Myrtle Merana
Ellie POV
Setelah berhasil lolos dari kejaran peliharan Hagrid, kami bertiga kembali ke asrama dengan jubah ajaib milik Harry agar tak ketahuan keluyuran malam-malam oleh Mr. Filch. Kami pun terlebih dahulu pergi ke asrama Slytherin karena cuma aku sendiri yang berasal dari asrama tersebut. Sesampainya diruang rekreasi setelah berpamitan dengan Harry dan Ron, aku segera saja naik ke kamar perempuan. "Sepertinya seru keluyuran malam-malam bersama para anak Gryffindor." Tiba-tiba saja sebuah suara mengagetkanku yang baru saja menaiki satu anak tangga. Aku pun menoleh hanya untuk mendapati si pirang Malfoy tiduran di sofa depan perapian. Aku hanya memutar bola mataku jengah. "Kenapa dia masih terjaga jam segini?" Karena tak mau berurusan lebih lanjut dan juga karena aku lelah, aku pun melanjutkan menaiki tangga menuju kamarku untuk istirahat tanpa memperdulikannya. "Bagaimana jika aku melaporkannya ke Snape? Pasti lebih seru lagi." Perkataannya sekali lagi membuatku berhenti di tengah tangga. "Apa maumu Malfoy?" balasku berbalik arah kepadanya. "Kenapa kau suka sekali berkumpul dengan para Gryffindor?" tanyanya seraya bangkit dari sofa. "Memangnya kenapa? Apa ada aturan di sekolah ini yang melarang berteman dengan asrama lain? Setauku tidak ada." Sungguh apa maunya bocah ini. "Tentu saja itu penghinaan bagi Slytherin. Asrama yang berisi darah murni tapi berteman dengan para Mud-blood, belum lagi mereka selalu mendatangkan banyak masalah. Asrama kita bisa ikut kena masalah." Jelasnya lagi. "Apa aku tak salah dengar? Bukankah hanya aku yang telah merusak citra asrama kita karena status darahku? Dan kau juga tidak suka kan aku berada di sekitarmu? Jadi kenapa kau seperti keberatan jika aku berteman dengan sesama Mud-blood? Dan tak usah mempermasalahkan Slytherin, aku tak akan membuat asrama kita kekurangan poin." Sungguh apa urusan pertemananku dengannya, dia kan tak menyukaiku. Selama aku tak mengurangi poin asrama jadi tak masalah. "Tentu saja yang kupermasalahkan adalah kau. Dan aku tak mau kau kena masalah yang di sebabkan oleh mereka." Perkataan Malfoy berhasil membuatku kaget. Apa maksudnya dia mengkhawatirkanku? Itu tidak mungkin kan. Tapi melihat dia yang juga kelihatan kaget dengan perkataannya sendiri sampai memalingkan wajahnya membuatku jadi salting. Aku mencoba bersikap normal. "Aku tak mengerti apa maksudmu. Tapi masalah Harry adalah masalahku juga, kau tak ada hubungannya dengan ini." Kataku dengan tegas dan melanjutkan kembali ke kamarku meninggalkannya.
Di kamar aku langsung merebahkan diriku di kasur dan kulihat Astoria sudah berada di alam mimpinya. Sungguh aku masih memikirkan perkataan si Malfoy. "Tak mungkin dia mengkhawatirkanku. Dan kenapa juga dia harus khawatir padaku, kita tak berteman sama sekali." Gumamku yang masih tak mengerti dengannya. Aku bangun dan menuju meja belajarku dan melihat selembar kertas yang membuatku tersadar akan sesuatu. "Oh iya. Aku baru ingat, ini kertas yang kudapatkan di tangan Hermione saat kutemukan dia membatu." Aku pun membuka kertas tersebut dan mengetahui bahwa kertas itu adalah sobekan dari sebuah buku. Isi kertas itu adalah info dari monster bernama Basilisk, monster yang bisa membunuh dengan hanya menatap matanya saja. Jika memang ini adalah monster yang selama ini dimaksud, kenapa para siswa tidak mati melainkan membatu? "Benar juga. Kita tidak akan mati terbunuh kalau tak menatapnya secara langsung. Sepertinya mereka hanya menatap matanya melalui pantulan dari cermin atau kaca." Akhirnya aku mendapat jawabannya. Dan juga kenapa Harry bisa mendengar suara aneh tersebut karena monster itu seekor ular, aku dan Harry adalah parseltongue jadi kami berdua yang bisa mendengarnya.
Keesokan paginya aku, Harry, dan Ron sarapan di meja Gryffindor dengan sedikit menjauh dari anak-anak agar bisa menjelaskan semuanya pada Harry dan Ron. "Tapi bagaimana bisa Basilisk berkeliaran? Ular besar dan jahat pasti mudah terlihat." Tanya Ron, aku pun menunjukan kertas yang kudapat dari Hermione. "Hermione sudah menjawabnya." Kataku. "Pipa? Dia memakai saluran pipa." Kata Ron. "Ingat waktu Aragog cerita tentang gadis yang terbunuh 50 tahun lalu? Dia tewas di kamar mandi. Bagaimana jika dia tak pernah pergi?" kataku mengingatkan mereka. "Moaning Myrtle." Kata mereka berdua. Malamnya kami berencana pergi menemui Myrtle, tapi di belokan koridor kami melihat para guru berkumpul karena mendapati sebuah pesan di dinding. Mereka mengatakan bahwa seorang siswi sudah dibawa oleh Basilisk sehingga terancam Hogwarts di tutup dan para murid dipulangkan. Dan siswi tersebut adalah Ginny Weasley, adiknya Ron. Aku bisa melihat Ron yang khawatir pada Ginny, takut terjadi apa-apa. Akhirnya kami memutuskan untuk menyusul Mr. Gilderoy karena kabarnya dia sudah mengetahui ruangan rahasia tersebut.
Sesampainya di kantornya kami terkejut melihat Mr. Gilderoy mengemas barangnya. "Anda ingin pergi?" tanya Harry. "Ya. Panggilan mendesak, tak bisa dihindari. Jadi aku harus pergi." Jawabnya. "Bagaimana dengan adikku?" tanya Ron yang khawatir. "Untuk itu sayang sekali, aku yang paling menyesal." Jawabnya lagi sambil mengemas barangnya. "Anda guru Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam. Anda tak bisa pergi sekarang." Aku mencoba menghentikannya. "Waktu kuterima pekerjaan ini, tak ada yang menjabarkan..." belum selesai Harry menyela perkataannya. "Anda akan pergi? Setelah semua tulisanmu di buku?" Harry menghentikan langkah Mr. Gilderoy yang berusaha pergi. "Buku bisa menyesatkan." Jawabnya. "Anda yang menulisnya sendiri." Balas harry. "Pakai akal sehatmu anak muda. Bukuku tak mungkin laris kalau mereka pikir bukan aku tokohnya." Pengakuannya membuatku marah. "Anda penipu. Kau menerima pujian untuk perbuatan penyihir lain. Adakah yang bisa anda lakukan?" Tanyaku, aku sungguh kecewa. Walau aku tak menyukainya seperti Hermione. Tapi aku sangat mencintai seni dan karya termasuk buku, dan buku-bukunya adalah salah satu yang membuatku menghargainya. "Ya. Karena kau menyebutkannya, aku punya jimat memori. Lagi pula semua penyihir itu pasti sudah mengoceh. Aku tak bisa menjual buku-bukuku lagi. Jadi aku terpaksa melakukan hal yang sama pada kalian." Katanya sambil mengambil tongkat sihirnya. Tapi kami menyadari hal itu lalu mengeluarkan tongkat sihir kami dan mengarahkan kepadanya. "Jangan coba-coba." Kataku, yah 3 lawan 1 dia tak bisa berkutik.
Kami bertiga bersama Mr. Gilderoy dengan masih mengarahkan tongkat kami ke arahnya. Dan pergi ke toilet perempuan guna bertemu dengan si Myrtle. "Siapa itu? Oh, halo Harry. Apa yang kau inginkan?" tanya Myrtle pada Harry. "Bertanya bagaimana kau bisa meninggal." Tanya Harry. "Mengerikan sekali. Itu terjadi di sini, di bilik yang ini. Aku sembunyi karena Olive Hornby mengejek kacamata ku. Aku sedang menangis waktu kudengar seseorang masuk." Jelasnya. "Siapa orang itu Myrtle?" tanyaku. "Aku tak tahu, aku sedang bingung. Tapi mereka berbicara lucu, semacam bahasa aneh. Aku sadar itu suara laki-laki, jadi kubuka pintu untuk mengusirnya dan aku mati." Dia menjelaskan dengan emosi. "Begitu saja? Bagaimana bisa?" tanyaku lagi. "Aku hanya ingat melihat sepasang mata besar dan kuning di balik keran itu." Katanya sambil menunjuk keran di sebelah kami. Harry pun melihat keran tersebut dan ternyata ada gambar ular di keran tersebut. "Kurasa inilah pintu masuk ke ruang rahasia." Katanya. "Katakan sesuatu Harry. Katakan sesuatu dalam bahasa parseltongue." Perintah Ron pada Harry, dan Harry mencoba berbahasa parseltongue. Tapi sayangnya tak terjadi apa-apa. "Tidak bekerja." Kata Harry. Tentu saja, walau Harry bisa menggunakan bahasa tersebut, dia bukanlah keturunan langsung dari Salazar Slytherin. Dia mendapatkan kemampuan itu berkat luka dikepalanya dari ayahku. "Biar kucoba." Kataku yang langsung membuat mereka bertiga bingung. "Apa? Kau bercanda ya Ellie? Kau kan tidak bisa menggunakan bahasa parseltongue." Kata Ron kaget mendengar perkataanku. Tapi aku tak memperdulikannya dan maju ke depan keran. Aku langsung mencoba membuka keran tersebut menggunakan bahasa parseltongue, dan benar saja keran tersebut terbuka memperlihatkan sebuah lubang di dalamnya. Itu tandanya hanya keturunan Slytherin lah yang bisa membukanya. Sontak saja hal itu membuat mereka semua kaget dan bertanya-tanya kepadaku. "Ellie, kau bisa berbahasa parseltongue? Tapi, bagaimana bisa?" tanya Harry bingung. "Ya Harry, aku bisa berbahasa parseltongue. Tapi aku minta maaf, aku tidak bisa menjelaskan bagaimana dan dari mana aku mendapatkan kemampuan ini." Jawabku sambil menatap Harry dengan menyesal. Yah aku menyesal harus menyembunyikan identitas ku padanya. Cukup lama mereka bingung dengan diriku, tapi kami mencoba melupakannya sejenak karena prioritas kami sekarang adalah Ginny. Kami pun memasuki lubang tersebut dengan Mr. Gilderoy yang terlebih dahulu masuk. Itu pun dengan ancaman kami.
(To be Continued)
Maaf yah guys aku lupa infoin dr awal. Mngkin klian bertnya" "Loh Harry kn ada keturunan dr Salazar?"
Nah di sini aku sngaja ubah demi klangsungan critaku. Jd ortu Harry aku ubah jd keturunan Muggle biasa, dan kluarga Potter tuh jg Muggle biasa bukan dr keturunan penyihir. Jd cuma James dan Harry sbagai keturunan Potter yg memiliki kemampuan sihir, jd itulah alasan keluarga dr pihak James Potter dan Lily Potter tuh gk ad yg mau mengasuh Harry, apalg mereka sudah berhubungan dgn Voldemort yg kebangkitannya bs sja mengancam dunia Muggle.
Jd mohon maaf yah ad perubahan crita🙏🙏😁
KAMU SEDANG MEMBACA
MY LEGILIMENS(Draco X OC/Reader)Harry Potter Fanfict
RandomMY LEGILIMENS Ellie mengharuskan dirinya berada di situasi permasalahan dunia sihir yang disebabkan oleh Lord Voldemort. Di tengah situasi tersebut dia juga terjebak dengan 3 lelaki yang juga penting bagi hidupnya, yaitu Draco, Harry, & Leo. Bagi El...