Chapter 26: Love?

66 8 240
                                    

Semoga gak kayak kemarin lagi. Gak ada notifikasi sama sekali :v rese banget emang wattpad ini.

Oke, aku gak mau berakhir curhat kek kemarin gara-gara hilang nya sinyal. Jadi kita langsung aja ke cerita.

Happy Reading~

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Beberapa hari setelah Mirai pergi untuk mencari keberadaan Bolgard. Tsubaki mulai di sibukkan dengan banyak kegiatan di camp pengungsian. Mulai dari mengurus para pengungsi yang terluka, mencari para korban perang yang mungkin saja masih hidup dan butuh pertolongan, juga kegiatan lain yang intinya adalah membantu semua pengungsi di camp bersama dengan para relawan lain yang mulai berdatangan setelah bantuan kemanusiaan bisa masuk.

Sekarang ini Tsubaki bersama dengan para relawan lain sedang sibuk mengambil beberapa kebutuhan yang dikirim dari negara lain. "Tsubaki! Bisa kau bawa kotak obat ini ke dalam?" pinta salah satu relawan yang ada di sana.

"Baik" Tsubaki pun langsung mengambil kotak obat itu dan membawa nya masuk ke dalam camp.

Dalam hal ini tidak hanya para relawan saja yang sibuk dengan bantuan yang dikirim negara lain, tapi para pengungsi yang masih bisa bergerak pun ikut membantu. Begitu juga dengan Kaela yang ikut membantu. "Tsubaki-chan! Apa kau butuh bantuan untuk mengangkat kotak itu?" tanya Kaela sambil sedikit berteriak.

Tsubaki menoleh, "tidak kak! Aku baik-baik saja" jawabnya yang juga sedikit berteriak agar bisa di dengar oleh Kaela.

Kaela tersenyum, kemudian kembali membantu relawan lain yang mulai menurunkan barang-barang. Beberapa saat setelahnya, mereka pun beristirahat setelah semua barang bantuan di turunkan dan menunggu bantuan lain yang segera datang. "Silahkan, diminum semuanya" seru salah satu wanita sambil membawa nampan berisi minuman. Tidak hanya satu, tapi terlihat beberapa wanita lain yang juga membawa minuman dan camilan untuk para relawan dan laki-laki yang sudah bekerja menurunkan barang-barang tadi.

"Terima kasih banyak bibi~ aku sangat haus" ujar Kaela sambil mengambil segelas minuman yang di sediakan. Relawan dan laki-laki lain juga ikut mengambil minuman mereka, begitu juga dengan Tsubaki.

Semua orang yang ada di sana pun larut dengan canda tawa dan obrolan mereka. Walaupun keadaan mereka saat ini masih di tempat yang berbahaya, tapi sepertinya sedikit candaan bisa melarutkan suasana yang tegang dan penuh rasa trauma. "Kaela, ada yang ingin saya katakan" salah satu wanita mendekati Kaela dan berbisik.

"Ada apa bibi?" tanya Kaela dengan tatapan penuh tanda tanya.

"Begini... Soal kebun strawberry kita... Semua tanamannya sudah layu" jelas wanita itu yang sontak membuat Kaela terkejut sampai membuat banyak mata menatap nya.

"Ada apa kak Kaela?" Tsubaki bertanya dengan perlahan, namun tidak ada jawaban dari Kaela. Gadis itu tiba-tiba saja berlari dari lokasi penerimaan bantuan, meninggalkan semua orang yang ada di sana. "Eh? Kak Kaela!" teriak Tsubaki sambil mengejar gadis itu entah kemana.

.
.
.
.

Tsubaki pun sampai di sebuah bukit yang terbuka. Di sana dia melihat sebuah rumah kaca yang biasanya dibuat para petani dari pedesaan untuk menanam tanaman yang memang perlu ditanam dalam rumah kaca. Tsubaki mendekati rumah kaca itu, dan masuk ke dalamnya. Sesampainya di dalam, Tsubaki melihat Kaela yang sedang berlutut sambil menatap tanaman strawberry yang sudah menguning.

Ultraman Pandora: the Shadow for the LightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang