XXV: Korban Lagi

9 2 0
                                    

Korban Lagi

 

Ellie POV

Esok paginya aku menceritakan semuanya pada trio golden isi buku tersebut. “Tidak mungkin Hagrid pelakunya, itu tidak mungkin.” Kata Hermione tak percaya, dan aku juga setuju. “Kita bahkan tidak kenal Tom Riddle, bagiku dia seperti pengadu licik.” Sambung Ron. Yah aku tahu Ron ayahku seperti itu, tapi aku juga tak terima seseorang mengatai ayahku. Tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa karena tak mau mereka tahu siapa ayahku, jadi aku hanya diam saja. “Tapi monster itu membunuh orang Ron. Apa yang harus kita lakukan?” tanyaku karena aku yang melihatnya sendiri. “Dengar, Hagrid adalah teman kita. Kenapa kita tak tanya langsung padanya?” kata Harry mengusulkan. Yah itu lebih baik menurutku. Sedang asik membicarakan Hagrid, tiba-tiba orangnya datang. Wah, panjang umur. Hagrid membawa bahan untuk membuat ramuan mandrake yang akan diberikan kepada korban yang membeku.

Setelah Hagrid pergi munculah Astoria, adik Daphne datang menghampiriku. “Ellie aku tak tahu siapa pelakunya, tapi kau harus melihatnya.” Membuat kami saling pandang bingung. Akhirnya aku pamit meninggalkan trio golden dan pergi bersama Astoria. Dia membawaku ke kamar kami yang ternyata sangat berantakan, mungkin hanya tempat tidur dan barang-barangku yang berantakan. “Aku baru sampai dan kamar kita berantakan seperti ini. Pasti ulah anak Slytherin, karena tidak ada yang tahu password asrama kita.” Kecuali Harry dan Ron sih, tapi mereka bersamaku dari tadi. Yah, Astoria adik tingkatku dan sekamar denganku sejak masuk asrama Slytherin. Awalnya aku tidak mengharapkan dekat dengannya mengingat dia adiknya Daphne, teman si Pansy sekaligus anteknya Draco. Tapi ternyata dia mengenalkan dirinya terlebih dahulu dan mengajakku menjadi teman sekaligus kakaknya, dia sangat baik dan ramah. Tapi tak sedekat seperti kedekatanku dengan trio golden. Mungkin seperti teman sekamar, tapi kadang kami belajar bersama di perpustakaan, sekali-kali dengan trio golden. Astoria mengatakan sebenarnya kakaknya tidak jahat, hanya karena Pansy lah teman dia satu-satunya sedari kecil dan Pansy juga yang mengenalkannya dengan si Draco dan antek-anteknya, dan juga kakaknya ternyata sedikit pemalu sehingga hanya bergantung pada si Pansy. Pantas saja terkadang dia diam-diam sering memujiku dan tak pernah ikut menggangguku, contoh saja tahun lalu dia memuji gambarku. Oke, lupakan itu. Sekarang aku dalam masalah karena ternyata buku harian ayahku menghilang. Apakah benar yang dikatakan Ron, kemungkinan ada yang sengaja menjebak agar  kami mengira Hagrid lah pelakunya.

Besoknya aku dan Astoria baru kembali dari perpustakaan, kami meluangkan waktu libur kami mengerjakan tugas essay sekaligus belajar. Dalam perjalanan kembali ke asrama, kami menemukan Hermione dilantai dalam keadaan membatu dengan memegang sebuah cermin. Kupikir dia melihat monster tersebut melalui cermin hingga membatu. Seketika kami panik dan berteriak minta tolong, untung saja kakakku Leo dan Cedric lewat dan membantu membawa Hermione ke rumah sakit sekolah. Di dalam aku menunggu Hermione ditangani, sedangkan Astoria sudah kembali ke asrama. Leo dan Cedric, aku menyuruh mereka memberitahukan Harry dan Ron tentang Hermione, yang kebetulan pertandingan Quidditch juga dibatalkan entah kenapa. Saat keduanya datang, aku menceritakan apa yang terjadi sejak aku menemukan Hermione dalam keadaan membatu, tak ketinggalan soal cermin yang dia pegang. Tak lama Prof. McGonagall datang dan menyuruh kami tuk kembali ke asrama.

Sesampainya di asrama kulihat semua murid sudah berkumpul di ruang rekreasi. “Ada apa ini? Apa terjadi sesuatu?” Tak lama Prof. Snape muncul dari belakangku membuat aku menghindar dari pintu dan berdiri tak jauh darinya. “Karena kejadian belakangan ini, aturan baru telah diberlakukan. Setiap siswa harus kembali ke asrama jam 06.00 tiap malam. Setiap siswa harus didampingi guru ke setiap pelajaran. Tanpa kecuali, dan satu lagi. Jika pelakunya tak segera tertangkap, sepertinya sekolah ini harus ditutup.” Perkataan Prof. Snape membuat kami semua diam dan bingung. “Dan jika sekolah harus ditutup, apakah artinya...” kataku tak selesai. “Maka Hogwarts akan tertutup selamanya, Ms. Abe. Kemungkinan kalian tidak akan belajar sihir, kalau pun masih ingin belajar kalian harus pindah ke sekolah sihir lain.” Jawab Snape. Aku tak masalah soal pindah sekolah, tapi ini ada hubungannya dengan kebangkitan ayah. Jadi aku tak bisa membiarkannya begitu saja, malam ini aku harus bertanya pada Hagrid.

(To be Continued)

Maaf guys aku gk upload sesuai jadwal kemarin🙏🙏
Soalnya aku mau pindahan rumah, dan kemarin tuh aku sibuk liat perkembangan prbaikan rumah yg akan ku tinggal. Jd gk ada wktu buat upload.
Tpi tenang aj, hari ini aku post 2 chapter skaligus. Moga trbayar yah
:D

MY LEGILIMENS(Draco X OC/Reader)Harry Potter FanfictTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang