Choco Banana Puff Pastry (2)

1.6K 199 14
                                    

Makan malam dengan suasana yang hangat dengan Ayah mereka yang sudah tidak lama pulang adalah hal yang diharapkan Janu saat membuka pintu rumah. Bukan pemandangan keluarga baru Ayahnya beserta Marda yang terlihat gelisah sedang berkumpul di meja makan. Tatapan Marda seperti ingin minta tolong kepadanya untuk membantunya kabur dari situ.

Harna dan Harkan yang tidak terlihat membuat Janu menghiraukan panggilan Pram dan langsung menuju kamar si kembar. Perasaannya tidak enak. Apalagi setelah mendapat kabar dari Marda bahwa kaki Harkan kembali bengkak sejak tadi siang dan Harna yang menelponnya berulang kali.

Harkan berbaring dengan tempat tidur yang cukup tegak dengan posisi kepala sedikit mendongak, menandakan betapa sulit ia menarik napas. Wajahnya tampak kuyu dengan rambut yang lepek. Mata sayunya terlihat merah dan berair, efek dari demamnya yang cukup tinggi. Handuk basah terlihat di dahinya. Masker oksigen menutupi wajahnya dengan deru napas terengah seperti sedang berlari.

Janu segera memangkas jaraknya dengan Harkan. Tanpa diminta, Harna, yang dari tadi menjaga Harkan, membuka selimut yang menutupi kaki Harkan. Memperlihatkan sepasang kaki bengkak yang telah diganjal oleh bantal agar posisinya lebih tinggi dari jantung.

"Perutnya mulai bengkak juga Mas... demamnya juga gak turun - turun." Harna sudah sangat cemas dari tadi. Sejak dia sampai rumah, Harkan sudah demam meski tidak setinggi sekarang suhunya. Kakinya juga tidak membaik sama sekali, malah perutnya sekarang ikutan membuncit. Ingin rasanya langsung membawa Harkan ke rumah sakit. Apalagi Harkan beberapa kali mengigau memanggil Ibu mereka, bisa jadi Harna juga terkena serangan jantung setiap kali mendengarnya.

Tangan Janu mengelus pelan pipi Harkan yang tirus itu, berusaha mendapatkan fokus Harkan. "Kita ke rumah sakit ya, Mas khawatir paru - paru kamu edema."

Harkan hanya memandang sayu ke arah Janu. Berusaha berucap sesuatu di tengah nafasnya yang tercekik. Meski tidak mendengarnya dengan jelas, Janu paham itu adalah sebuah penolakan. "Mau ya Kan? Mas gak sanggup liat kamu kesakitan kayak gini."

Air mata Harna sedikit lagi tumpah. Bisa bisanya Ayahnya makan dengan tenang sedangkan anaknya dengan kondisi seperti ini. Bahkan Marda mengatakan bahwa Ayahnya tau bahwa kaki Harkan bengkak sejak menjemputnya di bandara tadi.

"Ayah... nan... ti.. pergi." Ternyata itu alasan Harkan tidak mau ke rumah sakit, dia sadar jika sudah opname akan memakan waktu paling sedikit 3 hari. Dia khawatir Ayahnya sudah kembali ke 'rumahnya' tanpa sempat menghabiskan waktu bersama.

Sial. Air mata Harna sudah tidak dapat dibendung lagi. Tanpa berkata - kata ia langsung ke luar kamar. Membuat Janu kebingungan. Tidak lama kemudian Harna sudah kembali sambil membawa kunci mobil di genggamannya.

Harna menggengam tanga kurus Harkan yang sangat lemas, bahkan sudah tidak sanggup membalas genggamannya. "Mas, kita ke rumah sakit. Ayah ikut, jadi Mas harus mau ya. Kalau Mas udah sehat, kita liburan kayak yang Mas mau waktu itu." Tidak ada respon dari yang diajak berbicara, dia sedang sibuk berjuang meraup oksigen dan mempertahankan kesadarannya.

"Mas gendong Harkan, aku siapi mobil."Melihat Harkan yang semakin lemah membuat Janu menyimpan pertanyaan yang ingin dilontarkannya. Tanpa pikir panjang lagi, Janu langsung merengkuh Harkan dalam gendongannya. Tidak lupa menyambungkan masker oksigen harkan ke tabung portable.

Prang!

Saat Janu berjalan menuju mobil terdengar suara pecahan piring. Piring - piring tepatnya. Harna mecampakkan piring Pram berisi dessert yang khusus Harkan buat untuk menyambut kepulangan Ayahnya. Harna tidak sudi membiarkan Pram memakannya.

Janu tetap melanjutkan langkahnya. Apapun yang sedang terjadi, tidak baik didengarkan oleh Harkan. Ia langsung bergegas menuju mobil.

"Apa - apan kamu Harna!" Pram sudah berdiri tegak dengan rahang yang mengeras. Wajahnya sudah merah padam penuh amarah. Sedikit lagi dia lepas kontrol, bisa jadi tangannya sudah melayang ke wajah anak bungsunya.

Food of SoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang