Chapter - 01
Ruangan itu penuh dengan canda tawa dari sepasang kekasih yang tengah menikmati kebersamaan. Sepertinya layar televisi yang menyala hanya menjadi pemanis, tayangan yang ditampilkan tidak menarik minat keduanya. Obrolan mengalir ringan, mulai dari bagaimana hari-hari mereka, bagaimana kelas berlangsung, apa ada dosen hari ini berbaik hati soal tugas, bagaimana bimbingan proposal berjalan, dan bahasan-bahasan lain. Sampai pada obrolan yang menurut perempuan sangat menarik.
"Menurutmu bagaimana kalau kita menikah nanti?" Ayyara menengadahkan kepalanya yang bersandar di dada sang lelaki. Arka yang ditanya memberikan raut wajah seolah berpikir jauh. Mengolah jawaban untuk dipersembahkan kepada si gadis. Tangan kanannya terangkat menuju puncak kepala Ayyara. Menata beberapa helai rambut yang terlihat kusut kemudian mengusapkan jarinya ke sepanjang rambut Ayyara yang menjuntai panjang.
"I could be designing wedding dress for you"
Ayyara menimpali jawaban itu dengan tawa seolah jawaban Arka hanya guyonan semata.
"Kamu itu ngedesain rumah atau gedung bukan wedding dress"
Arka mengerutkan dahi tanda tidak setuju. "Aku serius. Nanti aku akan minta mama buat wujudin impian aku itu"
"Itu berarti yang buat mama bukan kamu"
"Oh iya ya"
Obrolan itu mungkin hanya sekedar lewat. Bisa saja esok hari sudah dilupakan. Tapi bagi Ayyara, gadis itu menyimpan harapan bahwa suatu hari impian pernikahan itu benar-benar terwujud dan pengantin prianya adalah Arka. Menjadi seorang putri di Keluarga Amartya membuat Ayyara tidak kekurangan apapun. Materi tidak pernah menjadi masalah. Keluarganya pun harmonis, sang ayah selalu memiliki waktu untuk keluarga kecil mereka. Impian Ayyara kelak sederhana.
Ingin memiliki keluarga kecilnya sendiri.
***
Impian sederhana Ayyara itu mulai terwujud. Tidak lama setelah lulus kuliah. Setelah Arka memperoleh pekerjaan dengan penghasilan yang cukup dan stabil, lelaki itu melamarnya meskipun usia mereka saat itu masih muda. Arka memang dapat diandalkan. Kemampuan lelaki itu tidak perlu diragukan lagi. Ayah Ayyara memang sudah sejak awal menyukai Arka. Arka tumbuh di keluarga yang sehat. Walaupun sang ayah laki-laki tidak ada sejak usia Arka 15 tahun, ibunya sudah memberskan anak-anaknya dengan sangat baik. Ayahnya dulunya seorang banker. Ibunya memiliki usaha konveksi rumahan, sementara kakak perempuannya bekerja di salah satu bank BUMN. Arka bisa dikatakan berasal dari keluarga yang berkecukupan, tapi jelas masih belum ada apa-apanya jika dibandingkan dengan keluarga Ayyara. Lapisan sosial mereka mungkin tidak setara. Hal itu tidak membuat penilaian ayah Ayyara berkurang terhadap Arka. Beliau bukan ayah kolot yang menjodohkan putrinya dengan lelaki lain yang dinilai latar belakang dan ekonominya setara dengannya -meskipun hal itu memang sempat terpikirkan. Baginya selama putrinya itu senang, itu sudah lebih dari cukup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cafuné
General Fiction(n.) running your fingers through the hair of someone you love Ayyara pernah memiliki harapan besar pada Arkavian. Laki-laki yang ia pilih untuk menjadi pasangan hidupnya. Impian sederhana Ayyara itu mulai terwujud berkat pria itu. Namun, Ayyara har...