Welcome to Chasing Shadows
Jangan lupa tinggalkan jejak, sekalian tandain kalau ada yang typo.
Mohon kerjasamanya.WARNING: TERDAPAT BEBERAPA KATA KASAR, HARAP BIJAK DALAM MEMBACA.
***
Di sebuah kamar yang bertema biru langit, Leon sedang sibuk mencari kunci motornya yang hilang. Wajahnya terlihat sedikit panik dan ia berusaha mengingat-ingat di mana ia meletakkan kunci tersebut.
Setelah memeriksa setiap sudut kamar, laci, dan bahkan beberapa pakaian yang ia pakai kemarin, Leon masih tidak menemukan kunci tersebut. Ia memutuskan untuk keluar dari kamar dan menemui Bi Nor di dapur.
"Bi, liat kunci motor Leon ga?" tanya Leon sesampainya ia di dapur.
"Eh? Bibi ga liat, Nak Leon. Terakhir Nak Leon taruh di mana kunci motornya?" tanya Bi Nor yang juga ikut khawatir.
"Yang satu lagi Leon taruh di kasur, terus yang satu Leon taruh di meja. Tapi pagi ini ga ada semuanya, Bi," jawab Leon frustasi dan memijit pelipisnya.
"Sama Ayah," sahut Ayah Leon saat ia mendengar pembicaraan putranya bersama Bi Nor.
Leon yang mendengar itu langsung memperlihatkan wajah kesalnya, "Balikin! Bentar lagi bel bunyi."
"Berangkat sama supir, dia udah nunggu kamu di depan," balas Ayah Leon sambil melangkahkan kakinya ke garasi.
"Ga mau, Leon mau berangkat sendiri. Balikin cepet!"
"Motor kamu Ayah sita, jadi mulai hari ini berangkat dan pulang sama supir," mutlak Ayahnya dan langsung masuk ke mobil tanpa mendengarkan rengekan dari putra semata wayangnya itu.
"Fuck," umpat Leon mengusap kasar wajahnya.
***
Leon terlambat. Ia nekat mencari kunci motornya di kamar orangtuanya, berharap dapat menemukannya. Namun sayangnya, setelah memeriksa setiap sudut kamar, laci, dan bahkan lemari pakaian, Leon masih belum menemukan kunci motornya.
Leon menyerah dan memutuskan untuk berangkat ke sekolah dengan supir. Ia sekarang berakhir di bawah pohon rindang yang ada di dekat lapangan. Berbaring di sana dengan nafas terengah-engah setelah berlari mengelilingi lapangan sebanyak lima putaran.
Leon sedikit terkejut saat merasakan sesuatu yang dingin menempel pada pipinya. Ketika ia melihat ke atas, ia melihat seorang gadis sedang tersenyum manis memandang ke arahnya. Luka, adik kelasnya yang akhir-akhir ini selalu ada di sekitarnya.
"Buat kakak," ucap Luka sambil memberikan sebuah botol air minum dingin.
"Thanks," ucap Leon dengan senang hati karena ia benar-benar merasa haus.
Leon meminum air itu hingga setengah, memberikan sedikit jeda untuk menghabiskannya.
"Kenapa masih di sini?" tanya Leon saat Luka tak kunjung pergi ke kelas. Ia pikir Luka akan segera pergi setelah memberikannya minuman.
"Bosen kak di kelas," balas Luka.
"Masuk sana, masih jam pelajaran. Lo ga niat bolos, 'kan?"
"Enggak kok, lagi jamkos ini," jawab Luka.
"Kalau masih jam pelajaran, terus ada ga nya guru, dan lo di luar itu sama aja bolos," ujar Leon sambil kembali berbaring dan memejamkan matanya.
Luka tersenyum manis mendengar itu. Sayangnya, Leon tidak pernah melihat senyuman manis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHASING SHADOWS
Acak"Ayo pulang," "Pulang aja sendiri," *** "Kalau kata 'pulang' yang lo bilang itu, ini. Gue bakal ikut, gue ga akan biarin lo pulang sendiri," ...