Bagian 24

242 22 8
                                    

Hai, aku kembali setelah 2 bulan tenggelam di dalam kesibukan tiada akhir. Semoga masih ada yang mau lanjut baca cerita ini. Oke mari kita mulai saja ceritanya. Tapi sebelumnya harus apa? Iya betul, klik tanda bintang. Selamat membaca.

***

"Terry adalah anakku"

"APA??"

"Jelaskan padaku, bagaimana bisa Terry adalah anakmu?" tanya Soobin menuntut penjelasan sejelas-jelasnya pada Jihyun. Sementara Yeonjun hanya duduk diam tak mampu berkata-kata, masih terkejut dengan fakta yang baru saja ibunya katakan.

Jihyun menghela nafasnya berat, mau tidak mau ia harus mengungkap fakta yang ia sembunyikan bertahun-tahun lamanya. Terlebih itu pasti bukan sesuatu yang mudah diterima oleh Yeonjun, anak sulung yang berpikir ia adalah satu-satunya.

"Kalian pasti pernah mendengar aku yang bahkan rela menikah dengan targetku demi sebuah misi. Maka pria tidak beruntung yang aku nikahi itu adalah Joowon, jaksa korup yang tewas 12 tahun lalu."

Soobin dan Yeonjun membelalakan mata mendengar nama yang disebut oleh Jihyun. Joowon adalah jaksa yang dikenal korup dan terlibat dengan banyak kasus kejahatan besar pada masanya.

"Kai adalah anak Joowon dari mendiang istri pertamanya, ia masih berusia 6 tahun saat aku menikah dengan ayahnya. Dan Terry lahir akibat kecerobohanku. Aku telat menyadari jika aku hamil, dan bila digugurkan pun sudah sangat terlambat. Aku..."

"Dasar wanita jahat, ibu bahkan berniat menggugurkan anak ibu sendiri" ujar Yeonjun ketus, memutus kalimat Jihyun. Ia begitu kecewa dengan perkataan ibunya barusan.

Jihyun menundukkan kepalanya, jujur ia tidak menyangka jika reaksi Yeonjun akan semarah ini. Padahal ia baru memulai ceritanya, yang mana masih banyak yang harus diceritakan. Rasanya Jihyun tidak siap untuk menghadapi reaksi Yeonjun nanti.

"Aku meninggalkan Terry saat usianya masih 4 tahun karena penyamaranku terbongkar. Setelah itu aku tidak bertemu dengan Terry untuk waktu yang lama. Beberapa tahun kemudian aku bertemu lagi dengannya, untuk pertama dan terakhir kalinya."

***

12 tahun yang lalu

"Sekarang kamu istirahat ya, Sayang" ujar Joowon pada anaknya yang sedang terbaring lemah di tempat tidur. Anak laki-lakinya yang berusia 9 tahun itu sedang demam tinggi. Ia baru saja memberi anaknya bubur dan obat agar demamnya mereda.

"Tapi Ayah, aku ingin ditemani, sebentar saja sampai aku tertidur" pinta sang anak dengan manja. Ia hanya ingin tidur di pelukan hangat ayahnya setidaknya sampai ia jatuh terlelap.

"Baiklah, hanya sampai kamu tertidur kan?"

Sang putra mengangguk penuh semangat, senyum yang begitu manis merekah di bibir pucatnya. Joowon pun membalas senyuman sang putra sambil memposisikan diri berbaring di sampingnya. Sang putra dengan cepat menyamankan tubuhnya di pelukan ayahnya sementara Joowon menepuk-nepuk pelan punggungnya agar putranya cepat tertidur.

Beberapa menit setelah sang anak terlelap, Joowon mendengar suara gaduh dari lantai dasar rumahnya. Bahkan suara tembakan jelas terdengar berkali-kali. Rumahnya diserang.

Yang ada di pikiran Joowon sekarang hanyalah bagaimana caranya ia melindungi putranya. Suara gaduh itu semakin dekat dengannya sekarang. Tidak ada jalan keluar yang bisa ia lalui untuk membawa putranya keluar dari rumah.

Joowon panik, pikirannya seolah buntu. Ia hanya tidak ingin putranya yang tidak bersalah ini menjadi sasaran serangan musuhnya. Satu-satunya tempat yang ia temukan hanya lemari pakaian di kamar itu.

Joowon menggendong putranya yang tak bergeming dari tidur nyenyaknya itu dan meletakkannya di dalam lemari. Liontin perak yang melingkar di leher putranya itu ia masukkan ke arah dalam kaos putranya agar tak terlihat. Cepat ia tutup rapat pintu lemari itu, namun ia tak sempat menguncinya.

TRAP | Soobtyun (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang