Welcome to Chasing Shadows
Jangan lupa tinggalkan jejak, sekalian tandain kalau ada yang typo.
Mohon kerjasamanya.***
HAPPY READING
***
Leon melemparkan tubuhnya ke kasur dalam posisi telungkup, dengan kepalanya menghadap ke samping menuju balkon kamarnya. Cahaya bulan yang lembut masuk melalui kaca balkon yang sedikit terbuka, menerangi sedikit kamar Leon yang gelap. Gorden jendela bergoyang pelan oleh angin malam, menciptakan bayangan-bayangan yang bergerak di dinding kamarnya.
Matanya menatap kosong ke depan, namun pikirannya melayang jauh ke dalam percakapan-percakapan yang terjadi hari ini. Suara-suara dan kata-kata terasa bertabrakan di benaknya, menciptakan dunia pikirannya penuh dengan kekacauan.
"Aku ga cinta sama kamu,"
"Udah lo pastiin mereka beneran putus?"
"Aku tau aku salah, makanya hari ini aku minta waktu kamu buat ketemu,"
"Kemarin gue liat Alina sama Veno di Gramed,"
"Maaf, aku beneran nyesel, aku ga sadar sama apa yang aku lakuin,"
"Jujur, gue juga pernah liat mereka bareng, pegangan tangan malah,"
"Maaf, maaf sekali lagi,"
"Makanya gue nanya sama lo, udah lo pastiin hubungan mereka beneran kandas?"
"Aku cuman cinta sama Arveno, ga ada orang lain di hati aku selain dia,"
"Lo tau darimana kalau dia ga bakalan bohong?"
"Aku tau, dulu kamu jauhin aku karena kamu tau aku sama Arveno pacaran,"
"Coba lo tanya sama Veno, kalau dia gue rasa ga bakalan bohong,"
"Waktu itu aku lagi kesel sama Arveno, makanya aku bohong sama kamu,"
"Lagian ngapain juga dia bohong? Semua orang juga tau kalau dia ga segila itu sama cewek,"
"Aku juga butuh temen, aku takut kalau aku jujur kamu bakal langsung pergi,"
"Buka lagi mata lo, Yon, masih sipit gitu,"
"Maaf, udah jadiin kamu pelampiasan,"
Suasana hening dan tegang di kamarnya terganggu oleh gerakan dan ekspresi kasar dari Leon. Ia memejamkan matanya kuat sesaat, meremas rambutnya frustrasi, dan memukul kepalanya kasar beberapa kali.
"Brengsek, sial!" Desisnya tertahan, Leon tak mampu untuk berteriak.
"Anjing!"
"Kenapa, sih?!"
"Aiisshh, sial banget!"
"Hiks... Bunda~~"
"Sakit banget,"
"Semuanya,"
"Sakit banget, Bun~~"
"Leon ga bisa~~"
"Sakit, Bun~~"
"Temenin Leon~~"
"Hiks..."
Suara isakan pelan Leon yang memenuhi kamarnya kian mereda, napasnya pun mulai teratur. Dengan jejak air mata di pipinya, Leon akhirnya tertidur dalam keadaan yang berantakan.
Di sisi lain, Arveno berada di rumah Alina. Ia duduk di sebuah bangku single yang tersedia di teras rumahnya. Arveno duduk dengan ekspresi datar, memikirkan berbagai hal yang terjadi dan perasaannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
CHASING SHADOWS
De Todo"Ayo pulang," "Pulang aja sendiri," *** "Kalau kata 'pulang' yang lo bilang itu, ini. Gue bakal ikut, gue ga akan biarin lo pulang sendiri," ...