Renjun menatap pemandangan malam kota Seoul dalam sebuah restoran yang cukup elit. Lokasi restoran berada di lantai 5 sebuah hotel, berlatarkan dinding kaca terbuka di kedua sisinya. Cahaya lampu dan gemerlap kota Seoul menjadi latar belakang restoran yang sangat cantik. Lampu restoran yang temaram berwarna kuning membuat suasana restoran terasa menenangkan.
Renjun berada di tempat terujung, sengaja mencari tempat yang jauh dari keramaian restoran. Cukup private, walaupun tidak menggunakan ruangan khusus. Segelas lemon tea berada di atas mejanya. Ia menyeruputnya sesekali sembari memperhatikan jalan raya yang sangat ramai.
Tak lama kemudian, seseorang yang ia tunggu datang. Renjun mengernyitkan dahinya ketika ayahnya datang seorang diri. Ayahnya datang dengan setelan jas rapi. Renjun tersenyum kecil, lantas bangkit dan memeluk ayahnya dengan erat, sangat erat, rasanya rindu sekali. Padahal mereka berada di satu kota, tetapi jarang bertemu saking sibuknya Renjun.
"Mama tidak ikut?" tanya Renjun. Ayahnya menggelengkan kepala. Renjun mengernyitkan dahinya, lantas memilih untuk memberikan buku menu kepada ayahnya. Ayahnya tampak bingung, tetapi Renjun sabar menunggu.
"Apa yang enak Renjun-ah?" tanya ayahnya. Renjun membolak balik menu, lantas menunjukkan satu menu daging sapi dengan harga yang cukup lumayan, hingga ayahnya membelalakkan matanya.
"Astaga, mahal," celetuk ayahnya membuat Renjun tertawa kecil.
"Papa kan suka daging sapi," kata Renjun, kemudian tanpa persetujuan ayahnya, ia segera memesankan menu itu. Ayahnya tampak berusaha mencegah, tetapi tidak jadi karena pelayan sudah lebih dulu menuliskan pesanannya. Setelah pelayan itu undur diri, Renjun melipat tangan di meja lantas menatap ayahnya dengan wajah serius. Ia mengira akan makan malam keluarga bersama malam ini, sehingga sengaja memilih restoran elit dengan makanan yang terkenal sangat enak.
"Jadi, ada apa Papa?" tanya Renjun. Ia merasa ayahnya mengajaknya bertemu untuk membicarakan hal yang serius. Ayahnya tampak terdiam sejenak, sebelum mulai berbicara.
"Apakah Renjun benar-benar memberikan uang tebusan untuk adikmu?" tanya ayahnya membuat Renjun mencelos. Ia mengira ayahnya juga akan membujuknya memenuhi permintaan ibunya. Beberapa hari ini, Renjun memang mengabaikan telepon ibunya maupun pesan yang berhubungan dengan adiknya. Ibunya sangat gigih membujuknya untuk membebaskan adiknya.
"Aku tidak bisa melakukannya, Papa, maafkan aku," kata Renjun sembari menundukkan kepalanya. Sebuah usapan lembut di rambutnya membuat Renjun kembali mengangkat wajahnya. Ayahnya menatapnya sembari tersenyum.
"Jangan lakukan. Papa juga tidak setuju," kata ayahnya membuat Renjun menatap ayahnya dengan tatapan tak percaya.
"Ada kebohongan yang sudah Mamamu lakukan, Renjun-ah," tutur ayahnya membuat Renjun mengernyitkan dahinya. Kebohongan apa?
"Renjun pernah memberikan uang dalam jumlah besar yang katanya untuk biaya promosi bukan?" tanya ayahnya lagi. Renjun menganggukkan kepalanya, sangat ingat. Uang yang ia berikan sangat besar jumlahnya, lebih besar dari uang yang ia berikan sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
See You Again Next Winter [✓]
Fanfic[COMPLETED] Jaemin kehilangan kepercayaannya pada siapapun hingga member harus berusaha keras meyakinkannya, bahwa mereka tidak akan pernah pergi dari sisinya. "Jika dunia masih memusuhimu sekalipun, kami tidak akan menjadi bagian darinya, sampai ka...