Bagian 33

238 33 5
                                    

Terhitung sudah lima hari berlalu sejak kejadian penembakan calon presiden Hong. Namun pihak kepolisian masih belum juga dapat menemukan siapa sniper yang berperan sebagai eksekutor di tragedi tersebut.

Soobin yang diketahui sempat bertarung dengan sang eksekutor pun mengaku tidak melihat wajahnya. Pisau yang menancap di paha Soobin itupun diperiksa, namun tidak ditemukan sidik jari pelaku.

Soobin sengaja memnyembunyikan fakta bahwa sniper tersebut adalah Taehyun. Lagipula saat ia menemukan Taehyun, Taehyun tidak membawa senjatanya. Bisa saja sniper itu sesungguhnya bukan Taehyun. Soobin anggap saja begitu.

Soobin menghela nafasnya ketika melihat siaran berita yang menyiarkan tentang kasus dari 4 menteri yang tertangkap minggu lalu. Kasus ini menjadi kasus kejahatan terbesar dalam sejarah negaranya yang dilakukan pejabat negara. Barang bukti berupa file-file yang entah datangnya darimana tiba-tiba dipapar di pengadilan oleh seorang jaksa muda.

Soobin lalu mengecek aplikasi yang menghubungkan penyadap yang terpasang di sofa apartemen Taehyun. Sepi, tidak ada suara sama sekali. Sudah begitu sejak 5 hari yang lalu, sepertinya Taehyun tidak pulang. Namun dari alat pelacak yang berada di mobil Taehyun, mobil itu terparkir di parkiran apartemen.

Kesimpulannya, Taehyun pergi tanpa mobilnya dan belum pulang sejak peristiwa penembakan calon presiden Hong. Membuat Soobin bertanya-tanya dimanakah Taehyun berada sekarang.

Soobin bangkit dari duduknya dan memakai jaketnya. Lalu ia meraih kunci motornya dan bersiap untuk pergi. Hari ini adalah hari dimana Sunghoon meninggal dunia 3 tahun yang lalu. Soobin berencana untuk membeli sebuket bunga dan mengunjungi makam Sunghoon.

***

"Bagaimana kabarmu? Apa kamu merindukanku... Sayang?" Taehyun berbicara setelah meletakkan sebuket bunga yang ia bawa di atas sebuah pusara. Ia berbicara sambil tersenyum getir, seakan menahan perih yang amat sangat.

"Aku harap kamu bahagia disana. Bahagia dengan jalan yang sudah kamu pilih."

Taehyun menatap foto kecil yang terbingkai rapi di batu nisan. Foto pria tampan dengan seragam polisi, seragam yang sangat Taehyun benci. Tatapan penuh kepedihan itu pun perlahan buram, tertutup oleh genangan air mata yang siap tumpah dari pelupuk mata.

"Kamu bilang hidupku akan bahagia setelah kamu pergi. Mana buktinya? Bahkan disaat aku menemukan orang baru, dia tidak kalah liciknya dengan dirimu." ujar Taehyun dengan suara bergetar. Taehyun meremat erat ujung blazernya ketika ia sudah tak mampu membendung air matanya.

"Aku benci kamu, Sunghoon... Sangat membencimu." ucap Taehyun lirih sebelum ia dikejutkan oleh kehadiran Soobin yang berdiri di hadapannya sambil meletakkan sebuket bunga di atas pusara Sunghoon.

Taehyun menatap Soobin yang kini memandang ke arah pusara. Tidak ada satu kata pun yang keluar dari mulut mereka. Suasana hening terjadi dalam waktu yang lumayan lama.

"Jika kamu sudah selesai, bisakah kamu pergi dari sini? Aku butuh ruang privasi bersama sahabatku." ujar Soobin yang secara halus mengusir Taehyun dari pemakaman.

Tanpa berkata apapun Taehyun melangkahkan kakinya menjauh. Namun baru beberapa langkah, ia kembali dihentikan oleh Soobin.

"Tunggu aku di pintu gerbang, ada yang ingin ku bicarakan denganmu." Soobin mengatakan itu tanpa menoleh ke arah Taehyun. Taehyun pun memalingkan wajahnya dan melanjutkan langkahnya keluar dari area pemakaman.

***

Soobin berjalan keluar dari area pemakaman. Ia terus berjalan dengan tanpa henti matanya menatap sosok Taehyun yang semakin dekat. Taehyun sedari tadi berdiri bersandar pada mobil berwarna hitam dengan seseorang bodyguard yang berdiri tak jauh darinya.

TRAP | Soobtyun (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang