Bagian 43

100 25 3
                                    

*Hai, maaf ya baru update lagi, soalnya pikiranku masih ngambang efek pcd konser kemaren. Aku janji bakal update lebih rajin karena book ini tinggal dikit lagi tamat. Selamat membaca, jangan lupa klik tanda bintangnya*

***

Soobin duduk menghadap laptopnya di meja kerja. Iya kembali mengulang video yang sudah ia tonton beberapa hari yang lalu. Video yang berasal dari handphone Sunghoon yang diberikan oleh ibunya.

Soobin menghela nafasnya berat, mau berapa kali pun ia putar ulang video tersebut tetaplah sama. Terlihat jelas sahabatnya Sunghoon yang nyatanya merupakan tersangka dari pembunuhan 4 anak menteri tiga tahun yang lalu. Sahabatnya itu menghujamkan pisaunya dengan penuh amarah hingga korbannya meregang nyawa.

Soobin benar-benar tidak bisa menerima kenyataan tersebut yang mana selama ini ia sudah mencurigai orang yang salah. Terdengar suara tawa dari balik kamera yang ia yakini bahwa itu adalah tawa milik Beomgyu, atau yang kita kenal sebagai Terry.

Dugaan awal Soobin sebelumnya yang menyatakan bahwa ada dua tersangka yang menggunakan sisi tangan berbeda nyatanya benar adanya. Ada satu orang tersangka yang menggunakan tangan kirinya untuk memegang pisau. Dan Soobin baru saja mengingat jika sahabatnya Sunghoon adalah seorang yang kidal.

Soobin menyandarkan kepalanya ke sandaran kursi. Ia memejamkan matanya, berharap pening di kepalanya segera mereda. Ia merutuki dirinya yang serba terlambat mengetahui fakta yang ada di depan matanya. Fakta yang harusnya dapat menuntunnya untuk mengambil keputusan dengan benar.

Notifikasi dari ponselnya mendistraksi Soobin dari lamunannya. Aplikasi pelacaknya menunjukkan jika mobil Taehyun bergerak. Soobin dengan segera meraih jaket dan kunci motornya, berencana mengikuti arah perginya Taehyun.

Soobin melajukan motornya dengan kencang sembari melihat layar ponselnya yang ia letakan di phone holder. Menerka-nerka kemana arah tujuan Taehyun di tengah malam seperti ini. Sampai dirinya tiba di depan sebuah rumah megah di pinggiran kota.

Rumah tersebut terlihat sepi dengan dua penjaga yang tertidur di depan gerbang, lebih tepatnya mereka pingsan. Entah ini rumah siapa tapi Soobin memberanikan diri untuk menerobos masuk ke dalamnya mengingat Taehyun pasti ada di dalam sana.

Suara teriakan wanita adalah suara yang pertama kali didengar oleh Soobin ketika dia masuk ke dalam rumah tersebut. Soobin dengan cepat berlari menuju ke arah suara untuk melihat apa yang sedang terjadi. Namun betapa terkejutnya dirinya, yang ia lihat adalah Taehyun yang sedang memukuli Namhyuk dengan disaksikan oleh istri dan anak perempuannya.

Taehyun memukuli Namhyuk menggunakan tongkat baseball yang ia genggam di tangan kirinya. Ia memukul dengan membabi buta membuat Namhyuk mendapat luka yang cukup parah, terutama bagian kepalanya.

“Kamu pikir apa alasanku membiarkanmu hidup sampai sejauh ini, hah? Bukan karena aku tidak mampu, tapi aku memang berencana untuk membunuhmu di akhir. Aku ingin kamu menyaksikan orang-orang yang bekerja denganmu itu mati satu persatu.” Ujar Taehyun sembari terus melayangkan pukulannya, tidak memperdulikan teriakan histeris serta permohonan dari 2 wanita yang menangis di depannya.

“Sekarang kamu pilih, siapa yang ingin kau lihat mati terlebih dahulu? Istrimu atau anakmu?” Taehyun memberikan pilihan yang sudah pasti tidak akan dikabulkan oleh Namhyuk.

Namhyuk dengan sekuat tenaga mencoba berdiri, ingin bangkit menyerang Taehyun. Namun sayang kedua kakinya tidak mampu karena sebelumnya terkena timah panas dari pistol milik Taehyun.

“Hentikan Hyun, aku mohon jangan lakukan itu.” Teriak Soobin ketika melihat Taehyun yang mulai mengarahkan pistol di tangan kanannya ke arah istri dan anak Namhyuk. Taehyun sama sekali tidak tertarik menoleh ke arah suara yang mencoba menghentikannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 6 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TRAP | Soobtyun (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang