Bagian 31

244 26 5
                                    

*maaf kalau part ini agak membosankan*

***

Soobin membaca satu persatu berkas kasus yang sempat ia tangani 3 tahun lalu. Berkas usang yang ia bawa pergi bersamanya ketika ia diberhentikan dengan tidak hormat dari kepolisian.

Berkas-berkas yang ia ‘curi’ tersebut bahkan tidak dicari oleh kepolisian padahal pencurian berkas seperti itu harusnya mendapatkan hukuman pidana. Soobin jadi semakin yakin dengan opininya yang mengatakan jika kepolisian sengaja mengabaikan kasus tersebut.

Ada 4 kasus pembunuhan serupa yang menewaskan 4 orang pemuda. Keempat korban sama-sama mendapat luka tusukan belati di beberapa titik vital dan berakhir dilarutkan di sungai. Semua korban memiliki pola tusukan yang sama dan sudah dapat dipastikan dilakukan oleh orang yang sama. Satu hal yang Soobin yakini selama penyelidikannya jika pembunuhan ini dilakukan oleh 2 orang, dengan salah satu pelaku yang kidal.

Soobin membuka portal berita online di ponselnya untuk memastikan nama-nama menteri yang ditangkap kejaksaan pagi tadi. Dan kecurigaan Soobin pun pada nama yang familiar itu benar adanya. Empat menteri tersebut adalah ayah dari keempat korban kasus pembunuhan berantai yang diselidikinya.

Soobin menyandarkan tubuhnya di kursinya, menerawang kemungkinan adanya benang yang terikat dari kasus pembunuhan itu dengan penangkapan para menteri. Mau dibilang tidak terkait tapi apakah bisa suatu kebetulan jika anak para menteri tersebut tewas di tangan pembunuh yang sama.

Merunut kejadian selama 3 tahun belakangan ini, tidak hanya 4 kasus itu saja pembunuhan yang menyasar anak pejabat negara. Anak dari anggota dewan Daeshim yang bunuh diri di penjara beberapa waktu lalu juga menjadi korban pembunuhan serupa 2 tahun lalu. Setahun terakhir juga ada 2 anak anggota dewan lain yang menjadi korban.

Anehnya semua pejabat yang anaknya tewas terbunuh itu semua berakhir di penjara. Ini sungguh bukan sebuah kebetulan semata, semua pasti sudah direncanakan dengan matang dalam kurun waktu yang lama.

Selain itu baru-baru saja anak dari calon presiden Hong juga tewas dengan cara yang sama. Namun jalan calon presiden Hong sepertinya bersih-bersih saja. Ia dikenal sebagai politikus yang ‘bersih’ sehingga ia memiliki massa pendukung yang besar. Lantas mengapa pembunuh berantai itu juga mengincar anaknya.

Soobin pun mencoba menelpon Jihyun untuk meminta sesuatu.

“Iya Soobin?”

“Nyonya, aku ingin meminta senjata”

“Senjata api?”

“Iya benar. Aku menyadari jika diriku sedang masuk ke dalam kandang serigala. Bagaimana bisa aku bekerja tanpa senjata sedangkan orang-orang di sekitarku menyimpan pistol di balik jasnya.”

“...”

“Oh iya, ngomong-ngomong aku menemukan sebuah konspirasi. Aku menemukan keterkaitan antara pembunuhan berantai yang terjadi selama 3 tahun ini dengan penangkapan para menteri pagi tadi. Apakah Black Eagle dalang dari semua ini?”

“Aku tidak yakin. Aku sudah mencurigai Black Eagle, namun tidak menemukan siapa eksekutornya. Sejauh yang kuselidiki, Yoongi ketua Black Eagle tidak terlibat. Jelas di dalam Black Eagle ada kelompok kecil yang bekerja diam-diam. Sebaiknya kamu berhati-hati, jika dirasa terlalu berbahaya lebih baik kamu mundur. Karena tugas utamamu adalah melindungi Terry, bukan mencari pembunuh berantai.”

“Tapi pembunuhan berantai itu adalah kasus milikku sejak awal.”

“Tapi kamu bukan lagi polisi.”

“Ya ya ya. Yang terpenting sekarang, tolong berikan aku senjata.”

“Baiklah. Nanti aku akan kirim seseorang untuk mengantarkan senjata untukmu dan Yeonjun.”

“Terima kasih, selamat malam Nyonya”

Setelah mematikan sambungan telepon Soobin memejamkan matanya sejenak. Saat ini bayangan Taehyun justru berkelebat memenuhi pikirannya. Kenangan-kenangan mereka yang tidak banyak itu justru melekat sekali di benak Soobin. Menuntun Soobin untuk semakin menyesali keputusannya yang memilih mengakhiri hubungan mereka.

Bagaimana pun juga awal hubungan mereka hanya demi melancarkan misinya. Tapi ia keliru, justru dengan melibatkan Taehyun misinya semakin rumit. Perasaan Soobin berperang dengan logikanya. Taehyun adalah orang yang paling ia curigai. Namun semakin ia menempatkan Taehyun dalam targetnya perasaan cintanya malah semakin kuat.

***

Soobin menatap orasi di hadapannya tanpa minat. Ia terjebak di acara kampanye calon presiden Hong yang dilaksanakan di tengah kota. Terry adalah salah satu pengisi acara ajang mengumbar janji manis itu.

Daripada berdiri di barisan depan, Soobin lebih memilih menyingkir jauh di belakang kerumunan. Yang terpenting Terry masih dalam jangkauan matanya. Ia memperhatikan sekeliling, keadaan terlihat begitu kondusif dengan beberapa bodyguard pribadi dan polisi yang berjaga.

Saat melihat ke arah atas, Soobin tidak sengaja melihat seorang penembak jitu di rooftop sebuah pusat perbelanjaan sedang membidikkan senjatanya ke arah panggung orasi. Ia panik karena ada Terry di atas panggung sedang mendampingi calon presiden Hong. Khawatir terjadi sesuatu pada Terry.

Belum sempat Soobin berteriak memperingatkan adanya bahaya, orang-orang di depannya sudah menjerit lalu berlarian. Calon presiden Hong terkapar di panggung dengan luka tembak tepat di kepalanya. Ia sempat mengucap syukur karena dilihatnya Terry baik-baik saja.

Soobin memilih berlari ke arah pusat perbelanjaan untuk menangkap pelaku penembakan tersebut. Menerobos kerumunan orang-orang yang panik akan tragedi mengerikan yang terjadi di depan mereka.

Soobin menaiki tangga darurat karena nalurinya mengatakan jika sniper tersebut pasti turun menggunakan tangga. Dan benar saja, ia berpapasan dengan sang sniper di lantai 3. Sang sniper turun dengan tangan kosong, entah senjatanya diletakkan dimana. Walau sempat ragu, namun Soobin yakin jika pria bertopi dan masker itu benar orang yang menembak calon presiden Hong.

Pertarungan pun terjadi, sniper tersebut langsung melayangkan pukulan dan tendangannya ke arah Soobin. Soobin yang sempat terhempas karena kehilangan keseimbangannya itupun mencoba membalas serangan. Tubuh sniper itu memang jauh lebih kecil dari Soobin, namun Soobin akui jika tenaganya cukup kuat sehingga membuat Soobin sedikit kewalahan. Pasalnya Soobin sudah lama tidak bertarung seperti ini pasca pensiun menjadi polisi.

Soobin lebih banyak bertahan dibanding menyerang, sembari menunggu sang lawan lengah. Karena fokus Soobin bukan untuk menjatuhkan lawannya, melainkan untuk mengetahui identitasnya.

Punggung Soobin menghantam tembok akibat tendangan keras di perut yang dilayangkan sang sniper. Soobin memegangi perutnya yang nyeri, sepertinya ia telah kalah. Sang sniper berjalan mendekat dan bersiap untuk melayangkan tinju sekali lagi. Soobin yang sudah memperhatikan gerakan lawannya dengan cepat menangkap lengan sang sniper dan mendorongnya sampai membentur tembok.

Soobin berhasil membuat lawannya lengah dan terkecoh dengan sikapnya yang seolah sudah tak berdaya. Ia menahan lengan lawannya ke dinding dengan tangan kirinya sementara tangan kanannya dengan cepat menarik masker yang menutupi sebagian wajah sang sniper.

“T-Tae-hyun…” Soobin menatap lawannya tak percaya. Ia tidak pernah menyangka dengan siapa ia bertarung sekarang. Ia tak pernah berharap mata indah mantan kekasihnya kini menatap nyalang padanya.

Belum sempat Soobin selesai mencerna apa yang ada di depan matanya, ia menjerit kesakitan. Sebuah pisau menancap di paha kanannya yang membuat pegangannya pada tangan Taehyun merenggang.

Taehyun mengambil kesempatan itu untuk berlari kabur sebelum ia tertangkap oleh polisi yang pasti sedang mencarinya pula. Meninggalkan Soobin yang terluka dan sudah tak mampu mengejarnya.

*To Be Continued*

TRAP | Soobtyun (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang