Sebelum baca kita harus apa?
Iya benar, klik tanda bintang/vote ya~
I love you reader 💕***
Taehyun melangkahkan kakinya memasuki ruangan Kai. Ia berjalan melewati Kai yang sedang bersantai di sofa sambil menyesap rokoknya menuju meja kerja Kai. Ia meletakkan paperbag berisi bunga yang dibawanya tadi ke atas meja. Taehyun keluarkan tangkai-tangkai bunga itu dan ia masukkan ke dalam vas bunga kaca yang sudah berisi air.
“Aku sudah meminta cleaning service untuk mengganti airnya dan membuang bunga yang sudah layu itu sebelum kau datang” ujar Kai sambil terus memperhatikan Taehyun yang sibuk menata bunganya di dalam vas.
Taehyun terkekeh. “Sepertinya kamu begitu takut aku akan memarahi karyawanmu lagi”
“Aku hanya kasihan saja melihat karyawan yang kehilangan pekerjaan mereka hanya karena kesalahan kecil”
Taehyun berbalik dan mendekati Kai. “Lagipula aku hanya menggertak, itu terserah dirimu saja mau memecat mereka atau tidak. Tapi nyatanya kamu sendiri yang memilih untuk memecat mereka”
Kai mematikan api rokoknya di dalam asbak lalu menarik Taehyun agar duduk di pangkuannya. Ia meletakkan kedua tangannya di pinggang Taehyun. Memeluknya dengan tidak begitu erat. Taehyun menyandarkan kepalanya di bahu Kai dengan nyaman.
“Aku tidak ingin menjatuhkan harga dirimu di hadapan karyawan. Mereka akan meremehkanmu jika aku tidak melakukan apa yang sudah kamu titahkan” ucap Kai sambil mengelus tangan Taehyun lembut.
“Padahal kamu tidak perlu sampai sejauh itu. Oh ya, ayo kita makan siang sekarang” ajak Taehyun dengan bersemangat.
“Maaf Hyun. Aku akan makan siang dengan klien sebentar lagi”
Taehyun merengut kecewa. “Kenapa tidak bilang sebelum aku kesini? Jadi aku tidak perlu repot-repot kemari. Aku bisa saja makan siang di restoran di seberang apartemenku”
Kai terlihat sangat merasa bersalah karena ia sungguh lupa jika Taehyun akan mengunjunginya hari ini.
“Bagaimana jika kamu makan siang dengan Terry saja? Dia ada di studio lantai 9”
Taehyun menggeleng. “Aku sedang tidak ingin bertemu dengannya, dia pun sepertinya juga begitu.”
“Apa kalian bertengkar?” tanya Kai pada Taehyun yang tangannya mulai memilin dasi Kai.
“Beberapa hari yang lalu aku membuat Terry marah. Aku bilang padanya untuk tidak menyentuhku lagi karena aku sudah memiliki pacar.”
Kai merenggangkan sedikit pelukannya dan menatap wajah Taehyun.
“Kamu punya pacar?”
Taehyun mengangguk.
“Soobin?”
Mata Taehyun membola, sedikit terkejut. Bagaimana Kai bisa tahu bahwa pacarnya adalah Soobin. Taehyun mengangguk ragu.
“Darimana kamu tahu, Kai?”
“Apa kau lupa siapa aku, Hyun? Aku bahkan tahu jika dia yang membawamu pergi dari arena balap dua minggu yang lalu. Apa kamu tidak bertemu dengannya tadi? Bukankah dia ada di gedung ini juga.”
“Ah berarti tadi aku tidak salah lihat. Aku pikir tadi hanyalah karyawan yang mirip dengannya.”
“Kamu tidak tahu?”
“Apa?”
“Kamu tidak tahu jika Soobin bekerja disini?”
Taehyun menggeleng. “Aku terakhir bertemu dengan Soobin beberapa hari yang lalu, dia hanya bilang sedang interview untuk sebuah pekerjaan. Dia bilang akan memberitahuku jika dia sudah diterima.”
“Hati-hati dengannya, Hyun. Pasti ada ‘sesuatu’ sehingga dia tidak segera memberitahumu. Jangan terlalu mudah percaya dengan orang lain, walaupun itu kekasihmu sendiri. Ketahuilah, aku tidak akan menentang hubungan kalian tapi aku juga tidak mendukungnya. Dan ingat, aku akan selalu mengawasi kalian.”
Taehyun hanya tertunduk lesu dengan masih memilin dasi Kai. “Apakah Terry tahu? Tentangku dan Soobin”
“Sepertinya dia belum tahu. Bukankah akan lebih rumit jika dia tahu?” Kai menatap Taehyun yang sepertinya sedang gundah. Kai eratkan pelukannya dan mengusap lembut punggung Taehyun seolah menguatkan.
