Soobin berjalan memasuki toko roti milik Ibu Sunghoon. Ia sudah lama tidak berkunjung ke toko roti ibu dari sahabatnya itu. Hari ini ia berencana mampir untuk menyapa dan bertukar kabar.
Keadaan toko tidak begitu ramai, hanya ada beberapa pengunjung yang sedang memilih roti untuk mereka beli. Seorang pegawai pun datang menghampiri Soobin.
"Kak Soobin mencari bibi?" Tanya pegawai cantik yang masih berusia 16 tahun itu.
"Iya, apa bibi ada?" Tanya Soobin yang dibalas anggukan oleh gadis tersebut.
"Bibi di dapur sedang memasak, Kak Soobin masuk saja." Gadis itu mempersilahkan Soobin untuk masuk ke dapur untuk menemui Ibu Sunghoon.
Soobin bergegas menuju dapur dan mendapati Ibu Sunghoon yang sedang menata masakannya di piring saji. Ada beberapa menu masakan yang dimasak, seperti akan menyambut seorang tamu.
"Bibi" sapa Soobin pada wanita paruh baya di hadapannya yang sepertinya tidak menyadari kehadirannya. Ibu Sunghoon sedikit terkejut dan tersenyum ramah setelahnya.
"Oh Soobin. Lama tidak bertemu, kamu semakin tampan saja. Mari duduk." Ibu Sunghoon mempersilahkan Soobin duduk di meja makan yang sudah ia tata dengan rapi.
"Apakah bibi akan kedatangan tamu? Bibi memasak banyak sekali." Tanya Soobin penasaran.
"Teman Sunghoon akan datang, jadi bibi memasak beberapa makanan kesukaannya. Tapi ini sudah terlambat, dia juga belum memberi kabar. Semoga tidak terjadi hal buruk dengannya." Ujar Ibu Sunghoon terlihat sedikit khawatir.
"Teman Sunghoon? Siapa bi?" Tanya Soobin, seingatnya Sunghoon tidak memiliki teman lain selain dirinya selama ini.
"Hhmm sepertinya kamu tidak mengenalnya, Bin." Jawab Ibu Sunghoon.
"Apakah namanya Taehyun?" Soobin mencoba menebak, daripada dirinya menduga-duga tidak jelas lebih baik dia memastikan apa yang dipikirkannya.
"Kamu mengenalnya? Apa dia temanmu juga?" Ibu Sunghoon sedikit ragu jika Soobin benar-benar mengenal Taehyun.
"Aku mengenalnya baru-baru ini di tempat kerja baruku. Dan aku juga baru tahu jika ia mengenal Sunghoon." Soobin mencoba mencari alasan yang terdengar masuk akal.
"Ah pantas saja di pemakaman Sunghoon kalian tidak saling menyapa. Ternyata kamu baru mengenalnya."
"Pemakaman Sunghoon? Taehyun ada disana saat itu?" Soobin mendapatkan fakta baru yang tidak pernah ia sangka. Ibu Sunghoon hanya mengangguk membenarkan.
"Bi, boleh aku bertanya. Bagaimana bibi mengenal Taehyun?"
Ibu Sunghoon terlihat sedikit bingung, sebab ia merasa seperti sedang diinterogasi. Soobin pun menyadari perubahan ekspresi Ibu Sunghoon yang terlihat tidak nyaman dengan pertanyaan darinya.
"Maaf bi, tapi ada hal yang harus aku selidiki. Aku hanya ingin tahu seberapa jauh hubungan Sunghoon dengan Taehyun. Aku mohon ceritakan apa yang bibi tahu"
Ibu Sunghoon terlihat menimbang-nimbang untuk menceritakannya apa yang dia tahu pada Soobin atau tidak. Namun melihat Soobin yang memohon padanya, ia akhirnya memilih untuk menceritakannya.
"Baiklah. Bibi akan menceritakan apa yang bibi tahu. Mendekatlah, bibi tidak ingin ada orang lain yang mendengarnya."
Soobin menggeser kursi yang didudukinya ke sebelah Ibu Sunghoon dan bersiap untuk mendengar ceritanya dengan seksama.
"Pertama kali bibi bertemu Taehyun ketika Sunghoon membawa Taehyun kerumah kami, sekitar sebulan sebelum Sunghoon meninggal. Saat itu Taehyun terluka parah dan tak sadarkan diri. Bibi tidak tahu apa penyebab Taehyun terluka, Sunghoon meminta bibi untuk tidak banyak bertanya. Namun bibi menemukan Sunghoon menangis menyalahkan dirinya atas apa yang terjadi pada Taehyun. Setelah itu bibi merawat Taehyun beberapa hari sampai keadaannya membaik."
Soobin mendengarkan tiap kalimat yang Ibu Sunghoon ucapkan tanpa berniat menyela ataupun melontarkan pertanyaan.
"Awalnya bibi kira Taehyun adalah sesama anggota polisi yang melakukan penyamaran seperti Sunghoon. Ternyata dia adalah anak dari Tuan Yoongi, bos mafia pemilik sebagian besar wilayah di distrik 7 ini. Selain itu Taehyun juga adalah kekasih Sunghoon. Bibi sempat khawatir Sunghoon menjalin hubungan dengan orang jahat namun Sunghoon mengatakan jika dirinya lah yang jahat, bukan Taehyun. Dan Taehyun memang anak yang baik seperti yang Sunghoon katakan, ia bahkan banyak membantu bibi selama ini."
Suara notifikasi pesan dari ponsel Ibu Sunghoon terdengar. Ibu Sunghoon membaca pesan yang diterimanya dengan wajah yang kecewa.
"Bin, ayo kita makan malam bersama. Taehyun tidak jadi datang jadi kita tidak perlu menunggunya lagi." Ujar Ibu Sunghoon sambil menyendokkan nasi ke dalam piring untuk Soobin.
***
"Darimana saja kamu? Anak buahku bilang kamu pergi dengan Soobin." Tegur Kai saat Taehyun memasuki kamarnya.
Taehyun tidak menggubris pertanyaan Kai. Ia melepaskan blazernya dan melemparnya sembarang ke lantai. Kai yang bersandar di headboard ranjang sambil berkutat dengan layar tabletnya itupun berdecak kesal melihat kelakuan Taehyun.
"Sudah berapa kali aku bilang untuk menggantung pakaianmu dengan rapi."
Lagi-lagi ucapan Kai diabaikan. Taehyun berjalan mendekat dan langsung merebahkan tubuhnya di samping Kai.
"Kamu kan punya pembantu, biar dia saja yang membereskannya." Ujar Taehyun sembari mengganti posisinya menjadi tengkurap dan menenggelamkan wajahnya di bantal.
"Kalau begitu kamu pulang saja ke apartemenmu. Aku tidak tahan jika harus melihat kekacauan yang kamu buat di rumahku." Omel Kai pada sosok yang berbaring di sebelahnya.
"Padahal aku begitu merindukanmu, tapi kamu malah mengusirku." Ujar Taehyun dengan suara teredam di bantalnya.
"JIka kamu merindukan ayah, pergi saja menemuinya. Jangan mengacau di rumahku."
"Jadi kamu ingin aku mati?" Ucap Taehyun pelan.
Sayup-sayup terdengar isakan tangis teredam yang berasal dari Taehyun. Kai yang mendengarnya mendadak tak enak dan menyesali apa yang sudah ia katakan. Ia menjulurkan tangannya mengusap lembut rambut Taehyun berharap dapat meredakan tangisnya.
"Sudah jangan menangis, maafkan aku. Aku berbicara tanpa berpikir lebih dahulu. Kamu bisa datang kemari kapan saja kamu merindukan ayah."
Taehyun membalikkan tubuhnya dan mendekat ke sisi Kai. Perlahan ia memeluk tubuh Kai erat.
"Sudah ku bilang aku merindukanmu, bukan merindukan ayah. Kamu memang mirip dengan ayah, tapi kamu bukan dia"
"Tapi kamu sudah lima hari tinggal disini, bagaimana bisa merindukanku jika kita bertemu setiap hari?"
"Kenapa kamu cerewet sekali sih, Kai. Tinggal terima saja kalau adikmu ini rindu padamu, tidak perlu banyak protes." Taehyun mengucapkan kalimatnya dengan menatap Kai kesal tapi pelukannya tidak mengendur sama sekali.
Kai terkekeh, menatap Taehyun gemas. Ia pun meletakkan tabletnya di atas nakas dan balas memeluk Taehyun. Mengelus rambut Taehyun dengan penuh kasih.
"Apakah sesuatu yang buruk terjadi? Sepertinya kamu sedang gusar setelah bertemu Soobin." Kai mencoba mencari tahu penyebab Taehyun yang pulang dengan wajah kusut.
"Tidak ada. Aku hanya sedang mencoba membencinya. Agar aku tidak menangis jika harus membunuhnya dengan tanganku sendiri."
"Haruskah kita menghentikan Soobin? Agar dia tidak terlalu ikut campur dengan rencana kita?"
"Terserah kamu saja, Kai. Aku sedang tidak ingin membahas hal lain. Aku ingin malam ini kita menghabiskan waktu dengan urusan kita berdua saja."
"Baiklah. Kalau begitu ayo kita makan malam." Ajak Kai melihat jam sudah menunjukkan waktu makan malam.
"Nanti saja. Aku ingin seperti ini sebentar saja." Ucap Taehyun yang tak ingin melepaskan pelukannya.
Kai tertawa kecil. "Baiklah adikku sayang." Kai kembali membelai rambut Taehyun.
"Jadi malam ini kamu mau dipanggil apa? Ter–"
"Taehyun saja, aku lebih menyukai nama itu" Taehyun dengan cepat memotong kalimat Kai sebelum Kai sempat menyebut nama aslinya,
Terry.
*To Be Continued*
KAMU SEDANG MEMBACA
TRAP | Soobtyun (On Going)
Fanfiction"Dari semua kebohongan yang pernah aku dengar, 'aku mencintaimu' adalah favoritku" - Taehyun *BXB (BoyXBoy) *Homophobic? DNI