Harna. Terlihat laptop gaming keluaran terbaru yang Harkan inginkan. "Kan, kata Harna kamu pengen ini ya?"

"Bener Mas, bagus gak menurut Mas? Ramnya juga besar. Dibanding tipe lain aku rasa ini yang paling worth it." Matanya berbinar menjelaskan dengan semangat. Harkan akan selalu begitu setiap membahas hal yang dia suka.

"Bagus kok. Gak mau coba bilang ke Ayah?"

Harkan menghembuskan napasnya kasar. "Mas tau sendiri ayah royal untuk hal penting, tapi untuk yang kayak gini Ayah mana mau Mas. Apalagi kalau aku yang minta. Aku cukup tau diri biaya pengobatanku besar." Kalimat itu meluncur begitu saja dengan nada kesal. Bukan kesal pada fakta bahwa sikap ayahnya seperti itu, tapi kesal dengan Marda yang seperti tidak tau seperti apa Ayah mereka selama ini. Harkan bingung sendiri kenapa Harna dan Marda bersikeras memintanya untuk berbicara dengan Ayah.

Hati Marda tergores mendengar penuturan Harkan. Tapi memang dari dulu Harkan hanya berbagi barang dengan Harna. Sepatu, baju, bahkan sampai barang elektronik. Ayahnya selalu berpesan padanya untuk membeli ukuran dan sesuai dengan kesukaan Harna. Harkan cukup berbagi saja. Toh Harkan jarang keluar rumah selain beberapa kali ke kampus dan rumah sakit. Begitu menurut Ayah mereka.

"Mas tambah pakai uang tabungan Mas mau?" Marda mencoba menawarkan solusi tanpa menyinggung perasaan Harkan.

"Gausah Mas, tabungan Mas simpan buat hal lain. Buat lamaran nanti misalnya." Harkan sudah mematikan tv dan melirik usil ke arah Marda yang masih dalam mode serius.

Food of SoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang