Mark menatap Jaemin yang tampak sedang mendengarkan cerita Jisung di ruang tunggu acara musik. Chenle juga ikut mendekat, lantas meledek Jisung. Jaemin tertawa kecil, menanggapi sesekali ocehan kedua member termuda mereka.
Mark mengingat kejadian dini hari tadi. Kamarnya yang berada paling dekat dengan pintu balkon membuat hawa dingin paling cepat masuk ke kamarnya. Terbangun karena kedinginan, ia beranjak dari kasurnya dan menaikkan temperature penghangat ruangan. Rasa haus membuatnya beranjak keluar kamar menuju dapur, tetapi pintu balkon yang terbuka lebar mengurungkan niatnya. Disana ia melihat Jaemin dan Jeno berada di ujung balkon yang terlingkupi atap.
Kini Jaemin tampak biasa saja, seolah tidak ada yang terjadi. Selalu seperti itu setiap hari. Mark tidak bisa menebak apa yang Jaemin pikirkan. Gerak gerik Jaemin masih terus Mark ikuti, bahkan hingga Jaemin bangkit dari duduk dan berjalan keluar ruangan. Mark menoleh pada Jeno yang tampak sibuk memainkan ponselnya. Tetapi sebelum ia membuka mulut, Jeno sudah lebih dulu berbicara.
"Hyung paham ketakutan apa yang dimaksud Jaemin?" tanya Jeno tiba-tiba, padahal wajahnya fokus pada layar ponselnya sendiri. Mark berpikir sebentar, sebelum menggelengkan kepalanya tidak mengerti. Mark hanya tahu kisah tentang ibu Jaemin. Ia berpikir hanya sebab itu lah yang melatarbelakangi kesulitan dan mimpi buruk Jaemin selama ini.
Jeno berhenti bermain game, lantas mendongakkan kepalanya, berusaha berpikir, tetapi tidak ada satu pun jawaban dari apa yang ia pikirkan.
"Jaemin punya bekas luka, hyung, sangat banyak, di perut dan punggungnya," tutur Jeno membuat Mark menoleh padanya dengan wajah terkejut.
"Apa?" Mark sangat terkejut. Ia tidak tahu sama sekali Jaemin punya bekas luka.
"Hyung tidak tahu?" tanya Jeno.
"Tidak," jawab Mark, membuat Jeno menghela nafas.
"Tapi aku juga mengetahuinya tanpa sengaja. Hyung tahu kita selalu satu kamar sejak debut bukan? Terkadang saat tidur, bajunya tidak sengaja tersingkap," cerita Jeno lagi. Mark termenung. Mungkinkah ada kisah lain yang lebih buruk yang Mark tidak tahu tentang Jaemin? Tetapi sungguh, kisah tentang ibunya yang bunuh diri di depan matanya saja sudah sangat tragis baginya. Lantas menemukan Hyunjin pertama kali, ia yakin memori tentang Hyunjin juga menjadi memori sangat buruk bagi Jaemin.
Mark tertegun. Ia belum pernah melihat Jaemin menangis lagi semenjak ibunya meninggal. Bahkan ketika Hyunjin pergi, Jaemin hanya diam dengan tatapan kosong tanpa ekspresi. Mark tahu itu bukan hal baik. Ada banyak hal yang Jaemin tahan dan simpan sendiri. Padahal menangis pasti bisa memberikan kelegaan baginya.
"Manajer Han pernah memberikan saran untuk menghapus bekas lukanya. Tapi Jaemin menolak. Ia mengatakan ada masa lalu yang belum selesai," cerita Jeno lagi membuat Mark segera menegakkan tubuhnya.
"Jeno-ya, kenapa kau baru mengatakannya sekarang? Ini hal yang sangat penting," kata Mark merasa kesal.
"Aku pikir hyung sudah tahu," sesal Jeno membuat Mark menghela nafas. Ia merasa bodoh. Ia hanya berharap ia tidak terlambat.
KAMU SEDANG MEMBACA
See You Again Next Winter [✓]
Fiksi Penggemar[COMPLETED] Jaemin kehilangan kepercayaannya pada siapapun hingga member harus berusaha keras meyakinkannya, bahwa mereka tidak akan pernah pergi dari sisinya. "Jika dunia masih memusuhimu sekalipun, kami tidak akan menjadi bagian darinya, sampai ka...