Yeonjun berjalan kembali menuju kantornya setelah baru saja membeli dua gelas americano di kafe sebrang perusahaan. Saat ia sedang menunggu di depan lift yang lama sekali tak kunjung terbuka, ia disapa oleh Kai yang baru saja datang.
"Mari naik bersama saya saja, Yeonjun." Ajak Kai agar Yeonjun ikut masuk ke dalam lift khusus untuknya (serta Taehyun, Beomgyu dan Heeseung) yang tidak perlu mengantri dan menunggu lama untuk naik. Walau dengan perasaan yang kurang enak, Yeonjun pun memasuki lift yang terletak di sebelah lift umum.
Tidak ada yang memulai sebuah percakapan di dalam lift, semuanya hening. Hanya Yeonjun yang kini menjadi salah tingkah, tidak tahu harus melakukan apa selain menggaruk pipinya yang tidak gatal. Kai nampak berdiri tenang, dengan sebelah tangannya yang menjinjing paperbag berisi bunga segar.
"Kamu ikut ke ruangan saya, rangkai bunga-bunga ini untuk saya." Perintah Kai dengan nada yang penuh wibawa seperti biasa. Yeonjun hanya mengangguk mengerti dan mengikuti Kai masuk ke ruangannya.
"Ini kopi untuk Tuan." Yeonjun menyerahkan satu gelas kopi yang ia beli tadi kepada Kai. Ia meletakkan kopi itu di meja Kai lalu beralih menuju vas bunga.
"Terima kasih." Hanya sebuah jawaban singkat dari Kai yang kini sedang memperhatikan Yeonjun yang membuang tangkai bunga-bunga yang sudah layu dan menggantinya dengan bunga yang baru.
"Tuan Taehyun kemana? Tumben sekali Anda membeli bunga-bunga ini seorang diri." Tanya Yeonjun mencoba berbasa-basi.
"Taehyun sedang sedih akhir-akhir ini, sepertinya sahabatmu itu menyakiti hatinya. Ternyata pria itu dan Sunghoon tidak ada bedanya." Jawab Kai sembari menyesap kopi yang masih panas itu. Yeonjun yang sedang memotong tangkai bunga itu pun menghentikan kegiatannya.
"A-apa maksud Anda?" Yeonjun sedikit terkejut dengan pernyataan atasannya itu. Kai menarik sudut bibirnya, tertawa dengan sinis.
"Sudah sejauh mana kamu menyelidiki kami, Saudaraku? Apakah Ibu yang mengirim kalian?" Kai begitu mengintimidasi Yeonjun dengan nada bicaranya.
"Bagaimana Anda tahu, Tuan?"
Kai tertawa melihat Yeonjun yang mulai gentar. "Bukankah seharusnya kamu memanggilku Kakak? Sayang sekali Ibu tidak pernah memperkenalkan kita satu sama lain."
Yeonjun hanya diam, otaknya yang cerdik itu kini seakan beku tak mampu memikirkan apapun. Setiap kata yang keluar dari mulut Kai seakan sebuah mantra yang melemahkan otot-otot tubuhnya.
"Sudah tidak perlu takut seperti itu, aku tahu jika dirimu tidak berada di pihak Ibu. Karena tidak mungkin Ibu mengirim bajingan seperti Soobin jika saja kamu dapat melaksanakan misinya dengan benar." Ujar Kai mencoba untuk membuat Yeonjun sedikit lebih tenang dari ketegangannya.
"Aku sama sekali tidak menyangka Anda masih sudi memanggil wanita jahat itu dengan sebutan Ibu."
"Mau sejahat apapun dia, tetap saja dia berjasa pernah merawatku dan adikku selama beberapa tahun. Walaupun dia meninggalkan adikku yang masih kecil itu tanpa ucapan selamat tinggal. Kamu tahu, adikku itu merindukan ibunya setiap malam, merindukan segelas susu hangat yang selalu dibuatkan untuknya sebelum tidur. Namun alih-alih melepaskan rindunya, Ibu justru kembali untuk membunuh Ayah dan juga adikku yang sedang sakit."
Yeonjun mengepalkan tangannya mendengar penuturan Kai. Ia benar-benar semakin membenci ibunya saat ini. Cerita singkat dari ibunya saja sudah membuat dirinya muak, apalagi ditambah oleh cerita Kai.
"Jadi siapa adikku sebenarnya?"
"Maksudmu?" Kai mengerenyitkan dahinya mendengar Yeonjun yang mempertanyakan siapa adiknya, bukankah semua orang tahu jika adiknya adalah Terry.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRAP | Soobtyun (On Going)
Fanfiction"Dari semua kebohongan yang pernah aku dengar, 'aku mencintaimu' adalah favoritku" - Taehyun *BXB (BoyXBoy) *Homophobic? DNI