XVI: Tahun Kedua Hogwarts

23 1 0
                                    

Tahun kedua Hogwarts

Ellie POV

Diagon Alley

Hari ini aku dan kakakku berada di Diagon Alley, yah tahun ajaran baru tak lama lagi akan berlangsung. Jadi kami berbelanja perlengkapan kami, tanpa ibu yang menemani karena dia ada urusan di kementerian sihir. Kami berpisah agar lebih cepat selesai. Dan saat ini aku sedang berada di toko buku milik Mr. Gilderoy Lockhart, dia seorang penulis yang terkenal dan banyak disukai kaum hawa. Seperti saat ini ramai pengunjung yang kebanyakan adalah perempuan dari yang muda sampai yang tua berebut untuk bisa mendapatkan tanda tangannya. Di sini juga aku bertemu keluarga Weasley dan keluarganya Granger, tak lama datang Harry yang terlihat berantakan.

Setelah menunggu lama karena celotehan si Mr. Gelderoy, kami para anak-anak memutuskan untuk keluar. Tapi baru sampai di depan pintu tiba-tiba si Malfoy menghalangi kami. “Kau senang Potter? Harry Potter yang terkenal tidak bisa masuk toko buku tanpa masuk halaman utama.” Ucapnya seraya turun dari tangga. “Jauhi dia.” Perintah Ginny Weasley, yah dia adik Ron dan sangat berani. Aku bertaruh dia akan masuk ke asrama Gryffindor, seperti saudara Weasley lainnya. “Lihat Potter, kau sudah dapat pacar.” Tapi tiba-tiba saja ada seorang pria paruh baya yang memiliki rambut yang mirip dengan Malfoy menegurnya. “Mr. Potter, aku Lucius Malfoy kita akhirnya bertemu.” Ternyata dia adalah ayahnya si Malfoy, yah mirip sekali. Kemudian dia menarik Harry untuk melihat bekas luka Harry. “Bekas lukamu melegenda, seperti penyihir yang memberikannya, tentu.” Ucapnya lagi. “Voldemort membunuh orang tuaku. Dia tidak lebih dari seorang pembunuh.” Aku mendengarnya merasa bersalah pada Harry, aku tidak tahu apa yang akan dipikirkannya setelah mengetahui bahwa ayahku adalah Voldemort yang sudah membunuh orang tuanya. “Kau berani sekali menyebut namanya. Atau bodoh sekali.” Ucap Lucius. “Takut pada namanya hanya akan semakin membuat takut orangnya.” Ucapku membalas perkataannya. “Dan kau pasti Ms. Abe.” Tanya Lucius sambil menoleh ke arah anaknya, dan kulihat si Malfoy mengangguk. “Yah mengetahui silsilah keluarga yang mengalir di darahmu, wajar kau masuk asrama Slytherin.” Perkataannya membuatku kaget. “Anda mengetahui soal keluargaku?” Tanyaku padanya. “Tentu saja. Oh, apakah perlu kukatakan bahwa itu adalah rahasia?” bisiknya ditelingaku lalu tersenyum yang membuatku gelisah. “Father, dia seorang Muggle.” Malfoy menginterupsi. “Hati-hati Draco, jangan membuat masalah dengannya.” Ucap Lucius mengingatkan yang membuat si Malfoy bingung. “Oh lihatlah kalian. Kau pasti Ms. Granger. Anakku pernah menceritakan tentangmu dan orang tuamu, Muggle kan?” dia meremehkan Hermione, liat saja kau setelah mengetahui bahwa dia lebih pintar daripada anakmu. “Dan lihatlah, rambut merah tanpa ekspresi dan buku bekas yang kumal, kalian pasti keluarga Weasley.” Katanya lagi.

“Di sini kacau sekali. Ayo keluar.” Tiba-tiba Arthur, ayah Ron datang menginterupsi kami. “Ah Weasley senior.” Kata Lucius. “Lucius.” Balas Arthur. “Sibuk di departemen Arthur? Dengan semua penyergapan itu? Semoga saja mereka membayar uang lemburmu. Tapi melihat ini semua, rasanya tidak. Apa gunanya membuat malu para penyihir kalau kau tidak dibayar tinggi.” Keluarga Malfoy memang suka sekali memandang rendah orang lain, tidak ayah tidak anaknya, sama saja. “Kita punya pandangan berbeda tentang rasa malu, Malfoy.” Balas Arthur dengan tenang. “Jelas. Berteman dengan Muggle. Kupikir keluargamu tidak bisa lebih rendah lagi derajatnya.” Ucap ayah Malfoy yang sungguh membuatku ingin memukulnya. “Sampai jumpa di kantor.” Ucapnya seraya pergi meninggalkan kami. “Sampai jumpa di sekolah.” Susul si Malfoy kemudian menoleh dan tersenyum padaku lalu meninggalkan kami, sumpah aku merinding melihatnya. Tapi kemudian aku menyusul mereka setelah mengingat sesuatu. “Tunggu Mr. Malfoy.” Teriakku menghentikan mereka lalu berbalik tuk melihatku. “Maaf tapi aku ingin bertanya. Dari mana anda tahu hal itu rahasia kalau anda-” belum selesai aku bertanya dia menyela. “Aku bukan dari departemen misteri jika kau ingin tahu.” Hal itu membuatku bingung, kalau bukan dari departemen tersebut bagaimana dia bisa tahu soal keluargaku?

MY LEGILIMENS(Draco X OC/Reader)Harry Potter FanfictTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang