Harna duduk di bangku ruang kuliahnya, namun pikirannya tidak berada di sana. Suara dosen yang sedang menjelaskan hanya bagai angin lalu di telinganya. Tangan kanannya sibuk memainkan pulpen, sedangkan tangan kirinya menggenggam HP yang belum berbunyi dari tadi. 'Kenapa belum ada kabar tentang check up Harkan?'
Sebenarnya Harna sangat ingin ikut menemani, kondisi Harkan belum membaik sama sekali saat tadi pagi dia berpamitan sebelum berangkat ke kampus. Tapi Harkan melarang keras. Katanya jatah absen Harna sudah hampir habis dan UTS sudah dekat.
"Woi, melamun terus." Ravi, salah satu teman Harna, menepuk pundaknya. Harna yang sedang melamun berjengit kaget. Ternyata kelas sudah selesai, dia benar-benar tidak menyadarinya.
"Hari ini gak ada kelas lagi kan? Udah beres?" Ravi mengambil posisi di kursi depan Harna lalu memutarnya agar mereka duduk berhadapan. "Iya, udah kelar."
Harna mengangguk singkat dan langsung membereskan barang barangnya. Rasanya iya ingin langsung berlari ke rumah sakit dan menyusul saudaranya.
Tangan Ravi mennghentikan pergerakan Harna yang sibuk merapikan tasnya. "Buru - buru amat. Nongkrong dulu la sebelum balik."
"Gak bisa." Harna sedikit kesal sebenarnya, dia sedang tidak ingin berbasa basi hari ini.
"Kenapa? Kembaran lo kan gak ada kelas hari ini." Ravi tetap bersikeras untuk mengajak Harna. Selama ini Harna selalu menolak tawaran karena dia harus segera mengantar Harkan pulang atau menjaganya di rumah.
"Justru karena itu. Harkan lagi drop."
"Minimal duduk dulu, makan puding nih. Muka lo udah kayak hantu. Begadang semalaman pasti?" Nia datang menghampiri kedua lelaki yang sedang mengobrol itu dengan membawa nampan berisi beberapa puding.
"Ada angin apa nih bagi bagi puding?" Ravi langsung menyerobot dua puding berwarna kuning dari nampan itu dan langsung mengangsurkan satu ke Harna. Harna menerimanya dengan bingung.
"Bukan bagi bagi, ini danusan. Beli dong."
Harna dan Ravi tertawa. Harna menimbang sejenak dan memutuskan untuk makan puding itu. Dia belum makan apapun sejak tadi malam. Pudingnya cukup lembut, tidak terlalu manis. Juga terdapat potongan mangga di dalamnya. 'Harkan pasti suka.'
"Enak. Buat sendiri?"
"Iya dong! Pake mangga asli!" Nia dengan bangga menjawab dengan kedua tangan yang dia topang di pinggang. Rambutnya yang lurus sepanjang bahu dikibaskannya ke belakang. Rasanya senang bukan main masakannya dipuji oleh Harna, tapi dia tetap harus jual mahal.
"Aku beli 3 lagi ya." Harkan mengambil 3 puding lagi dan memasukkannya ke plastik yang diberikan oleh Nia. Disaat bersamaan HP Harna berbunyi. Dengan segera ia membaca pesan yang ternyata dari Marda .
Kalau udah siap kelas langsung ke rumah sakit aja.
Harkan harus opname.Harna langsung bangkit setelah meninggalkan sejumlah uang.
"Jangan lupa istirahat sama jaga diri sendiri Na! Jangan ngurusi orang lain terus!"
Teriakan Ravi masih terdengar oleh Harna yang masih berada di pintu. Tapi dia tidak ingin menanggapinya. 'Orang lain katanya? Harkan itu kembarannya, bukan orang lain.'
***
Harna bergegas masuk ke ruangan Harkan. Begitu pintu terbuka ia disambut Harkan yang terbaring di tempat tidur rumah sakit. Rona pucat masih menghiasi wajahnya, tapi setidaknya bibirnya sudah tidak membiru lagi. Bunyi monitor jantung memenuhi ruangan, mengiringi deru napas Harkan yang masih dibantu masker oksigen yang menutupi separuh wajah. Selang NGT juga tampak di hidungnya, menambahkan kekhawatiran Harna.
Marda tampak tertidur di kursi sebelah tempat tidur, tangannya menggenggam tangan Harkan yang terbebas dari selang infus dan alat medis. Kepalanya terbenam di atas tempat tidur. Sedangkan Janu tertidur meringkuk di sofa, kakinya yang panjang terpaksa ditekuk.
Harna menarik bangku untuk duduk di samping tempat tidur. Sayangnnya suara berdecit memenuhi seluruh ruangan dan membangunkan seluruh penghuni ruangan, kecuali Janu yang tampak sangat lelap.
"Maaf." Harna hanya dapat meminta maaf dengan perasaan kikuk.
"Udah pulang Na?" Suara Harkan terdengar sangat lirih, Harna mencondongkan tubuhnya lebih dekat lagi agar dapat mendengar Harkan lebih baik.
"Udah. Maaf jadi kebangun, tidur lagi aja." Harna mengelus pelan rambut kembarannya. Harkan hanya kembali memejamkan matanya tanpa mejawab pertanyaan Harna.
"Apa kata dokter Mas?" Harna langsung mengutarakan pertanyaan yang ingin dia tanyakan dari tadi. Apalagi setelah dia menyadari selang NGT dan kantung darah yang tergantung di tiang infus.
"Anemia dan butuh transfusi, Hb nya rendah. Makanya belakangan ini Harkan sering pusing. Jantungnya juga jadi ikut bekerja lebih keras." Harna mangganguk paham, pantas saya Janu terlihat lelah. Kantung darah itu sudah bisa dipastikan berisi darah Janu. Karena yang memiliki golongan darah yang sama dengan Harkan selain dirinya adalah Janu.
"Harkan juga gak sanggup makan, beberapa suap aja udah sesak dan capek, jadi harus pakai NGT. Full bedrest." Marda melanjutkan penjelasannya sambil memandang sendu Harkan. Ntah sejak kapan adiknya ini mulai merasa tidak nyaman, tapi Harkan tidak mengeluh sama sekali.
Ruangan kembali hening dengan pikiran masing masing. Suara dering HP Harna memecah keheningan. Sebuah pesan dari Nia tampak di layar.
Pudingnya jangan lupa di makan:)
Jangan lupa beli lagi juga, besok aku bawa rasa baru
Harna tersenyum geli membaca pesan itu, ekspresi Nia di kampus tadi terbayang kembali.
Harna mengeluarkan puding dari tasnya.
"Tadi aku beli puding danusan, Mas mau? Ada buat Mas Janu sama Harkan juga.""Boleh Na, punya Janu sama Harkan simpan aja dulu."
"Aku mau, boleh gak?" Harkan belum tertidur lagi ternyata. Matanya melirik ke arah Marda meminta persetujuan.
"Boleh, tapi pelan pelan ya? Kalau capek berhenti dulu. Nanti kalau udah sehat dibuati Harna atau Janu satu loyang."
Harna hanya tertawa mendengar namanya dibawa-bawa. Dengan perlahan Harna menyesuaikan posisi Harkan agar nyaman. Marda juga ikut membenarkan selimut Harkan.
Setelah dirasa nyaman, Harna mulai membuka puding dan menyendoknya sedikit untuk disuapkan ke Harkan. Harkan menikmati puding dengan rasa buah kesukaannya. Rasanya benar benar nikmat. Tapi setelah suapan kedua Harkan memberikan kode kepada Harna untuk berhenti.
"Udah?"
"Udah Na, capek..." Harkan sudah kembali menutup matanya.
Harkan meletakkan sisa puding ke atas meja dan mengambil tisu. Dengan telaten Harna membersihkan mulut Harkan.
"Cepat sembuh ya Mas. Gak enak ngampus sendiri."
***
Puding ManggaBahan - bahan
1 bungkus agar-agar bubuk
100 gram gula pasir
500 ml air
200 ml susu fullcream
3 buah manggaCara membuat
1. Campur agar-agar bubuk dan susu dengan air lalu aduk rata.
2. Tambahkan gula dan masak hingga mendidih.
3. Jika sudah mendidih, masukkan buah mangga yang sudah dihaluskan.
4. Aduk semua bahan hingga tercampur rata.
5.Lalu pindahkan ke wadah dan masukkan ke dalam lemari es agar setelah puding tidak panas lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Food of Soul
FanfictionDunia hanyalah piring yang isinya bisa kita isi, ntah dengan pilihan sendiri atau dengan lauk yang tersedia. Tapi tetap harus kita santap. Cerita ini berisi resep yang akan mengenyangkan perut, hati, dan pikiran. Menceritakan isi "piring" 4 bersaud...