Taehyun berlari ke arah mobil yang terparkir di pinggir jalan dengan mesin menyala. Seseorang di balik kemudi sudah menunggu kedatangan Taehyun dan bersiap untuk melaju. Setelah Taehyun masuk ke dalam mobil, mereka pun pergi meninggalkan tempat yang sedang dilanda huru-hara tersebut.
"Apa yang terjadi sampai kau datang terlambat?" tanya Heeseung pada Taehyun yang duduk di kursi penumpang dengan wajah kusut dan peluh yang membanjiri wajahnya.
"Aku hampir tertangkap. Ada seseorang yang mencegatku di tangga" jawab Taehyun tanpa menoleh ke arah Heeseung yang sedang mengemudikan mobil mereka.
"Siapa? Apakah kau mengenalnya?" tanya Heeseung lagi dan tak kunjung mendapat balasan dari Taehyun. "Oke, aku akan menyimpulkan jika kau mengenalnya."
"Bagaimana bisa begitu?" Taehyun panik, bagaimana bisa Heeseung menyimpulkan seperti itu. Heeseung tertawa melihat perubahan ekspresi Taehyun yang dingin menjadi seperti anak kecil yang ketahuan berbohong.
"Lihat, semuanya sudah jelas. Kau memang mengenalnya. Jika tidak, mengapa kau sangat panik begini."
"Tapi aku tidak ingin memberitahukannya padamu." ujar Taehyun sambil mengalihkan pandangannya keluar.
"Baiklah aku tidak akan bertanya." Heeseung kembali fokus mengendarai mobil tanpa bicara lagi.
***
Sementara itu di ruang gawat darurat sebuah rumah sakit, Soobin sedang diberi pertolongan oleh tim medis atas luka tusukan di pahanya. Di ranjang sebelahnya ada Terry yang duduk bersandar dengan melipat kedua tangannya di depan dada.
Di lokasi penembakan tadi, Terry menunjukkan akting shock karena kejadian traumatis yang terjadi di depan matanya sehingga dia juga dibawa ke rumah sakit oleh ambulan. Padahal ia hanya ingin menghindari wartawan sekaligus mengawasi Soobin.
Luka Soobin tidak terlalu dalam, sehingga tidak membutuhkan waktu yang lama untuk menjahit lukanya. Tim medis yang telah selesai melakukannya tugasnya pun meninggalkan Soobin di ranjangnya untuk beristirahat. Terry turun dari ranjangnya, menghampiri Soobin dan duduk di tepi ranjang.
"Seharusnya kamu tidak mencampuri pekerjaan kami terlalu jauh" ucap Terry pelan sekali sehingga suaranya hanya bisa di dengar oleh Soobin. Soobin menatap Terry malas dari ujung matanya.
"Aku sudah tidak ingin berpura-pura tidak mengetahui dirimu yang mendekati kami dengan sebuah misi. Terlebih kamu yang memanfaatkan Taehyun dan mempermainkan perasaannya. Kamu pikir aku akan diam saja melihat semua itu?"
Terry tersenyum miring dan bergerak mendekatkan wajahnya dengan wajah Soobin. "Jika kau masih ingin hidup dengan tenang, sebaiknya kamu duduk manis saja melihat semua pertunjukkan yang kami sajikan. Tidak perlu ikut campur, karena kamu tidak ada di dalam skenario yang kami buat. Tapi jika kamu tetap memaksa untuk masuk, maka bersiaplah untuk bertemu dengan ajalmu" ancam Terry dengan suara rendahnya yang mengintimidasi.
"Kau-pikir-aku-takut?" Soobin membalas ucapan Terry dengan penuh penekanan di setiap kata yang ia ucapkan. Terry dan Soobin bersitatap dingin seakan siap untuk saling menyerang. Namun beberapa saat kemudian Soobin terkekeh yang menimbulkan tatapan bingung dari Terry.
"Walaupun aku sangat ingin melenyapkanmu namun bukan itu tujuanku. Aku diperintahkan untuk berada di sisimu dan melindungimu." ujar Soobin sambil menepuk pundak Terry pelan.
"Apa kamu diperintahkan wanita tua tidak tahu malu itu?" tanya Terry dengan wajah datarnya, lebih bisa disebut ekspresi tidak suka.
"Wanita tua tidak tahu malu?"
"Ibuku, ah aku benci sekali menyebut wanita tua itu ibu. Lebih baik kamu sudahi saja misi konyolmu ini, wanita itu hanya menipumu." ujar Terry kesal dan langsung beranjak pergi dari ruangan tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRAP | Soobtyun (On Going)
Fanfiction"Dari semua kebohongan yang pernah aku dengar, 'aku mencintaimu' adalah favoritku" - Taehyun *BXB (BoyXBoy) *Homophobic? DNI