“Mau sampai kapan kalian seperti ini? Apakah kau lupa jika kita harus makan siang dengan klien, Tuan Kai yang terhormat?” Heeseung berdiri di ambang pintu sambil berkacak pinggang.
“Kai… Mengapa tidak sekretaris galak ini saja yang pergi? Aku ingin makan siang denganmu” rengek Taehyun dengan manja.
“Ya! Bisakah kau hentikan rengekan menjijikan itu, Hyun. Ayo Kai kita harus pergi.”
“Ya sudah aku makan sendiri saja” Taehyun mau tak mau mengalah. Ia kecup singkat sebelah pipi Kai lalu turun dari pangkuannya dengan kesal. Ia berjalan keluar dari ruangan Kai dan sengaja menabrakkan bahunya pada bahu Heeseung dengan kasar. Ia lalu menutup pintu dengan membantingnya kuat.
“Mau sampai kapan kamu memangkunya seperti itu? Dia sudah tumbuh sebesar itu, apa tidak berat?” tanya Heeseung pada Kai yang masih memakai jasnya dan merapikan penampilannya.
“Aku akan memangkunya seumur hidupku jika memang harus. Siapa lagi yang akan menyayanginya jika bukan aku. Walau dia punya kekasih pun tetap saja dia akan mencariku, karena hanya aku yang tidak akan mengkhianatinya” ujar Kai sambil tersenyum simpul ketika melihat foto Taehyun di mejanya.
“Bukankah Taehyun sangat manis?” lanjut Kai dan dibalas Heeseung dengan tatapan yang sulit diartikan.
“Iya, dia manis. Siapa yang akan menyangka jika pria semanis itu ternyata —”
“Ayo kita pergi sekarang” Kai memotong ucapan Heeseung dan berjalan lebih dulu keluar dari ruangannya.
“Manis katanya. Manis apanya” gumam Heeseung pelan lalu menyusul Kai keluar.
***
“Oh maafkan saya Tuan, saya benar-benar tidak sengaja” ujar seorang karyawan wanita yang kini sedang panik melihat kopi yang ia bawa tumpah mengotori pakaian orang yang paling para karyawan hindari.
Taehyun menatap nyalang wanita di depannya. Blouse putih yang ia kenakan menjadi begitu kotor dan basah. Serta yang membuatnya sangat jengkel adalah kopi itu masih sangat panas. Sial sekali ketika Taehyun keluar dari lift dia harus bertabrakan dengan beberapa karyawan yang asyik mengobrol sambil berjalan.
“Siapa namamu hah? Dan dari divisi mana kamu?” Pertanyaan Taehyun sontak membuat karyawan tersebut semakin panik. Pasalnya jika Taehyun sudah menanyakan nama dan posisi karyawan saat marah, sudah pasti karyawan tersebut akan dipecat.
“Tuan, saya mohon maafkan saya. Saya akan mengganti rugi pakaian Tuan, tapi saya mohon jangan pecat saya” karyawan tersebut terus memohon kemurahan hati Taehyun.
Tatapan tajam Taehyun tidak melunak sedikitpun. Ia malah meraih lanyard yang tergantung di leher karyawan tersebut. Karyawan itu bahkan mulai menangis meratapi akan nasibnya setelah ini. Karyawan lain yang menyaksikan peristiwa itu pun hanya bisa menatap kasihan pada rekannya. Namun gerakan Taehyun terhenti, lanyard tersebut ia lepaskan.
“Sudahlah kalian pergi saja dari hadapanku, aku tidak ingin menghabiskan energiku untuk marah” ucapan Taehyun tersebut seketika membuat para karyawan melongo. Tak hanya para karyawan, Kai dan Heeseung yang baru saja keluar dari lift juga ikut heran dengan sikap Taehyun yang tidak biasa.
“Cepat pergi dari sini sebelum aku berubah pikiran” lanjut Taehyun dingin.
Satu persatu para karyawan itu pergi, meninggalkan Soobin berdiri mematung yang sedari tadi mengalihkan perhatian Taehyun. Mereka bertatapan cukup lama sampai akhirnya Taehyun memilih untuk pergi begitu saja. Meninggalkan pria tinggi tersebut yang masih mengenggam gelas kopinya.
*To Be Continued*
KAMU SEDANG MEMBACA
TRAP | Soobtyun (On Going)
Fanfiction"Dari semua kebohongan yang pernah aku dengar, 'aku mencintaimu' adalah favoritku" - Taehyun *BXB (BoyXBoy) *Homophobic? DNI