X. GABRIEL

13 1 0
                                        

Welcome to Chasing Shadows
Jangan lupa tinggalkan jejak, sekalian tandain kalau ada yang typo.
Mohon kerjasamanya.

WARNING: TERDAPAT BEBERAPA KATA KASAR, HARAP BIJAK DALAM MEMBACA.

***

HAPPY READING

***

Di malam hari, sebuah gudang tua di pinggiran kota berubah menjadi tempat berkumpulnya geng motor. Cahaya lampu neon yang memantul dari dinding-dinding berlumut menciptakan aura yang misterius dan menegangkan.

Mereka berkumpul di sekitar api unggun, duduk di ban-ban bekas yang telah diubah menjadi kursi, sambil menikmati rokok dan minuman beralkohol.

Di satu sudut, terdapat meja pool yang selalu ramai, sementara di sudut lain, beberapa anggota geng bisa ditemukan sedang memperbaiki motor mereka. Meski tampak kasar dan liar, tempat ini menjadi rumah kedua bagi mereka, tempat mereka merasa diterima dan bebas.

"Guys, gue izin cabut ya. Mau ke apart ayank," ucap salah satu anggota yang langsung melajukan sepeda motornya keluar dari area.

"Wiih, kira-kira di unboxing ga?" tanya Saka kepada teman-temannya yang masih bersamanya.

"Gila lo," jawab Vano melemparkan kulit kacang ke arah Saka.

"Aelah, gue kan nanya," balas Saka kesal lalu membalas Vano dengan melemparkan kulit kacang yang sama. Dan berakhirlah mereka saling melempar kulit kacang.

"Ck," decakan dari Alanda terdengar saat sebuah kulit kacang mengenai wajah tampannya.

Vano dan Saka serentak memberikan tanda peace dengan dua jari mereka. Alanda memang terkenal seram ketika marah, bahkan lebih menakutkan daripada Gabriel, ketua geng mereka.

Max yang duduk di belakang Alanda tertawa mengejek mereka tanpa mengeluarkan suara, hanya menggerakkan mulutnya saja, "Mampus."

Sedangkan Gabriel hanya tersenyum tipis, tidak habis pikir dengan tingkah mereka yang terkesan kekanak-kanakan.

"Eh, Briel. Dek Luka gimana kabarnya?" tanya Saka kepada Gabriel.

Gabriel menaikkan sebelah alis matanya, "Ngapa lo pengen tau?"

"Anjirlah, gue cuman nanya. Salah mulu dah dari tadi," kesal Saka, ia hanya bertanya, apa masalahnya?

Gabriel tidak menjawab, ia hanya diam sambil kembali menyesap rokoknya.

"Udah bertahun-tahun pdkt tapi ga pernah official sampe sekarang," ujar Max tanpa menatap Gabriel, ia sekarang sedang bermain kartu uno dengan anggota yang lain.

"Confess atuh, ntar di ambil sama Vano. Vano 'kan diem-diem menikung," sahut Saka santai.

Vano yang disebut-sebut seperti itu langsung melemparkan satu kaleng minuman ke arah Saka.

"Santai anjing, emosian banget lo jadi orang," kesal Saka saat kaleng minuman itu hampir mengenai kepalanya.

"Lo duluan bangsat, gue udah diem dari tadi" balas Vano.

"Kalau gue confess ntar malah ngerusak hubungan yang udah gue jaga bertahun-tahun sama dia," ujar Gabriel menatap kosong ke arah depan.

"Coba dulu. Masa langsung nyerah, mana tau Luka diem-diem suka juga sama lo," sahut Saka.

"Bener tuh, lo ga akan tau ke depannya gimana kalau lo ga mau nyoba," ucap Vano ikut bergabung dalam percakapan mereka.

Gabriel menyandarkan kepalanya sambil berkata, "Udah tau, dia cuman nganggep gue kakaknya, bukan temen, bukan sahabat, apalagi pacar."

CHASING SHADOWS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang