Bagian 17

232 35 2
                                    

Sebelum baca klik apa? Ya betul, klik tanda bintang ya. Thankseu reader, saranghae 💕

***

Soobin merasakan sesuatu terjadi pada tangannya dalam tidurnya. Tangannya terasa diremas yang kian lama remasan itu semakin kuat. Rasa nyeri mulai menjalar di tangannya yang mana mengusik tidur lelapnya.

Perlahan Soobin membuka matanya dan mendapati Taehyun yang mencengkeram tangannya dengan mata yang masih terpejam. Bulir-bulir keringat bercucuran dari keningnya. Taehyun sepertinya sedang bermimpi buruk, jelas terlihat dari raut wajahnya yang dilanda ketakutan.

Soobin mengelus surai Taehyun lembut lalu menepuk pipinya pelan. Berusaha membangunkan kekasihnya tanpa mengejutkannya. Melepaskan Taehyun dari belenggu mimpi buruknya.

“Hyun… Bangun Hyun…” panggilnya pelan sambil terus menepuk pipi Taehyun.

Tiba-tiba Taehyun membuka matanya lebar. Membeku sejenak menatap Soobin. Lalu beberapa detik kemudian ia menghambur ke dalam pelukan Soobin. Memeluk Soobin dengan begitu eratnya.

Soobin membalas pelukan Taehyun dan menepuk pelan punggungnya. Sayup terdengar suara isakan tangis Taehyun yang teredam dadanya. Ia berusaha menenangkan kekasihnya walaupun ia belum tahu alasan Taehyun menangis.

Sepuluh menit berlalu pun Taehyun masih menangis sesungukan di pelukan Soobin. Soobin kembali mengelus rambut Taehyun dan sesekali membubuhkan kecupan di pucuk kepalanya.

Taehyun menjauhkan wajahnya dari dada Soobin dan perlahan menyudahi tangisnya. Ia membuka matanya yang sembab itu dan menatap mata Soobin dalam. Soobin hanya membalas menatap kekasihnya, menunggunya berbicara.

“Soobin… Kamu benar mencintaiku kan?” tanya Taehyun pelan tanpa sedikitpun mengalihkan tatapannya pada mata Soobin.

“Tiba-tiba?” Soobin masih bingung menanggapi pertanyaan kekasihnya yang rasanya terlalu tiba-tiba.

“Jawab saja, iya atau tidak. Atau kamu masih ragu?” tanya Taehyun serius.

Soobin menggeleng. “Aku mencintaimu Taehyun. Aku tidak ragu sedikitpun, aku benar mencintaimu”

“Sungguh?” tanya Taehyun sekali lagi untuk lebih meyakinkannya.

Soobin mengangguk yakin.

“Kamu tidak akan menghianatiku kan?” tanya Taehyun lagi seakan masih meragukan kekasihnya. Soobin meraih tangan Taehyun lalu mencium punggung tangannya.

“Tidak akan. Aku tidak akan menghianatimu. Kamu bisa lakukan apapun padaku jika nyatanya suatu hari nanti aku menghianatimu”

“Apapun?”

“Iya, apapun”

“Meskipun aku akan membunuhmu?”

“Lakukan saja, jika memang itu caramu untuk menghukumku”

Tepat setelah Soobin menyelesaikan kalimatnya, Taehyun menarik tangannya dari genggaman Soobin. Raut wajahnya berubah masam membuat Soobin memikirkan apa ada yang salah dalam kalimat yang diucapkannya.

“Mengapa semua orang mengatakan hal seperti itu dengan begitu mudahnya” ujar Taehyun lalu ia bangkit dari tempat tidur dan berjalan menuju pintu kamar. Ia mengambil celananya yang tergantung dan membawanya keluar dari kamar Soobin.

Soobin menyusul Taehyun keluar dari kamarnya. Ia mendapati Taehyun yang sudah memakai celana serta jaketnya yang semula diletakkan di sofa.

“Kamu mau kemana malam-malam begini?” Soobin mencoba mencegah Taehyun yang jelas sekali akan pergi dari apartemennya.

“Pulang” jawab Taehyun singkat lalu berjalan menuju pintu keluar. Soobin menahan lengan Taehyun berusaha menghentikan langkah Taehyun.

“Apa yang salah sehingga kamu marah seperti ini, Hyun?” tanya Soobin mencari letak kesalahannya yang entah apa.

Taehyun menarik tangannya kasar dan tetap pergi tanpa menjelaskan apapun. Soobin tadinya ingin mengejar Taehyun namun langkahnya terhenti ketika matanya menangkap sebuah benda tergeletak di depan kakinya.

Soobin menunduk mengambil benda yang ternyata adalah sebuah gelang titanium. Jelas itu gelang Taehyun, mungkin saja gelang itu terlepas ketika Soobin menarik lengannya tadi. Namun bukan itu masalahnya, gelang itu persis dengan gelang yang ia liat di klub malam tempo hari.

Terlintas sebuah ingatan dimana Soobin pertama kali melihat gelang tersebut. Ia melihatnya ketika ia bertemu Taehyun untuk pertama kali. Gelang itu melingkar apik di pergelangan tangan kiri Taehyun yang menusuk telapak tangannya dengan tusuk bambu.

Soobin duduk bersdandar di sofanya sambil menatap gelang di tangannya. Bagaimana bisa otaknya mencerna fakta yang baru saja ia dapatkan. Taehyunnya yang begitu polos dan lucu itu ternyata mampu mengoyak tangan seseorang dengan pisau yang tajam.

Beberapa kali suara hati Soobin berusaha menyangkal fakta. Bisa saja itu orang lain dengan gelang yang sama. Namun dari bentuknya, gelang itu bukan gelang yang bisa siapa saja memilikinya. Gelang itu pasti ditempa dan dibuat khusus untuk Taehyun, terlihat ada ukiran inisial nama Taehyun disana.

Soobin mengusap wajahnya kasar. Semakin ia menyangkal untuk mempercayai apa yang ia temukan, logikanya semakin mendorongnya untuk percaya. Ia pun memutuskan untuk mengambil ponselnya dan menelpon Yeonjun.

“YA! BERENGSEK! MAU APA KAU MENELPONKU JAM 2 MALAM BEGINI!”

“Jun, aku ingin minta tolong carikan informasi tentang Taehyun”

“Taehyun kesayangan Kai itu? Sudah berapa kali aku bilang aku pernah menyelidiki dia tapi tak menemukan apapun”

“Tolong selidiki sekali lagi. Beritahu padaku apapun yang kamu temukan walaupun itu hanya sesuatu yang tidak penting. Aku akan membayarmu”

“Untuk apa membayarku. Aku sudah kaya”

“Terserahmu saja, pokoknya cari tahu apapun tentangnya”

“Sepertinya ada yang penasaran dengan kekasihnya sekarang. Apa kamu menemukan sesuatu yang besar?”

“Tidak usah banyak tanya, cukup cari saja apa yang aku minta” ujar Soobin sebelum memutus sambungan teleponnya dengan Yeonjun.

***

“Apa yang kamu lakukan disini dini hari begini? Apa kamu baru saja dicampakkan oleh kekasihmu?” tanya Kai pada Taehyun yang sedang duduk sendiri di sebuah halte bus. Kai datang karena Taehyun yang menelpon untuk memintanya menjemput.

Taehyun tidak mengucapkan satu patah katapun. Ia langsung berjalan dan masuk ke dalam mobil Kai tanpa memperdulikan Kai yang masih menunggu jawaban darinya. Kai pun menyusul Taehyun dan masuk ke dalam mobilnya.

“Soobin bilang dia mencintaiku. Tapi mengapa aku masih sulit untuk percaya” ujar Taehyun membuka percakapannya dengan Kai sembari Kai menjalankan mobilnya.

“Apa yang membuatmu tidak percaya?” tanya Kai sambil terus fokus pada jalanan.

“Karena dia terlihat terlalu jujur. Bagiku dia seorang pembohong ulung. Bukankah seorang pembohong ulung justru terlihat seperti orang paling jujur di dunia”

“Seperti Sunghoon?”

Taehyun terdiam mendengar satu nama yang paling tidak ingin ia dengar disebutkan oleh Kai. Ia menggenggam erat sabuk pengamannya, bahkan rahangnya ia eratkan. Ia benar-benar tidak ingin mendengar nama itu lagi dalam hidupnya. Karena nama itu menorehkan luka cukup dalam di hatinya.

*To Be Continued*

TRAP | Soobtyun (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang