XX.

13 2 0
                                    

Welcome to Chasing Shadows
Jangan lupa tinggalkan jejak, sekalian tandain kalau ada yang typo.
Mohon kerjasamanya.

***

HAPPY READING

***

Ini sudah hari ketiga sejak ayahnya datang ke sekolah. Sejak itu, Leon jarang melihat ayahnya di rumah. Bukan karena ayahnya tidak pulang, tapi karena ayahnya pergi saat Leon masih tidur dan pulang saat Leon sudah tidur. Hari ini adalah hari Minggu, hari libur ayahnya dari pekerjaan.

Leon melihat penampilannya di cermin di kamarnya. Dengan pakaian santai yang ia kenakan, Leon merapikan sedikit rambutnya dengan tangan, lalu memberikan senyum kecil sebagai tanda kepuasan dengan penampilannya yang sederhana.

Leon turun ke bawah menuju ruang makan. Namun, saat ia sampai di sana, ia tidak melihat ayahnya. Yang ada hanya ibunya yang sedang menyajikan nasi goreng ke dalam sebuah piring.

Sang ibu tersenyum melihat kedatangan anaknya dan mengisyaratkan Leon untuk segera duduk.

"Ayah mana, Bun? Belum turun?" tanya Leon yang tidak melihat kehadiran ayahnya.

"Ayah udah pergi ke kantor," jawab ibu Leon.

"Loh? Sekarang 'kan Minggu Bun," tanya Leon heran, mengingat seharusnya ayahnya tidak bekerja pada hari ini.

"Iya, katanya ada problem sedikit di kantor, jadi ayah harus ke sana buat ngatasinnya," jelas ibu Leon.

"Ini makan, Bunda cuman bisa bikin nasi goreng, ga sempat bikin yang lain, lagi buru-buru," ujar ibu Leon sambil beranjak dari situ tanpa menunggu respons dari Leon.

Leon menatap nasi goreng buatan ibunya dengan tatapan kosong. Ia memejamkan matanya sejenak, lalu mulai memakan sarapannya.

Leon memang jarang sarapan bersama ayah dan ibunya, namun biasanya di hari Minggu mereka akan sarapan bersama, entah itu dengan ibunya atau kadang-kadang dengan ayahnya.

Leon menyelesaikan sarapannya tanpa minat. Ia melangkah menuju kamar, ingin keluar, tapi masih terlalu pagi untuk melakukannya. Akhirnya, Leon memilih untuk memainkan ponselnya hingga tertidur.

***


Gabriel duduk di sofa panjang, dengan tatapan yang gelisah dan jari-jemarinya yang terus-terusan terjalin satu sama lain. Wajahnya mencerminkan kekhawatiran dan kegelisahan yang mendalam. Pikirannya melayang ke berbagai masalah yang menghantuinya.

"Maaf, Nak Gabriel, Nak Luka bilang dia sedang tidak ingin diganggu," ucap seorang ART yang bekerja di rumah Luka.

Gabriel menghela napas panjang, tidak tahu sudah berapa hari Luka menghindarinya.

"Yaudah, Bi, terima kasih. Maaf mengganggu pekerjaannya, saya pamit dulu," ucap Gabriel dengan sopan.

"Iya, sama-sama," jawab ART tersebut.

Gabriel melangkahkan kakinya keluar dari rumah Luka, ia menghela napasnya, lagi.

Gabriel melajukan motornya menuju tempat tongkrongannya bersama teman-temannya. Setelah sampai di sana, ia langsung bersandar di sebuah sofa yang sedikit kusam.

"Kusut amat, Bro," sapa Vano saat melihat wajah Gabriel yang tidak enak dilihat, ditambah dengan umpatan-umpatan kecil yang juga keluar dari mulutnya.

"Sini, gue setrika," sahut Saka menimpali ucapan Vano.

Mereka berdua duduk mendekat ke Gabriel, yang sekarang malah memejamkan matanya.

Beberapa saat kemudian, Gabriel memperbaiki posisi duduknya dengan menumpukkan kedua siku tangannya di atas lutut. "Lan," panggil Gabriel pada Alanda, yang dijawab dengan deheman oleh pemilik nama.

CHASING SHADOWS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang