*Maaf ya baru sempat update. Selamat membaca, jangan lupa vote dan komennya*
***
Darah Soobin berdesir, mengalir secepat dengan detak jantungnya saat ini. Ia menendangi udara meluapkan kekesalannya di sepanjang perjalanannya menuju rumahnya. Sesekali ia berteriak, meluapkan sumpah serapah entah pada siapa. Menjadi pusat perhatian orang-orang yang dilaluinya.
Soobin berjalan kaki dari apartemen Taehyun menuju apartemennya. Apartemen Taehyun? Iya benar apartemen Taehyun. Terry yang sepertinya sengaja memperkeruh suasana itupun meminta Soobin mengantarkannya ke apartemen Taehyun selepas syuting. Setelah itu Soobin disuruh pulang dengan meninggalkan mobil Terry yang di bawanya di sana.
Otaknya seakan mendidih membayangkan Terry akan menginap di tempat kekasihnya. Terlebih kekasihnya itu sama sekali tidak berniat untuk menjelaskan semuanya. Jangankan menjelaskan, menelpon pun tidak. Sama sekali tidak merasa bersalah. Huh, apa yang Soobin harapkan dari para 'penjahat' itu.
"DASAR KEPARAT!! BERANI-BERANINYA KALIAN BERMAIN API DI BELAKANGKU" teriak Soobin seakan ada Taehyun dan Terry di hadapan matanya. Ia benar-benar kesal seolah dipermainkan oleh kedua insan tersebut.
***
Soobin menaiki tangga dengan langkah yang agak limbung. Di tengah perjalanannya tadi ia mampir di sebuah kedai yang menjual miras. Ia meminum beberapa gelas bir untuk melepaskan penat di kepalanya. Tidak sampai mabuk memang, namun lumayan mengacaukan fokusnya.
Sesampainya di dekat unit miliknya, Soobin melihat seorang pria duduk berjongkok di depan pintu apartemennya. Ia mengedipkan matanya beberapa kali, mencoba memastikan yang ia lihat di depannya adalah orang yang dikenalnya.
Pria itu mendongak saat Soobin berdiri tepat di depannya. Dengan cepat ia berdiri dan langsung menyapa Soobin. Soobin hanya memandang pria tersebut dengan malas.
"Rasanya aku tidak minum banyak, tapi mengapa aku bisa mabuk? Kenapa aku bisa melihat Taehyun berdiri di sini" oceh Soobin sambil menekan kata sandi pintunya. Ia mengabaikan pria bernama Taehyun tersebut dan bergegas masuk ke unitnya.
"Tunggu!" Langkah Soobin terhenti, tangan Soobin ditahan agar tidak masuk ke dalam unitnya. Soobin menoleh dan menatap Taehyun lama dalam diam.
"Ah ternyata ini benar Taehyun" ujar Soobin lalu tertawa sinis. Ia tarik kasar tangannya dari genggaman Taehyun. "Mau apa?"
"Bin, aku mau jelaskan kalau apa yang kamu lihat tadi pagi tidak seperti yang kamu pikirkan." ujar Taehyun berharap Soobin mau mendengarkan penjelasannya akan kejadian pagi tadi di apartemen Terry.
"Memangnya kamu tahu apa yang aku pikirkan?" tanya Soobin dengan menatap Taehyun tajam, seakan dengan tatapan matanya ia dapat menguliti Taehyun.
"Kamu pasti berpikir aku berselingkuh. Itu semua salah paham, Bin." Taehyun berkata dengan nada yang begitu polos, seakan ia benar-benar bodoh.
"Ya memangnya aku harus berpikir apa melihat kekasihku sedang mendesah dalam pelukan pria lain, hah?" bentak Soobin penuh emosi. Taehyun menunduk tidak tahu harus menjawab apa untuk membela diri.
"KENAPA TIDAK MENJAWAB" bentak Soobin dengan nada yang lebih nyaring. Tepat setelahnya pintu dari unit sebelah terbuka dan menampilkan sosok tetangga Soobin yang terganggu dengan suara nyaring Soobin. Tanpa mengucapkan maaf, Soobin langsung masuk ke dalam unitnya dengan menarik lengan Taehyun kasar.
Soobin mendorong tubuh Taehyun hingga membentur tembok lalu menghimpitnya. Satu tangannya ia tumpukan ke dinding sedangkan satu tangannya mencengkeram rahang Taehyun kuat. Ia memberi tatapan penuh intimidasi yang membuat Taehyun gentar.
"Kamu mau menjelaskan padaku kan? Cepat jelaskan sekarang!" suara Soobin begitu rendah, berderu di telinga Taehyun, menambah pekat atmosfir di dalam ruangan itu.
"Aku dijebak, ada obat perangsang di dalam minumanku. Aku benar-benar tidak dapat mengendalikan tubuhku." jelas Taehyun sungguh-sungguh. Tidak ada satupun kebohongan yang ia ucapkan. Namun Soobin yang masih menatapnya dengan sinis membuatnya gusar.
"Lalu kalian 'melakukannya'?" tanya Soobin sembari mempererat cengkeramannya. Taehyun mengangguk perlahan, mengesampingkan rasa nyeri di rahangnya.
"Mau itu terpaksa atau tidak, semua sama saja. Kamu sudah mengkhianatiku. Menodai hubungan yang sudah kita bangun. Dan kamu masih mengharap aku memaafkanmu? Tidak tahu malu sekali." Soobin menatap remeh sekaligus membuat Taehyun terluka.
"Aku memang tidak tahu malu. Tapi aku bukan pengkhianat. Aku tidak peduli kamu mau memaafkanku atau tidak. Aku hanya ingin meluruskan kesalahpahaman." ucap Taehyun walau dengan sedikit kesulitan, karena Soobin sama sekali tidak melonggarkan jemarinya.
"Meluruskan kesalahpahaman kamu bilang? Kenapa tidak sekalian kamu menjelaskan semua hal-hal yang sudah kamu sembunyikan dariku? Bukankah sangat banyak sekali?"
"Ya-ng ma-na?" tanya Taehyun ragu.
"YANG MANA KAMU BILANG!! Hubunganmu dengan Kai dan Terry saja sudah menimbulkan banyak pertanyaan. Dan kamu selalu meninggalkanku tanpa penjelasan. Kamu pikir aku orang bodoh yang bisa kamu permainkan sesuka hatimu. Bahkan siapa sebenarnya dirimu saja aku masih tidak tahu. Apa kita bisa disebut sepasang kekasih?" Soobin meluapkan kekesalannya akan berbagai tanda tanya yang selalu muncul di benaknya setiap hari.
"Tidak bisakah hubungan kita hanya melibatkan kamu dan aku? Kenapa harus membahas tentang orang lain? Tidak bisakah kamu mempercayaiku kalau aku hanya mencintaimu? Kenapa kamu selalu meragukanku, padahal aku tidak pernah meragukanmu sedikitpun." ucap Taehyun lirih.
"Apa kamu sungguh-sungguh dengan ucapanmu? Bagaimana aku bisa percaya kamu mencintaiku jika kamu dengan mudahnya bercinta dengan pria lain? Ah, apakah kamu tetap percaya padaku jika aku melakukan hal yang sama?" Soobin mengucapkan kalimatnya dengan perlahan dan tegas. Ada sedikit tarikan senyum tipis di sudut bibirnya, senyuman yang mengejek.
Soobin melonggarkan cengkeramannya pada rahang Taehyun bersamaan dengan suara pintu apartemen Soobin yang terbuka. Yeonjun mematung di ambang pintu melihat ada Taehyun yang sedang terhimpit di tembok, terpojokkan oleh Soobin. Dengan langkah ragu Yeonjun masuk dan mendekati keduanya.
"Apa aku tidak seharusnya datang?" tanya Yeonjun canggung, ia merasakan hawa ruangan itu begitu mencekam. Taehyun hanya diam mematung tanpa suara. Sedangkan Soobin terlihat mendekatkan wajahnya pada Taehyun.
"Mari kita lihat" bisik Soobin pada telinga Taehyun sebelum ia meraih lengan Yeonjun dan mendekapnya. Sepersekian detik kemudian Soobin mencium bibir Yeonjun tanpa permisi. Yeonjun terkejut dan mencoba memberontak, namun Soobin justru makin melahap bibir Yeonjun. Menciumnya dengan brutal, membuat Yeonjun tak berdaya.
Taehyun memandang apa yang terjadi di hadapannya dengan mata berkaca. Dadanya sesak seakan dihantam batu besar. Hatinya remuk. Jadi ini maksud Soobin 'melakukan hal yang sama'. Ternyata benar sesakit ini. Pantas saja Soobin begitu murka padanya.
Taehyun sudah tidak mampu bertahan di tempatnya berdiri. Tanpa pamit ia berlari keluar dari apartemen Soobin. Memilih pergi sebelum hatinya semakin sakit.
*To Be Continued*
KAMU SEDANG MEMBACA
TRAP | Soobtyun (On Going)
Fanfiction"Dari semua kebohongan yang pernah aku dengar, 'aku mencintaimu' adalah favoritku" - Taehyun *BXB (BoyXBoy) *Homophobic? DNI