“Tidakkah wajah anak itu mirip dengan Terry?” ujar Yoongi pada Joowon sambil memperhatikan Beomgyu yang sedang bermain dengan Terry di ruang tengah.
Pagi ini Yoongi baru saja menemukan Terry dan Beomgyu yang sedang tertidur di tumpukan kardus bekas di sebuah lorong gelap. Mereka menemukan Terry berkat informasi dari wanita penjual roti yang dikunjungi Terry dan Beomgyu semalam.
Terry sudah 3 hari menghilang, ia diculik oleh musuh Joowon di sekolahnya. Ia disekap di sebuah gudang tua yang jauh dari perkotaan. Setelah 2 hari disekap, Terry berhasil kabur berkat kecerdikannya yang berpura-pura sakit perut hebat dan hampir mati. Ia memang mampu kabur dari penculiknya, namun karena daerah yang asing dan sepi akhirnya Terry tersesat dan bertemu dengan Beomgyu.
Ketika Terry akan dibawa pulang oleh Yoongi, ia merengek pada pamannya itu untuk membawa Beomgyu pulang bersama mereka. Setelah mendapat persetujuan Joowon lewat telepon, Yoongi pun turut membawa Beomgyu.
“Bagaimana bisa Terry lebih dulu menemukan anak yang sedang kita cari.” Ujar Joowon yang selama ini berusaha mencari anak yang mirip dengan Terry.
“Anggap saja ini bantuan yang diberikan Tuhan untuk kita, tanpa kita mencarinya anak itu sudah datang sendiri.” Sahut Yoongi yang merasakan rencana mereka berjalan sedikit lebih mudah.
“Tapi apakah anak itu mau melakukan apa yang kita inginkan?” Joowon terdengar masih sedikit ragu.
“Dia hanyalah seorang gelandangan. Cukup kita janjikan ia sebuah kehidupan impiannya, sudah pasti ia akan menuruti apa yang kita perintahkan.”
“Baiklah, nanti aku akan bicara dengannya.” Ucap Joowon dengan masih memandangi anak bungsunya yang tertawa riang bermain dengan teman barunya.
Joowon dan Yoongi berencana untuk menjadikan Beomgyu sebagai Terry. Alasannya, Terry sudah berkali-kali menjadi sasaran musuh-musuhnya karena Terry adalah kelemahannya. Terry sudah berkali-kali terancam bahaya, bahkan hampir kehilangan nyawanya akibat ulah musuh-musuhnya.
Joowon hanya ingin Beomgyu menjalani hidupnya sebagai Terry dan menyembunyikan anaknya sebaik yang ia bisa. Kebetulan sekali Beomgyu memiliki wajah dan postur tubuh yang begitu mirip dengan Terry. Sehingga dapat mengecoh orang-orang yang mengincar anak bungsunya.
Terdengar egois memang, bagaimana Joowon mendorong seorang anak tak berdosa ke dalam bahaya demi menyelamatkan anaknya. Tapi ia sudah tak mampu menemukan rencana yang lebih baik lagi dari rencananya ini.
***
Setelah menginap di rumah Kai, yang merupakan rumah peninggalan ayah mereka, Taehyun pulang ke apartemennya. Taehyun masuk ke dalam apartemennya sambil membawa Milo di dalam pet cargo. Ia baru saja mengambil kucingnya itu di tempat penitipan hewan di perjalanan pulang.
Ketika Taehyun memasuki ruang tengah, ia menemukan Beomgyu yang sedang tertidur di sofa. Sepertinya Beomgyu tidur di sofanya semalaman, menunggu dirinya.
Taehyun meletakkan Milo di kandangnya lalu bergegas ke dapur dan membuat segelas teh hangat untuk Beomgyu. Ia membawa teh tersebut ke ruang tengah dan meletakkannya di meja. Lalu ia berjongkok di depan Beomgyu, berniat membangunkannya.
“Beomgyu.” Ucap Taehyun pelan sambil membelai rambutnya. Beomgyu pun mulai terusik dan perlahan membuka matanya. Taehyun tersenyum tipis dan menarik tangannya namun Beomgyu dengan cepat menahan tangan Taehyun.
“Lakukan lagi.” Pinta Beomgyu sambil membawa tangan Taehyun ke kepalanya. Taehyun menatap wajah Beomgyu dalam diam dan mulai membelai rambut Beomgyu lagi. Beomgyu tersenyum senang dan memejamkan matanya kembali, merasakan tiap sentuhan tangan Taehyun pada rambutnya.
“Kamu tidur disini semalaman?” Tanya Taehyun.
“Lebih tepatnya sudah dua malam.” Jawab Beomgyu dengan masih memejamkan matanya.
Taehyun sedikit terkejut dengan jawaban Beomgyu. Sejak peristiwa penembakan calon presiden Hong mereka berdua memang tidak pernah bertemu. Taehyun sementara tinggal di rumah Kai untuk bersembunyi, serta ia tidak mengaktifkan ponselnya sama sekali.
“Aku membuatkanmu teh hangat, sebaiknya kamu minum sebelum dingin.” Ujar Taehyun dan Beomgyu pun langsung bangkit untuk duduk. Ia menarik tangan Taehyun mengisyaratkan untuk duduk di sebelahnya.
“Aku merindukanmu, Hyun.” Ucap Beomgyu sesaat setelah meminum teh buatan Taehyun. Beomgyu mengenggam satu tangan Taehyun dan mengusapnya lembut, menatap mata Taehyun penuh cinta. Taehyun hanya membalas menatap Beomgyu datar.
“Maaf.” Ucap Beomgyu setelah melihat tatapan Taehyun. Beomgyu melepas genggamannya dan membuat jarak dengan Taehyun. Ia paham betul jika Taehyun tidak nyaman dan tidak akan membalas perasaannya.
“Gyu, aku punya satu permintaan. Setelah misi kita membersihkan nama ayah berhasil, maukah kau pergi dari hidupku?”
Beomgyu menatap Taehyun tak percaya, apakah itu artinya Taehyun mengusirnya. Ia menggelengkan kepalanya berkali-kali.
“Tidak, aku tidak akan pergi. Tidak akan pernah.”
“Gyu, aku mohon. Hiduplah dengan bahagia tanpa diriku. Tidak ada untungnya kamu bersamaku, aku tidak dapat melakukan apapun untukmu. Aku tidak dapat membalas cintamu. Aku hanya membuatmu menderita.”
“Kamu tidak membuatku menderita. Tidak sama sekali. Aku tidak masalah kamu tidak membalas cintaku. Aku tidak masalah jika kamu mencintai orang lain. Asal orang itu punya cinta yang lebih besar dari cintaku padamu, aku sungguh tidak apa-apa. Aku bahagia hanya dengan berada di dekatmu. Aku bahagia melihatmu bahagia, Hyun.” Ujar Beomgyu dengan mata yang berkaca-kaca.
Taehyun tidak mampu berkata-kata. Beomgyu benar-benar keras kepala. Taehyun tidak habis pikir mengapa Beomgyu masih terjebak dengan janji masa kecil yang pernah mereka ucapkan. Padahal bagi Taehyun janji untuk selalu bersama itu hanyalah ucapkan anak-anak yang tidak ada artinya. Tapi mengapa Beomgyu tidak berpikir demikian.
“Aku tidak nyaman bersamamu, Gyu.” Tegas Taehyun. Nada bicara Taehyun begitu dingin di telinga Beomgyu dan itu sangat menyakiti hatinya.
“Aku mau mandi dulu.” Ucap Gyu lalu dengan cepat ia bergegas menuju kamar mandi di kamar Taehyun. Taehyun hanya menatap kepergian Beomgyu, yang melangkah menjauh dengan perasaan kacau.
Sesungguhnya Beomgyu tidak benar-benar ingin mandi. Tapi ia sudah tidak punya cara untuk menyembunyikan airmata yang hampir tumpah dari pelupuk matanya. Ia menyalakan shower lalu duduk meringkuk di lantai, menyandarkan kepalanya di tangannya yang bertumpu pada lutut.
Beomgyu menangis sejadi-jadinya, meluapkan sakit yang ia rasakan. Sakit akan Taehyun yang tidak nyaman akan kehadiran dirinya. Padahal Beomgyu hanya ingin menghabiskan seumur hidupnya untuk menjadi ‘rumah’ Taehyun. Beomgyu hanya ingin menjadi sosok yang selalu Taehyun butuhkan. Seperti halnya yang sudah mereka lalui selama hampir 16 tahun bersama.
Taehyun adalah satu-satunya alasan Beomgyu untuk terus menjalani hidupnya. Walau ia harus hidup tanpa jati diri. Walau ia harus hidup bukan dengan namanya. Walau ia harus hidup menghadang bahaya demi menggantikan Taehyun. Walau ia harus merasakan sakit yang amat sangat saat bahu kirinya sengaja ditembak agar meninggalkan bekas luka yang sama dengan milik Taehyun.
Beomgyu sudah berjanji pada dirinya sendiri, jauh sebelum dirinya dan Taehyun mengucap janji untuk selalu hidup bersama. Ia sudah berjanji akan menjaga Taehyun saat pertama kali Taehyun mengulurkan tangannya, mengajaknya membeli roti bersama di malam yang dingin itu.
Dan kini Taehyun dengan kesadaran penuh meminta Beomgyu untuk pergi menjauh dari hidupnya. Tidak ada hal lain yang mampu Beomgyu pikirkan lagi, selain ia lebih baik mati daripada harus hidup tanpa Taehyun-nya.
*To Be Continued*
KAMU SEDANG MEMBACA
TRAP | Soobtyun (On Going)
Fanfiction"Dari semua kebohongan yang pernah aku dengar, 'aku mencintaimu' adalah favoritku" - Taehyun *BXB (BoyXBoy) *Homophobic? DNI