XXIV: Buku Harian

19 2 2
                                    

Buku Harian

 

Normal POV

Keesokan malamnya mereka berempat kembali dari mengerjakan tugas essai mereka. Dalam perjalanan menuju asrama, mereka melihat air tergenang yang ternyata berasal dari toilet perempuan akibat ulah si Moaning Myrtle. “Datang untuk melempari sesuatu padaku?” Tanya si Myrtle. “Kenapa aku harus melemparimu?” Tanya balik Harry. “Jangan tanya aku. Aku di sini, sibuk sendiri dan ada yang menganggap lucu jika melempari aku buku.”jawabnya. “Tapi jika ada yang melemparmu, kau takkan terluka. Maksudku, buku itu akan menembusmu.” Kata Ron dan diangguki mereka bertiga. “Tentu saja. Lempari saja buku ke Myrtle, karena dia tak merasakannya. Nilai 10 kalau kau bisa melempari melewati perutnya dan nilai 50 kalau kau bisa melempari kepalanya.” Kata Myrtle dengan marah. “Tapi siapa yang melemparimu?” tanya Ellie. “Entahlah, aku tak melihatnya. Aku sedang duduk-duduk di toilet memikirkan kematian dan buku itu jatuh di kepalaku.” Jawab Myrtle dengan sedih sambil menunjuk buku yang ada di lantai toilet. Harry pun mengambil buku tersebut dan mereka melihat ada nama yang bertuliskan Tom Marvolo Riddle di dalamnya.

Ellie POV

Tom Marvolo Riddle? Itukan nama ayah. Jangan-jangan itu buku harian ayah. Mungkin saja ada info tentang ruangan tersebut.” Aku kaget mengetahui buku tersebut adalah milik ayah. “Tunggu aku tahu nama itu. Tapi dimana ya? Oh, saat aku dihukum malam itu, aku menggosok perak di ruang piala. Aku ingat karena aku yang menyimpan piala Tom Riddle.”jelas Ron, tentu saja karena ayahku penyihir jenius. Aku akui sesuatu dari ayahku itu membuatku bangga, mungkin itulah aku juga cukup pintar, hehe. “Piala untuk apa?” tanya Harry membuyarkan lamunanku tentang kenangan bersama ayahku. “Dia memenangkan hadiah, 50 tahun lalu.” Jawab Ron. “50 tahun lalu? Kau yakin?” tanya Hermione. “Ya, kenapa?” tanya Ron. “Kau tidak ingat apa yang dikatakan Malfoy? Ruangan itu pernah terbuka 50 tahun lalu, yang artinya Tom Riddle ada di sini saat kejadian itu terjadi. Mungkin dia menulis tentang kejadian itu, letak ruangannya dan cara membukanya, bahkan makhluk yang ada di dalamnya.” Jelas Hermione, yah aku juga penasaran apa yang tertulis di buku harian ayah. “Itu masuk akal, Hermione. Tapi ada satu masalah, buku ini kosong.” Jawab Harry, apa kosong? Itu tidak mungkin kan. Dan benar saja Harry menunjukkan isi buku ayah yang ternyata kosong. Apa-apaan ini? Apa ini tipuan yang ayah buat? Kami pun mencoba berbagai cara dengan pikiran mungkin saja buku ini sudah di mantrai. Tapi tetap saja tak membuahkan hasil. “Biar aku coba cari tahu. Mungkin bisa dengan bantuan Prof. Snape.” Kataku menawari. “Snape? Kau yakin Ellie?” tanya Hermione tak yakin dengan usulku. “Mungkin bisa dicoba Ellie. Mengingat Prof. Snape pernah melindungiku.” Harry menyetujui caraku. “Tapi tetap saja kita tidak boleh lengah dan percaya padanya.” Jelasku lagi, mereka pun akhirnya setuju setelah banyak pertimbangan. Kami pun kembali ke asrama masing-masing, dan aku membawa buku harian ayah tuk mencari tahu tentang ruangan tersebut sendiri. Aku berbohong soal Snape tadi, maaf teman-teman.

Di ruangan rekreasi Slytherin aku mencoba mencari tahu isi buku ayah. Untung saja sudah tengah malam yang berarti semua murid sudah tidur. Awalnya aku tak menemukan apa-apa, sampai aku tak sengaja menumpahkan tinta pena di buku tersebut dan yang membuatku kaget tinta itu tiba-tiba saja menghilang. Aku pun menulis kata ‘Halo’ di buku itu dan tiba-tiba muncul tulisan ‘Halo juga', akhirnya aku mengetahui caranya. Kemudian aku mencoba menanyakan tentang The Chamber of Secrets, yang dibalas dengan membawaku ke 50 tahun sebelumnya. Aku terhisap ke dalam buku itu dan muncul di kastil Hogwarts 50 tahun lalu, tepatnya saat ayahku berusia 16 tahun dan itu sudah pertemuan dengan mom sebagai siswa pertukaran. Disana aku melihat ayahku di ujung tangga, sungguh aku merindukan sosoknya itu. Ayah memang sangat tampan, wajar jika ibu jatuh cinta pada ayah. Aku tersenyum melihat sosok ayah yang masih muda, kemudian lamunanku buyar ketika melihat jenazah seorang murid perempuan. “Apakah dia siswa yang menjadi korbannya? Tapi ini ulah siapa? Jika ayah pelakunya, mengapa ayah ada di sini bersama Dumbledore dan yang lainnya. Berarti bukan ayah pelakunya, tapi itu tidak mungkin. Aku yakin ini semua perbuatan ayah.” Gumamku yang tidak terdengar oleh siapapun. Tak lama aku melihat ayah pergi dan aku mengikutinya. Dia memasuki ruangan yang ternyata ada Hagrid di dalamnya, bukan itu saja Hagrid menjaga sebuah peti yang berisi hewan peliharaannya bernama Aragog yaitu seekor laba-laba. Yang katanya penyebab meninggalnya siswa tadi. “Apa pelakunya adalah Hagrid? Itu tidak mungkin. Tapi apakah benar yang kulihat ini, jadi pelakunya adalah Hagrid?” aku masih tak percaya kalau Hagrid adalah pelakunya, tapi yang kulihat ini tidak bisa terbantahkan. Jadi itulah mengapa tongkat sihir Hagrid disita. Tapi tak lama kemudian aku tertarik keluar dari buku ayah. “Apa benar yang kulihat tadi? Atau hanya tipuan yang dibuat ayah? Aku harus mencari tahunya.” Kataku kemudian.

 
(To be Continued)

Ceritanya pendek yah??
Hehe maaf yah🙏🙏

MY LEGILIMENS(Draco X OC/Reader)Harry Potter FanfictTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang