Chapter 41: Bayangan Masa Lalu

53 8 206
                                    

Uhm... Gimana ya guys, mungkin ini bakal jadi chapter terakhir bagi salah satu seijin bentuk naga disini. Tapi kalau kurang memuaskan, mohon maaf ya.

Aku gak pandai kalau penyiksaan yang secara fisik gitu. Yang ku pikirin malah yang lain. :v

Jadi untuk penyiksaan, silahkan kalian siksa saja naga satu ini di kolom komentar. Dan tanpa berlama-lama... Mari kita gaskan~

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Didalam sebuah penjara yang cukup luas namun penuh dengan kotoran yang dan juga kerangka makhluk lain yang berserakan di sudut penjara. Terdapat lima Ultra yang menyamar terkurung dalam penjara, salah satu Ultra dengan penampilan seperti anak SD sedang sibuk mencongkel-congkel pintu penjara agar dia bisa keluar dari sana. Namun semua usahanya sepertinya gagal, karena berapa kali pun gadis kecil itu mencoba dia tidak bisa membuka kunci pada pintu penjara.

"Sudahlah... Kau hanya membuang-buang waktumu, Garnet..." ujar salah satu pemuda yang sedari tadi melihat gadis bernama Garnet itu mencongkel kunci pintu penjara.

"Setidaknya aku mencoba! Kau sendiri kenapa diam saja?!" omel Garnet menatap pemuda itu dengan kesal.

Pemuda itu hanya diam saja, tidak membalas apapun. Dia memilih untuk memalingkan muka dan melihat kearah lain sambil berusaha untuk tidak mengingat apa yang sudah mereka alami sebelum masuk ke dalam penjara. "Aku tidak mengira jika Peridot akan dipakai seperti itu..." gumam pemuda bernama Zero itu.

Para Ultra yang lain menundukkan kepalanya, Garnet yang sejak tadi sibuk dengan gembok pada pintu penjara pun berhenti kemudian melirik ke Ultra yang lain. "Pria bernama Dagna itu..." tanpa sadar tangan Garnet memukul jeruji besi pada penjara dengan keras. Terlihat dari wajahnya kalau gadis ini benar-benar marah. "Dia... Dia berani mengatakan kalau kakak adalah mainan?! Aku akan melenyapkannya!" ujar Garnet dengan wajah yang menggelap.

Tidak hanya Garnet yang tersulut emosi, tapi satu Ultra yang lebih tua dari Garnet juga merasakan hal yang sama. Ultra itu hanya diam, namun yang lain bisa melihat jelas dibelakangnya terdapat aura gelap yang siap menerkam siapa saja di hadapannya. Sementara disisi lain, satu-satunya Seijin yang ada diantara para Ultra yang sedang menyamar ini sedang menundukkan kepalanya. "Aku minta maaf..." ujar Seijin itu dengan suara yang lirih.

Kelima Ultra dalam penyamaran langsung menatap ke arah seijin yang juga sedang menyamar itu. "Kenapa kau minta maaf, Felix?" tanya Ribut sedikit memiringkan kepalanya.

"Karena aku tidak menyadari jika Peridot-san ada disini... Jika saja aku tau, mungkin aku bisa menyelamatkannya sebelum ini terjadi..." Felix sedikit menundukkan kepalanya dengan wajah yang penuh rasa bersalah.

Garnet dan Ultraman yang marah pun langsung menatap ke arah Felix, "tidak Felix... Ini bukan salahmu. Lagi pula... Melihat luka yang dialami Peridot, bisa jadi dia sudah mengalami kekerasan ini sejak lama..." balas Ultraman dengan suara yang sedikit bergetar. Tidak ingin menyalahkan orang lain karena ini memang salah Ultraman yang tidak bisa bertindak cepat setelah mengetahui kalau putranya diculik. Mungkin jika Ultraman menyelidiki ini lebih cepat, Peridot tidak akan jadi seperti ini.

Ultraman Pandora: the Shadow for the LightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang