XIII. DIALISIS

20 1 0
                                        

Welcome to Chasing Shadows
Jangan lupa tinggalkan jejak, sekalian tandain kalau ada yang typo.
Mohon kerjasamanya.

***

HAPPY READING

***

Arveno menatap lekat ke arah sepupunya yang duduk bersandar di sebuah kursi di samping tempat tidurnya, dengan kedua tangannya disilangkan di dada.

Dari ekspresi matanya, terlihat jelas bahwa sepupunya sedang kesal dan marah padanya. Arveno bisa merasakan gelombang kekecewaan yang terpancar dari tatapan tajam sepupunya tersebut.

"Gue ngerepotin banget, ya, Lan?" tanya Arveno.

Alanda, sepupu Arveno, memutar matanya dengan malas mendengar pertanyaan Arveno.

"Menurut lo?" tanyanya dengan nada sinis.

Arveno hanya bisa tersenyum tipis mendengar tanggapan Alanda. Dia mencoba meminta maaf, "Sorry, Lan. Gue ga bermaksu-"

"Lo ngerepotin kalau nunda-nunda jadwal kayak gini," namun, sebelum Arveno bisa menyelesaikan kalimatnya, Alanda sudah memotongnya.

"Lo ga boleh nganggep remeh penyakit lo, Ven. Lo ga bisa seenaknya nunda-nunda jadwal kayak gitu," kata Alanda dengan nada kesal dan frustrasi, menunjukkan betapa seriusnya situasi yang dihadapi Arveno.

"Lo nyuruh-nyuruh orang buat nge-utamain kesehatan, tapi lo sendiri? Lo malah ga peduli sama kesehatan lo," lanjut Alanda, mencoba menyadarkan Arveno tentang pentingnya menjaga kesehatan.

Arveno hanya bisa diam, ia tidak bisa menyangkal apa yang baru saja dikatakan Alanda.

"Gue tau, tap-"

"Lo ga tau. Kalau lo tau, lo ga akan kayak gini, ga akan nunda-nunda jadwal buat cuci darah, ga akan ngelakuin hal-hal berat, ga akan mikirin hal yang ga penting," Alanda kembali memotong kata-kata Arveno, suaranya penuh dengan kekesalan dan frustrasi.

Alanda sangat berharap Arveno bisa lebih bertanggung jawab dan serius dalam menghadapi penyakitnya.

"Kalau lo emang mau mati cepet, kasih tau gue. Gue ada tali di rumah."

Setelah mengucapkan kalimat tersebut, Alanda melangkahkan kakinya keluar, meninggalkan Arveno yang masih mencerna kata-katanya.

Detik selanjutnya, Arveno tersenyum tipis. "Gue juga ada," katanya.

***

Luka berjalan menyusuri lorong-lorong supermarket dengan keranjang belanja di tangannya. Rak-rak penuh dengan berbagai jenis makanan ringan mengelilinginya, menawarkan berbagai pilihan rasa dan tekstur.

Sesekali, dia akan mengambil satu paket, membacanya dengan teliti, lalu memasukkannya ke dalam keranjang belanja atau meletakkannya kembali di rak. Dia terus bergerak dari satu rak ke rak lainnya, mencari makanan ringan favoritnya atau mungkin mencoba mencari makanan ringan baru yang menarik untuk dicoba.

Perhatian Luka teralihkan ke makanan ringan favoritnya saat masih kecil. Letaknya di rak paling atas, membuatnya harus berusaha keras untuk mencapainya. Luka mencoba meraihnya, namun tingginya rak membuatnya kesulitan.

"Ck, siapa sih yang bikin raknya setinggi ini? Dikira orang pada tinggi semua apa?" keluh Luka dengan nada kesal.

Sedikit lagi, jari-jari kecil Luka hampir saja mencapai makanan ringan tersebut. Namun, sebelum Luka berhasil meraihnya, tiba-tiba seseorang yang berdiri tepat di belakangnya mengambil makanan ringan itu lebih dulu.

CHASING SHADOWS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang