XXI.

14 1 0
                                    

Welcome to Chasing Shadows
Jangan lupa tinggalkan jejak, sekalian tandain kalau ada yang typo.
Mohon kerjasamanya.

***

HAPPY READING

***


Arveno dan Alanda duduk bersampingan di ruang dokter, dengan dokter duduk di depan mereka. Mereka sedang dalam pembicaraan tentang upaya rumah sakit untuk mencari pendonor ginjal yang cocok dengan Arveno. Meskipun telah dilakukan berbagai upaya, mereka belum berhasil menemukan pendonor yang tepat.

Arveno mendengarkan dengan penuh perhatian, wajahnya mencerminkan perasaan campur aduk antara kekhawatiran dan harapan. Meskipun situasinya sulit, Arveno tidak merasa marah atau menyalahkan pihak rumah sakit. Dia menghargai upaya yang telah dilakukan oleh tim medis dalam mencarikan solusi untuk kondisinya.

Sementara itu, Alanda hanya duduk diam, memperhatikan pembicaraan mereka. Wajahnya terlihat tenang, tetapi pikirannya sedang kacau.

Kondisi Arveno hampir mencapai tahap akhir di mana jika dia telah  mendapatkan pendonor yang cocok, mungkin sudah terlambat karena kondisinya yang tidak memungkinkan untuk melakukan transplantasi ginjal.

Saat ini, Alanda dan Arveno sudah berada di dalam mobil. Mereka akan segera pulang ke rumah karena waktu sudah hampir menunjukkan angka 10 malam.

"Ven," panggil Alanda dengan suara lirih, ia benar-benar khawatir dengan kondisi Arveno.

Arveno yang mengerti, hanya bisa tersenyum dan mengatakan, "Gue gapapa."

Alanda menatap Arveno dengan pandangan serius, lalu kembali menatap lurus ke depan. "Dia pasti mau bantu kalau gue kasih tau," ucapnya pelan.

Arveno hanya mendengarkan Alanda, ia sedikit bingung dengan 'Dia' yang dimaksud oleh Alanda.

"Dia ga sejahat itu,"

"Dia pasti mau, lo harus percaya sama gue,"

"Walaupun dia ga suka sama lo,"

"Gue emang ga terlalu kenal sama dia, tapi gue tau,"

"Gue tau dia ga bakal diem aja kalau tau kondisi lo yang sebenernya,"

"Dia bakal lakuin apapun buat bantuin lo walaupun nyawanya yang jadi taruhan,"

"Iya, dia bakal lakuin apapun buat orang yang udah nyelamatin hidupnya,"

Alanda menoleh ke samping, melihat Arveno yang fokus menatap keluar jendela. Tidak jelas apakah Arveno mendengarkan atau tidak. Alanda menghela napasnya pelan, mencoba mengatur ekspresinya agar tetap tenang sebisa mungkin.

Huft.. Arveno yang sakit, Alanda yang pusing.

Alanda menghentikan mobilnya tepat di depan rumah Arveno. Mereka menatap rumah tersebut sejenak.

"Nyokap bokap lo udah pulang?" tanya Alanda.

Arveno mengangguk, "Iya, tadi mereka chat bilang udah nyampe rumah," jawab Arveno.

"Lo bilang apa nanti?" tanya Alanda lagi.

"Apart lo, belajar," jawab Arveno. Lalu, setelah mengucapkan terima kasih, Arveno turun dari mobil Alanda.

Arveno melangkah masuk ke dalam rumah, lalu melihat orangtuanya yang sedang berbincang di ruang keluarga. Arveno tersenyum lalu mendekati mereka.

"Selamat malam," sapanya.

Orang tua Arveno tersenyum senang melihat kedatangan putra mereka, "Anak Mama dari mana, hm?" tanya ibu Arveno sambil mengusap lembut rambut anaknya.

Arveno tersenyum balas, "Dari apartemen Alan, belajar," jawabnya.

CHASING SHADOWS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang