Chapter 7 : Terlupakan dan Terabaikan

314 37 9
                                    

Jaemin menatap lurus pada kotak kaca berisikan guci abu milik ibunya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jaemin menatap lurus pada kotak kaca berisikan guci abu milik ibunya. Bunga kecil ia tempelkan pada kaca bagian luarnya. Ia pejamkan matanya sejenak, mengirimkan doa untuk sang ibu.

Jaemin membuka matanya, menatap wajah ibunya pada sebuah foto di dalam kotak kaca. Wajah ramah Yoona yang tersenyum cerah sembari merangkulnya sangat erat, saat ia lulus SMP. Lantas di sampingnya, terdapat fotonya dengan kostum panggung pada sisi ibunya, saat ia debut pertama kali sebagai idol. Jaemin tersenyum kecil, mereka tampak bahagia dalam foto itu. Jaemin meraba kotak kaca, tepat pada wajah sang ibu. Lima tahun telah berlalu, tetapi rasa sakitnya tetap sama.

"Salju sudah turun lagi, Mama. Selalu dingin seperti biasanya," kata Jaemin bermonolog, walaupun ia tahu ibunya tidak akan menjawabnya lagi.

"Aku akan datang lagi. Aku pamit pulang dulu, Ma," katanya. Ia dekatkan dahinya hingga menempel pada kotak kaca. Ia pejamkan matanya sejenak, sebelum menjauh sembari mengusap kaca tersebut, lantas berlalu pergi.

Ketika Jaemin tiba di pintu depan, seorang penjaga gedung pemakaman mengenalinya. Jaemin membungkukkan badannya sembari tersenyum ramah. Penjaga itu membalasnya. Jaemin hendak berlalu pergi ketika penjaga itu tiba-tiba memanggilnya.

"Jaemin-ssi,"

Jaemin menoleh.

"Ada seseorang yang sempat mengunjungi Yoona-ssi beberapa saat lalu. Seorang pria yang sepertinya belum pernah kulihat sebelumnya," kata penjaga itu. Jaemin mengernyitkan dahinya, bingung. Siapa yang mengunjungi ibunya selain ia dan keluarga Tiffany?

"Wajahnya sangat mirip denganmu,"

DEG! Jaemin membeku. Sebenarnya ada banyak orang yang mengunjungi pemakaman ini, tetapi karena pria yang datang sangat mirip dengan Jaemin, penjaga tersebut sangat mengingatnya. Sejenak Jaemin tidak mampu merespon apapun, sebelum ia mengangkat wajahnya, berusaha merespon dengan ramah.

"Mungkin keluarga Tiffany Imo. Terima kasih, Lee Ahjussi," kata Jaemin, lantas melangkah keluar dengan terburu, berusaha menjauh dari pintu gedung pemakaman secepat mungkin. Seseorang yang mirip dengannya dan mengenal ibunya, hanya satu orang, dan Jaemin sama sekali tidak berniat untuk bertemu dengannya secara tidak sengaja. Seseorang yang menjadi penyebab semua mimpi buruk yang dialaminya.

❄️❄️❄️

Jaemin terdiam sembari menatap keluar jendela. Lalu lalang kendaraan tampak melintas di depan café tempat ia berada kini. Segelas americano hangat dan kue coklat terhidang di mejanya, tetapi belum ia sentuh sama sekali. Ia tenggelam dalam lamunan, sebelum seseorang menepuk bahunya. Ia sedikit terlonjak dan menoleh, menemukan Hyunjin nyengir sembari duduk di bangku seberangnya. Tak lama kemudian, seorang pelayan mengantarkan americano dan kue stroberi. Jaemin menatap kue berwarna pink dengan sebuah stroberi di atasnya tersebut dengan tatapan tak suka. Tapi toh Hyunjin sangat menyukainya. Hyunjin juga tak akan menawari Jaemin karena sangat tahu Jaemin sangat membenci stroberi.

See You Again Next Winter [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang