Chapter 27: Sebenarnya Tentang Diriku

49 8 143
                                    

Hampir mencapai akhir ark. Bukan berarti udah mau selesai, masih banyak nanti guys. Peridot aja belum terculik, udah mau tamat aja. :v

Oke, daripada ini berujung jadi tempat curhat gara-gara aku nonton debat tadi malem. Lebih baik kita langsung ke cerita.

Happy Reading~

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Empat minggu berlalu sejak Mirai atau Mebius pergi mencari keberadaan Bolgard, Tsubaki belum mendapatkan kabar apapun dari Mirai. Hal itu jelas membuat Tsubaki khawatir. Apalagi selama dia ada di camp pengungsian, sudah banyak korban berdatangan. Baik korban terluka maupun korban meninggal karena peperangan, Tsubaki ketakutan jika harus merawat para korban sendirian.

Walaupun sudah ada banyak relawan dan juga petugas medis yang sigap membantu, tapi untuk tidak melihat keadaan para korban yang dipenuhi darah membuat Tsubaki semakin ketakutan.

"Tsubaki! Kita butuh perban yang baru!" teriakan dari salah satu petugas medis, membuat Tsubaki tersadar dari lamunannya.

"Baik!" dengan segera Tsubaki membawakan beberapa perban baru yang dibutuhkan. "Ini perban nya..." ucapnya sambil memberikan perban itu pada petugas medis yang sedang sibuk dengan korban luka hari ini.

Tsubaki menatap sang korban yang terbaring di tangan yang beralaskan terpal. Bagian lengan dan kaki orang itu dipenuhi dengan darah segar yang bercampur dengan debu bangunan. Tsubaki segera menutup mulut dan matanya, berusaha menahan rasa takut yang muncul. Namun secara tiba-tiba, Tsubaki merasakan kalau tangannya di tarik oleh seseorang. "Tsubaki, jika kau tidak kuat, tidak usah lihat" ucap Kaela sambil menarik Tsubaki menjauh dari sana.

Tsubaki hanya mengangguk, "terima kasih, kak" balasnya.

"Sudah aku bilang jangan panggil kak. Kita ini kan hanya beda satu tahun" Kaela membawa Tsubaki ke meja dan menyuruhnya untuk duduk di kursinya. "Biar aku ambilkan minuman untuk mu" ucapnya sambil berlalu untuk mengambil air minum.

Tsubaki terdiam sejenak, memikirkan perkataan pertama yang Kaela katakan tadi. "Ya... Memang keliatan cuma beda satu tahun, aslinya aku masih lebih muda lima tahun..." gumamnya pada dirinya sendiri.

Beberapa menit Kaela pun membawakan Tsubaki air minum, walau hanya berupa air putih seadanya saja. Tapi itu sudah sangat bersyukur mengingat semua kebutuhan sulit didapatkan di sini. "Tuan Mirai!! Tuan Mirai kembali!!" teriakan dari salah satu pengungsi yang ada di sana membuat Tsubaki langsung buru-buru menemui Mirai.

Terlihat Mirai yang di penuhi luka di bagian tangan dan kepalanya, semua pengungsi buru-buru membawa Mirai ke dalam camp dan mengobati nya. "Paman! Apa yang terjadi?" tanya Tsubaki mendekat ke arah Mirai.

"Ughh... Maaf, aku kehilangannya lagi..." jawaban Mirai memang kedengaran seperti teka-teki bagi yang memang otaknya tidak sampai ke sana, tapi Tsubaki sadar apa yang sedang Mirai katakan.

Ultraman Pandora: the Shadow for the LightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang