Bagian 29

163 26 1
                                    

Hari-hari berjalan seperti biasa dengan Soobin yang masih berpura-pura menjadi manager Terry. Ia tetap menjalankan misinya seolah-olah ia tidak menyadari jika ia sudah ketahuan oleh Terry sebagai kekasih Taehyun. Terry pun sama, ia berpura-pura tidak tahu apapun dan hanya memperhatikan Soobin dalam diam, melihat sampai mana Soobin akan bertindak.

Sementara bagaimana dengan Taehyun? Taehyun bersikap tidak peduli lagi dengan Soobin setelah kejadian di apartemen Soobin malam itu. Bagaimana pun melihat Soobin mencium Yeonjun sangat melukai hatinya. Tidak ada komunikasi yang terjalin di antara mereka selama beberapa hari belakangan. Lebih tepatnya tidak ada yang ingin memulai komunikasi.

Taehyun memijakkan kakinya kembali ke perusahaan K&T Entertainment. Tidak lupa dengan paperbag berisi bunga segar yang biasa ia bawa untuk Kai. Ia berjalan dengan angkuhnya yang seperti biasa pula memancing tatapan tidak suka dari beberapa karyawan yang ia lewati. Namun Taehyun sama sekali tidak peduli, ia tidak membutuhkan senyum ramah dari orang lain.

Tepat saat Taehyun keluar dari lift, ia berpapasan dengan Yeonjun yang baru saja keluar dari ruangan Kai dengan beberapa dokumen di tangannya. Taehyun memilih abai pada eksistensi Yeonjun yang ia lewati. Tapi sesaat kemudian ia merasakan tangannya ditarik sehingga ia harus menghentikan langkahnya.

"Maafkan aku atas kejadian malam itu, Tuan Taehyun" Yeonjun segera mengucapkan permintaan maafnya ketika Taehyun menoleh menatapnya. "Aku tidak mempunyai hubungan romantis dengan Soobin, kami hanya berteman."

"Aku tahu" ucap Taehyun singkat lalu menarik tangannya kasar, melepaskan diri dari Yeonjun dan bergegas masuk ke ruangan Kai. Yeonjun menatap kepergian Taehyun tak enak, ia masih merasa bersalah akan perbuatan bodoh Soobin.

***

"Ada apa dengan wajah kusutmu itu?" tanya Kai saat ia melihat Taehyun yang masuk ke ruangannya dengan wajah murung. Taehyun tidak menjawab apapun dan hanya melangkah pelan ke arah Kai yang sedang duduk di sofa bersama Heeseung.

Kai menepuk pahanya pelan, memberi kode untuk Taehyun duduk di sana. Taehyun pun langsung duduk menyamping di pangkuan Kai dan menyandarkan kepalanya di dada bidang Kai. Heeseung tertawa mengejek Taehyun dan hanya dibalas Taehyun dengan memalingkan wajahnya malas, tidak ingin meladeni Heeseung.

"Apa yang terjadi denganmu? Mengapa kamu terlihat sedih?" tanya Kai sekali lagi sambil menyampirkan rambut Taehyun yang sudah panjang menutupi mata itu ke belakang telinganya.

"Entahlah" sahut Taehyun singkat sambil memainkan kancing jas Kai sampai tautannya terlepas.

"Sepertinya masalah percintaan. Soobin berselingkuh ya." Heeseung menggoda Taehyun, membuat wajah Taehyun berubah kesal.

"Kai, bolehkah hari ini aku membunuh seseorang? Aku kesal sekali" tanya Taehyun meminta izin.

"Hmm siapa yang mau kamu bunuh?"

"Dia" ujar Taehyun sambil mengarahkan pistol ke arah Heeseung. Taehyun mengambil pistol tersebut dari holster yang terpasang di badan Kai, di balik jasnya. Heeseung kaget bukan main namun berusaha tetap tenang. Sedangkan Kai hanya terkekeh, merasa apa yang disaksikannya ini justru lucu.

"Silahkan, bunuh saja." ujar Kai lalu tertawa.

"Hei Kai, bukannya kau cegah dia. Kau benar-benar ingin aku mati, Hah!" Heeseung panik karena ia tahu betul Taehyun tidak pernah ragu-ragu untuk melepaskan tembakan itu jika ia ingin.

"Berhenti bicara atau aku akan menembakmu. Diam dan duduk yang manis di tempatmu" ujar Taehyun dengan masih mengarahkan pistol yang dipegangnya ke arah Heeseung. Heeseung pun mematuhi perintah Taehyun dan duduk diam tanpa berani protes sedikitpun.

"Wah ternyata kalian sedang bermain-main, mengapa tidak menungguku." suara Terry dari ambang pintu membuat ketiga pria di dalam ruangan tersebut menoleh.

Terry melangkahkan kakinya mendekat untuk bergabung dengan mereka, diikuti oleh Soobin di belakangnya. Taehyun beralih menatap Soobin dengan tatapan yang sulit diartikan. Tatapan itu menyiratkan cinta namun juga luka dan amarah.

Bohong jika Soobin tidak terkejut dengan apa yang dilihatnya sekarang. Situasi yang ambigu dan mengkhawatirkan. Bagaimana bisa ia tenang melihat kekasihnya sekarang duduk di pangkuan Kai sambil mengarahkan pistol ke arah Heeseung. Dari yang terlihat pun ini bukan sebuah candaan karena pistol yang dipegang Taehyun adalah pistol sungguhan dan kondisi wajah Heeseung yang pucat pasi.

"Kalian mau terus bermain-main? Apakah kalian lupa jika sebentar lagi akan datang pihak rumah produksi? Apa kalian mau membuat mereka lari ketakutan?" ujar Terry yang duduk bersandar di sofa sambil menyilangkan kakinya.

"Sudah, Sayang. Marah-marahnya ditunda dulu ya. Heeseung harus kembali bekerja." ucap Kai lembut sambil mengusap punggung Taehyun. Taehyun pun menurunkan pistolnya dan kembali memasukkan pistol tersebut ke holster milik Kai.

Soobin tidak melepaskan pandangannya sedikitpun dari Taehyun. Memperhatikan setiap detail gerakan Taehyun. Memperhatikan Taehyun yang bak anjing penurut pada Kai. Memperhatikan ekspresi wajahnya yang murung. Memperhatikan Taehyun yang mengabaikan eksistensi dirinya. Dan memperhatikan tangan Taehyun yang bergerak mengancing jas Kai setelah meletakkan pistolnya. Siapa sangka jika selama ini Kai yang terlihat hanya seperti CEO biasa ternyata membawa senjata api di balik jasnya.

Dan satu lagi yang membuat pikiran Soobin lebih berisik. 'Sayang?' Kai memanggil Taehyun 'sayang'? Apa sebenarnya hubungan mereka? Mengapa mereka terlihat begitu intim? Mengapa? Apakah kabar miring yang beredar di kalangan para karyawan itu benar adanya bahwa Taehyun adalah sugar baby? Entahlah.

Taehyun turun dari pangkuan Kai lalu berjalan keluar ruangan tanpa permisi. Bahkan bunga yang ia bawa tadi ia biarkan saja masih di dalam paperbag dan tergeletak begitu saja di atas meja. Ia berjalan tanpa memperdulikan Soobin yang menatapnya. Melaluinya begitu saja seakan Soobin tidak terlihat.

"Kamu tidak ingin mengejarnya?" tanya Kai pada Soobin, membuatnya yang sedari tadi berdiri mematung itu berjengit kaget. "Kamu pikir kami tidak tahu jika kamu berkencan dengan Taehyun. Kejar saja dia jika kamu ingin."

Soobin pun undur diri untuk mengejar Taehyun seperti yang diperintahkan oleh Kai. Meninggalkan decakan tak suka dari Terry. Kai tersenyum tipis.

"Tidak bisakah kamu menerima kenyataan jika Taehyun mencintai orang lain."

"Tidak bisa, apalagi orang itu Soobin. Dia hanya seorang penipu. Dia bahkan mengikuti Taehyun ke klub dan aku menemukan dia berdiri mematung di depan ruangan VIP kita. Aku yakin dia adalah seorang mata-mata seperti Sunghoon. Dan kalian harusnya tahu jika Yeonjun karyawan kalian itu adalah komplotannya." jelas Terry menjelaskan alasan lain dia tidak menyukai hubungan Taehyun dan Soobin selain karena rasa cemburunya.

"Kita awasi saja mereka dari jauh. Kita lihat apa yang bisa mereka lakukan." ucap Kai santai.

"Tapi Kai" Terry bereaksi tidak puas.

"Apa yang kamu khawatirkan Terry? Jika sesuatu terjadi, Taehyun pasti bisa mengatasinya." Heeseung menyela.

"Aku akan membunuh Soobin jika dia berani macam-macam." Terry menggeram dengan emosi yang membakarnya.

"Sebelum kamu melakukannya, aku yakin Taehyun sudah membunuhnya lebih dulu." sahut Heeseung sembari bergidik membayangkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi.

*To Be Continued*

TRAP | Soobtyun (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang