Chapter 28: It's Okay

45 8 52
                                    

Yosfan: "seketika Author nya kabur entah kemana"

Nuri: ^^' "karena chapter kali ini, pasti bikin pembaca kesal. Jadi dia kabur duluan sebelum di keroyok sama pembaca nya"

Yosfan: -_- "kabur dari tanggung jawab. Lagian ngapain juga bikin kisah kek gini, kalau ujung-ujungnya begini?"

Nuri: "Oke! Daripada kebanyakan bicara yang tidak penting, sebaiknya kita langsung ke cerita."

Yosfan: "Happy Reading"

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Itu mereka!" teriakan salah satu pengungsi membuat para pengungsi lain dan juga para relawan menoleh menatap ke dua remaja berbeda gender itu. Semua pengungsi dan relawan itu mendekati kedua remaja yang sedang berjalan mendekati ke camp.

"Kaela! Kemana saja kau sampai baru pulang malam begini?" tanya salah satu wanita yang adalah petugas medis di camp.

Si gadis berkulit gelap yang bernama Kaela itu, tertawa canggung sambil menggaruk kepalanya. "Maaf... Aku kesulitan mencari Tsubaki tadi..." jawabnya.

Salah satu relawan menatap ke arah remaja pria yang datang bersama dengan Kaela. "Kau ini... Siapa?" tanya relawan itu, dia menatap kembali remaja pria di depannya dengan teliti. Iris mata remaja itu yang memiliki warna berbeda, membuat relawan itu menyadari sesuatu. "Tunggu... Apa kau ini... Tsuba—" sebelum si relawan melanjutkan perkataannya, Kaela sudah menutup mulut relawan itu.

Remaja pria itu sedikit terkejut dengan tindakan Kaela, walau dia juga sempat merasa panik jika relawan itu menyadari jika dia juga orang yang sama dengan gadis yang ada di camp sebelumya. "Ahaha... Dia ini Kuro, dia adalah kakak kembar Tsubaki... Jadi wajar kalau mereka mirip" jelas Kaela dengan sweatdrop di kepalanya.

"I-iya... Salam kenal semuanya..." Tsubaki, atau yang sekarang adalah Kuro membungkuk hormat pada para relawan dan pengungsi yang lain.

Relawan yang mulutnya ditutup paksa oleh Kaela, melepaskan tangan Kaela dari mulutnya. "Huff... Lalu dimana Tsubaki?" tanyanya yang menatap Kuro dengan curiga.

"Dia ada urusan mendadak, jadi dia harus kembali dan aku diminta untuk menggantikannya" jelas Kuro yang kelihatan lumayan tenang.

Walau masih ada sedikit kecurigaan, tapi sepertinya relawan itu tidak bertanya lebih jauh. "Ahaha! Daripada itu, aku lapar~ apa kita bisa makan sekarang?" Kaela pun mengalihkan perhatian pengungsi dan relawan lain. Mereka pun kembali masuk ke dalam camp, sementara Kuro yang ingin masuk tiba-tiba dicegat oleh Mirai.

Kuro menoleh, menatap ke Mirai yang memegang tangannya. "Ada apa paman?" tanyanya.

Mirai terdiam sejenak kemudian balas menatap Kuro, "Tsubaki-chan... Apa kau baru saja menunjukkan siapa dirimu pada Kaela?"

Kuro menunduk, "maafkan aku..." ucapnya penuh rasa bersalah.

Mirai tersenyum, dia menepuk pundak Kuro. "Tidak apa... Lagi pun, Kaela sepertinya berusaha untuk menutupi identitas aslimu~" Mirai menatap ke camp pengungsian, tepatnya ke Kaela yang sedang duduk sambil menikmati makan malam. Dia pun menoleh ke Kuro, "karena sudah seperti ini, sepertinya aku harus memanggilmu Kuro-kun~" ujar Mirai disertai dengan senyuman jahil.

Ultraman Pandora: the Shadow for the LightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang