Welcome to Chasing Shadows
Jangan lupa tinggalkan jejak, sekalian tandain kalau ada yang typo.
Mohon kerjasamanya.***
HAPPY READING
***
Leon melajukan mobilnya dengan pelan, menghindari risiko kecelakaan karena kepalanya masih berdenyut akibat minuman alkohol. Dari dalam mobil, Leon bisa melihat mobil Arveno mengikutinya dari belakang, dengan kecepatan yang sama. Arveno seakan-akan menjaga jarak aman, namun tetap berada dalam jangkauan pandangan Leon.
"Sshh," Leon berdesis saat kepalanya semakin sakit dan penglihatannya mulai buram. Leon menghentikan mobilnya perlahan, menyandarkan kepalanya.
Matanya tertuju pada kaca spion tengah, melihat mobil Arveno yang masih melaju mendekatinya. Namun, tepat di saat itu, tubuh Leon membeku. Jantungnya berdetak cepat, sakit di kepalanya langsung hilang seketika, mobil Arveno tertabrak oleh truk yang melaju dari arah samping kirinya.
Tubuh Leon terasa lemas, tangannya bergetar. Dengan panik, ia menurunkan kaca mobilnya dan menengok ke belakang. Mobil Arveno terbalik akibat tabrakan itu, percikan api kecil terlihat dari dalam mobil.
Seketika, kesadarannya kembali. Leon langsung berlari menuju mobil Arveno, namun belum sampai di dekat mobil, mobil Arveno meledak.
Leon terduduk di tempatnya, menatap kosong ke arah mobil Arveno yang terbakar. Api semakin membesar, menjilati sisa-sisa mobil itu. Air mata mengalir tanpa suara dari matanya. Beberapa orang berdatangan, salah satu di antaranya terlihat menghubungi bantuan.
"Hey, are you okay?" tanya salah seorang pemuda, menyentuh pundak Leon dengan lembut. Leon mencoba membuka mulutnya, seakan-akan ingin mengatakan sesuatu. Pemuda itu berjongkok di depan Leon, mendekatkan telinganya untuk mendengarkan. Namun, sebelum Leon bisa berbicara, tubuhnya lemas dan ia terjatuh pingsan di samping pemuda itu.
***
Perlahan, Leon membuka matanya. Pemandangan pertama yang ia lihat adalah langit-langit kamarnya sendiri. Leon kemudian duduk, mengumpulkan nyawanya sejenak. Matanya bergulir ke arah jam di meja kecil di samping tempat tidurnya. Jam menunjukkan pukul 05.20 WIB.
Klik...
Pintu kamar Leon terbuka, memperlihatkan Arka, ayahnya, yang tersenyum lembut. "Sekolah?" tanya Arka.
Leon hanya menatap kosong ke arah ayahnya. Ia masih terdiam, terjebak dalam lamunan. Arka kembali tersenyum, maklum dengan kondisi Leon. "Masih mau libur, ya? Gapapa kalau masih mau libur," ucapnya.
Leon beranjak dari tempat tidurnya dan menuju kamar mandi. Arka menatap siluet putranya yang masih tampak murung. Sudah hampir seminggu lamanya Leon seperti ini. Tak ingin mengganggu, Arka memilih untuk menunggu di kamar Leon, berharap putranya segera kembali.
Hanya butuh beberapa menit, Leon keluar dari kamar mandi dengan handuk yang menutupi setengah tubuhnya. Tatapan kesalnya tertuju ke arah Arka yang masih duduk di ranjangnya. Namun, Leon memilih untuk mengabaikan, ia langsung membuka lemari pakaian dan mengambil satu set seragam sekolah. Ya, Leon memutuskan untuk kembali bersekolah. Sudah satu minggu ia membolos karena kejadian itu.
Arka yang melihat Leon mengambil seragamnya tersenyum. Ia kemudian berdiri dan beranjak keluar dari kamar Leon.
Namun, ia terhenti saat mendengar suara Leon.
"Nanti anterin Leon ke sekolah."
Arka hanya tersenyum, tak menjawab permintaan Leon. Ia langsung menutup kembali pintu kamar putranya.
Leon menghela napas pelan, tatapannya tertuju pada pantulan dirinya yang mengenakan seragam sekolah di cermin besar. Ia menatap lamat dirinya sendiri, merenung dalam diam. Tiba-tiba, notifikasi dari ponselnya berbunyi, mengalihkan atensinya.
Sebuah pesan dari nomor tak dikenal muncul di layar ponselnya. Awalnya, Leon ingin mengabaikannya. Namun, rasa penasaran menggerogoti pikirannya saat membaca isi pesan tersebut.
+628***
Udah baikan?Tak ada yang salah dari isi pesan itu, hanya saja Leon penasaran siapa yang mengirimkannya. Pesan itu menanyakan keadaannya, seolah-olah si pengirim tahu bahwa Leon tidak baik-baik saja.
+628***
Udah baikan??
Balasan dari Leon langsung terbaca. Beberapa detik kemudian, ia mendapatkan balasan. Balasan itu membuatnya langsung memblokir nomor tersebut. Ponselnya dilempar ke atas ranjang, dan ia segera keluar dari kamar. Hatinya semakin suram saat mengetahui siapa pengirim pesan itu.
+628***
Udah baikan??
+628***
AlinaSedangkan di sisi lain, Alina menghela napas kasar. Ia menghubungi Leon melalui nomor ayahnya setelah 3 nomor miliknya diblokir Leon.
"Kenapa, sih?! Di kira yang sakit lo doang?!" ucap Alina kesal. Ia berusaha menghubungi Leon untuk memastikan anak itu baik-baik saja. Mengingat seberapa pedulinya Arveno pada Leon, ia merasa sedikit khawatir.
***
Ini draf udah berdebu, rencananya mau di tambahin lagi, tapi bingung nambahin apa. Jadi segini dulu aja, yaa.
SEE YOU NEXT PART, JANGAN LUPA VOTE AND COMMENT

KAMU SEDANG MEMBACA
CHASING SHADOWS
Random"Ayo pulang," "Pulang aja sendiri," *** "Kalau kata 'pulang' yang lo bilang itu, ini. Gue bakal ikut, gue ga akan biarin lo pulang sendiri," ...