Oke, pas aku baca ulang yang ini entah kenapa aku malah jadi salting guys. Ya masih lebih salting pas chapter spesial buat Labyrinth sih. :v
Tapi ini udah lumayan lah. Percintaan bocil~ walau yang di suka umurnya lebih tua 5 tahun. :v
Okelah, dari pada kelamaan baca curhatan aku. Mending kita langsung ke cerita.
Happy Reading~
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Mirai dan Tsubaki sekarang sudah mulai di sibukkan dengan berbagai kegiatan para relawan di camp pengungsian. Tidak hanya kegiatan untuk para relawan di camp pengungsian, tapi juga pencarian Alien Bolgard yang menjadi tujuan utama mereka datang ke bumi juga dilakukan. Semakin banyak tugas yang harus kedua Ultra dalam penyamaran ini lakukan. Tapi Tsubaki tidak tega meninggalkan para pengungsi yang terluka dan kelaparan itu.
Apa lagi setelah mendengar perkataan Kaela yang mengatakan kalau bantuan tidak bisa masuk ke camp pengungsian. Dan karena itulah Tsubaki mulai bekerja keras untuk membantu, walau dari segi pengalaman dia masih harus bertanya pada Mirai.
"Tsubaki-chan, apa kau bisa bawakan perban lagi?" pinta Mirai. Tsubaki pun dengan sigap memberikan perban yang baru.
Beberapa menit berselang, semua pengungsi dan kedua Ultra ini mendengar suara ledakan yang jauh namun masih terdengar sampai ke camp pengungsian. "Sepertinya ada bagian kota yang di bom lagi" ujar Mirai yang masih merawat korban luka. Mereka memang belum lama berada di daerah perang ini, tapi sepertinya Mebius atau Mirai sudah mulai terbiasa dengan suara ledakan yang kadang kala datang. Sedangkan untuk Tsubaki, dia masih ketakutan dengan suara itu. Apa lagi setiap suara ledakan bom terdengar, pasti ada korban yang meninggal dibawa ke camp pengungsian.
Kaela yang melihat ketakutan Tsubaki, langsung menariknya menjauh ke camp pengungsian menuju ke tempat yang jauh lebih tenang. "Tsubaki, ikut denganku sebentar ya~"
Tsubaki hanya mengangguk dan mengikuti Kaela. Kedua nya tiba-tiba sampai pada sebuah tempat tinggi yang cukup sepi. Tsubaki memperhatikan sekelilingnya, tempat itu tidak cukup hijau tapi masih di tumbuhi dengan rerumputan dan juga satu pohon besar yang masih berdiri kokoh walau setengah dahannya tidak memiliki dedaunan. "Tempat apa ini, kak Kaela?" tanya Tsubaki mendekati pohon yang ada di sana.
Kaela ikut mendekati pohon satu-satunya yang ada di sana, dan menyentuh pohon itu. "Ini adalah tempat rahasia aku dan ayah saat beliau masih hidup dulu" ujar Kaela, tatapannya perlahan berubah sendu sambil menatap ke ukiran yang ada pada pohon itu.
Tsubaki ikut melihat ukiran yang bertuliskan sebuah nama di batang pohon yang besar itu. "Keluarga Dulmain..." gumam Tsubaki. Tsubaki menatap ke arah Kaela, mengingat gadis berkulit hitam itu tinggal di daerah peperangan yang pasti Kaela sering merasakan ketakutan saat bom dan peluru menghujam tempatnya berada. Tapi yang di pikirkan Tsubaki bukan itu, melainkan keberadaan keluarga Dulmain yang ada pada ukiran di pohon itu. "Keluarga kak Kaela... Apa mereka..." Tsubaki menoleh Kaela.
Tatapan Kaela berubah sedih, Tsubaki terdiam. Tanpa mengatakan apapun Tsubaki sudah tau kalau kedua orang tua Kaela adalah korban dalam peperangan ini. "Maaf sudah bertanya..." ucap Tsubaki sambil menundukkan kepala.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ultraman Pandora: the Shadow for the Light
Diversos{COMPLETE} _____________________________ Seorang Ultra terlahir dengan kutukan yang membuatnya tidak diterima oleh cahaya. Namun dibalik bencana yang dia terima, banyak sosok yang menjadi penyemangat untuk nya agar tetap berdiri tegak. Walau terkad...